Kamis, 19 November 2009

The Silent Evidence

Suatu ketika saya dan sahabat saya sedang menikmati masakan jepang di sebuah mall. Adalah suatu peristiwa yang jarang terjadi kalau saya dan beliau makan di restoran seperti ini. Biasanya kami makan di food court, atau ngobrol-ngobrol di cafe. Yah.. bolehlah, sesekali menikmati masakan seperti ini. Walaupun harus saya akui, ini cukup berat buat kocek saya.

"Anda tau yang disebut dengan silent evidence pak?" tanya 'sang raja'. "Bukti yang diam?" jawab saya, sekedar mentranslasikan kalimat beliau. "Iya pak. Manusia itu makhluk yang aneh. Mereka seringkali hanya melihat yang terlihat. Mereka tak melihat apa yang tidak terlihat," tutur King Hades. Dalam hati saya berpikir "Itu sih Anda saja yang aneh pak. Bagaimana kita mau melihat apa yang tidak terlihat?"

Penasaran dengan istilah aneh tersebut, saya meminta beliau untuk menjabarkan apa yang beliau maksud. "Bayangkan bahwa Anda dan saya adalah 2 orang penjaga malam. Asumsikan kita memiliki kemampuan dan pengalaman yang setara. Anda dinas hari Senin, saya Selasa. Anda Rabu, saya Kamis. Bergantian terus," ujarnya memulai penjelasan. Saya mendengarkan dengan seksama. "Bayangkan juga ada seorang maling yang bermaksud mencuri dari tempat yang kita jaga. Pada hari Senin, Anda yang menjaga. Melihat aura Anda yang mengerikan, sang maling mengurungkan niatnya untuk mencuri. Dengan kata lain: Anda baru saja menyelamatkan tempat yang Anda jaga. Betul?" lanjut King Hades. Saya mengangguk. "Masalahnya, yang tau bahwa Anda menyelamatkan tempat itu hanyalah sang maling pak. Betul? Bahkan Anda sendiri tidak tahu bahwa Anda sudah menjadi seorang pahlawan," kalimat King Hades yang terakhir ini mulai menstimulasi otak saya.

"Gimana kalo sang maling tidak terima? Dan datang lagi keesokan harinya? Saat itu saya yang bertugas. Melihat aura saya yang tak mengerikan seperti Anda, sang maling memutuskan untuk masuk. Karena saya memiliki kemampuan yang setara dengan Anda, saya bisa meringkus maling tersebut. Tapi upaya saya meringkus sang maling membuat beberapa barang rusak," King Hades menjelaskan lanjutan dari skenario yang digunakannya. "Lucunya, pak, saya bisa jadi dianggap sebagai pahlawan, karena berhasil menggagalkan upaya sang maling, sekaligus memasukan dia ke dalam penjara. Yang berarti berkuranglah satu kriminal".

Mereka seringkali hanya melihat yang terlihat. Mereka tak melihat apa yang tidak terlihat

Saya mulai mengerti inti dari penjelasan sahabat saya. Dua orang dengan kualitas setara, hanya karena perbedaan timing, bisa mendapat perlakuan ataupun penghargaan yang berbeda. Saya yang berhasil menggagalkan upaya sang maling tanpa menimbulkan kerusakan apapun tidak dianggap sebagai pahlawan. Semata-mata karena tidak ada yang tahu apa yang telah saya 'lakukan'. Sementara, King Hades yang memiliki kemampuan seperti saya bisa mendapat penghargaan. Padahal upaya dia menggagalkan aksi pencurian diwarnai pengrusakan. Silent Evidence. Walaupun saya adalah seorang pahlawan, tidak ada bukti yang menyuarakan hal tersebut. Persis seperti yang King Hades katakan: manusia hanya melihat apa yang terlihat (dalam hal ini maling yang tertangkap), namun tak bisa melihat apa yang tidak terlihat (dalam hal ini maling yang tak jadi beraksi karena melihat saya). Lebih parahnya lagi, kadang manusia bisa berpikir bahwa saya tidak berguna, karena pada saat saya bertugas 'tak terjadi apa-apa'. Mereka lupa bahwa memang itulah tujuan mempekerjakan seorang petugas keamanan. Agar tak terjadi apa-apa.

Tidak adil rasanya kalau saya berharap agar semua manusia bisa melihat yang tidak terlihat seperti King Hades. Bagaimana bisa saya mengharapkan manusia rata-rata untuk memiliki infrared vision ala King Hades? Tapi yang jelas, penuturan sistematis 'sang raja' membuat saya berpikir ulang mengenai apa yang saya pikir berguna atau tidak. Juga membuat saya lebih waspada dalam menilai berbagai macam situasi. Sherlock Holmes berhasil memecahkan kasus karena 'sang anjing tak menggonggong'. Bagi dia, itulah silent evidence. Sang anjing tak menggonggong karena penjahatnya adalah orang yang dia kenal. Kemampuan untuk melihat yang tidak ada, yang seharusnya ada (gonggongan anjing), membuat sang detektif terkenal ini berhasil memecahkan kasus. Mungkin saja, kalau kita juga bisa melihat silent evidence, hidup kita juga akan jadi lebih produktif. Kita juga akan lebih bisa memberikan penghargaan kepada yang berhak.


Rabu, 28 Oktober 2009

Bedanya 'Mungkin' Dengan 'Belum Tentu'

"Apa bedanya antara 'Mungkin' dengan 'Belum tentu' pak?" tanya King Hades. Saya hanya bisa bengong. "Kok pertanyaan seperti itu diajukan ya?" pikir saya. Tapi kalau tidak begitu, bukan sahabat saya. Bagi beliau, pertanyaan-pertanyaan yang tidak memiliki nilai praktikal seperti itu menstimulasi. "Dua-duanya menunjukan ketidakpastian pak," jawab saya akhirnya. "Kalau bedanya sih, saya kurang tau ya pak?" lanjut saya.

King Hades mengangguk. "Bedanya ada dua pak. Yang pertama, 'mungkin' biasa diucapkan dengan nada lebih tinggi. Seperti dalam kalimat 'Kalau Anda berinvestasi, mungkin Anda bisa kaya'. 'Belum tentu' diucapkan dengan anda lebih rendah. Seperti dalam kalimat 'Walaupun Anda berinvestasi, belum tentu Anda akan jadi kaya'," tutur beliau. Saya merenungkan kata-kata tersebut. Mulai terlihat perbedaan antara dua kata tersebut. 'Mungkin' banyak kita gunakan dalam konteks positif. Sementara 'belum tentu' lebih banyak kita gunakan untuk menggambarkan sesuatu yang negatif. "Mungkin kalau anak Anda dioperasi, dia masih bisa sembuh" dan "Walaupun anak Anda dioperasi, belum tentu dia bisa sembuh". Dua kalimat yang menunjukan ketidakpastian. Uncertainty. Namun bayangkan perasaan Anda ketika mendengar kalimat yang pertama. Tentunya Anda jadi lebih semangat bukan? Bila kalimat kedua yang diucapkan oleh dokter Anda, maka Anda akan kehilangan semangat.

"Kata-kata yang kita gunakan menggambarkan siapa kita pak. Selain itu, mereka juga bisa mengubah perspective kita akan suatu hal. Sebagai contoh, banyak iklan yang menggunakan kata-kata seperti 'hanya dengan ... ribu rupiah'. Perhatikan penggunaan kata 'hanya'. Kata tersebut digunakan untuk mengecilkan harga yang harus dibayar. Paling tidak di kepala para pendengar," urai King Hades panjang lebar. Saya memikirkan aplikasi dari konsep menarik tersebut. Saya membayangkan saat saya putus asa. Saya ingat-ingat kembali kata-kata apa yang saya gunakan ketika itu. Begitu pula saat bersemangat. Saya mengingat apa yang saya katakan pada saat itu. Anda juga tentunya bisa melakukan simulasi serupa. Ingatlah kata-kata apa yang menjadi 'trademark' Anda ketika Anda putus asa. Ingat juga kata-kata 'trademark' Anda ketika sedang bersemangat.

"Kata-kata yang kita gunakan ... mengubah perspective kita"

"Seringkali, kita tidak bisa menentukan apa yang akan terjadi pak. Tapi, hampir selalu kita bisa menentukan apa yang akan kita lakukan terhadap apa yang terjadi" Kalimat dari King Hades tersebut selalu saya ingat. Dan salah satu yang bisa kita lakukan adalah memilih kata-kata yang kita gunakan. 'Mungkin' dan 'Belum tentu' sama-sama menggambarkan ketidakpastian. Tapi yang satu memberikan rasa positif, yang satu negatif. Mana yang Anda pilih? Kata-kata kita tidak mengubah fakta. Tapi, dengan menggunakan kata-kata yang benar, kita bisa mengubah sikap kita terhadap fakta yang kita hadapi.


Jumat, 25 September 2009

Seandainya Semua Pria Seperti King Hades

Saat saya membuat post mengenai infrared vision, saya teringat sebuah hal lain yang membuat saya merasa ‘teng’. Dan hal ini masih berkaitan dengan kemampuan sang pria mata keranjang melihat hal-hal yang tak bisa dilihat oleh orang awam pada umumnya.

Berikut percakapan yang pernah diceritakan oleh sahabat saya.

Seorang wanita dan seorang pria duduk berhadapan di sebuah cafĂ©. Terlihat dari wajah sang wanita bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. “Aku takut Ko. Kalo dia ga mau lagi sama aku gimana ya?” keluhnya. Sang pria hanya diam. Setelah cukup lama, dia bertanya, “Apa yang bikin kamu takut dia ga mau lagi sama kamu?” “Koko gimana sih? Kan udah jelas? Kalo dia sampe tau, mana mau lagi dia?” jawab wanita itu agak ketus. Karena ‘kesalahan’ yang dibuatnya di masa lalu, sang wanita jadi takut bahwa pasangan yang sekarang akan meninggalkannya begitu tahu soal ‘kesalahan’ tersebut. Masalahnya, cepat atau lambat, pasti hal ini akan diketahui.

“Bagus…” jawab sang pria. “Kok bagus?” sang wanita tambah naik darah. “Ya. Bagus. Karena kalau dia sampai tinggalkan kamu cuma gara-gara masalah sepele itu, berarti kan dia ga pantas dapat wanita seperti kamu. Betul? Seorang pria kan sudah selayaknya bisa menghargai wanita dari berbagai aspek. Daripada harus hidup bersama pria yang picik seperti itu, lebih baik kamu terus sendiri. Bagus kalau ketahuan sekarang. Daripada nanti-nanti? Lebih baik ketahuan sekarang, kalau dia memang picik, ya sudah. Bubar saja. Jalinlah hubungan dengan pria yang bisa menghargai kamu lebih dari sekedar ‘piala’,” jawab sang pria panjang lebar. “Iya. Memang mestinya gitu. Tapi, mana ada sih cowo yang kaya gitu?” tangkal sang wanita. Sang pria hanya tersenyum. Mungkin karena sedang emosi, sang wanita lupa alasan mengapa dia menceritakan masalah ini kepada pria yang ada di hadapannya. Ya. Alasan mengapa dia berani menceritakan kejadian yang, menurutnya, memalukan ini adalah karena pria yang ada di hadapannya adalah ‘cowo yang kaya gitu’.

"Jalinlah hubungan dengan pria yang bisa menghargai kamu lebih dari sekedar ‘piala’"

Saya tidak tahu siapa pria yang ada di hadapan wanita itu. Tapi yang jelas, pria yang ada di hadapan saya waktu saya mendengar kisah ini, juga adalah ‘cowo yang kaya gitu’. Seharusnya saya kenalkan saja ya, wanita itu pada sahabat saya. “Saya tidak habis pikir pak. Bisa-bisanya seorang pria meninggalkan kekasihnya hanya gara-gara selaput dara,” ujarnya dengan sedih. “Buat Anda itu tidak penting Pak?” saya bertanya, sedikit heran. “Pak, Anda bertanya seperti itu, sama saja dengan bertanya ‘Apakah huruf pertama dari nama depan wanita penting?’”, jawab King Hades sambil tertawa. Luar biasa! Bahkan di negara barat yang lebih bebas saja, hal seperti ini masih relevan. Tapi di hadapan King Hades, hal yang banyak dicari oleh banyak pria ini sama tidak pentingnya dengan huruf pertama dari nama depan sang wanita. Memang. Banyak teman-teman pria saya yang bilang tidak mempermasalahkan urusan selaput dara. Walaupun sebenarnya mereka merasa itu adalah suatu ‘nilai tambah’. “Kalau sudah sayang, ya tidak apa-apa. Tapi kalau bisa sih…” begitu kira-kira pandangan yang berlaku di lingkungan pergaulan saya.

Karena itu saya cukup terkejut mendengar pandangan King Hades soal ini. Bukan hanya bisa menerima atau mentolerir: dia sama sekali tidak peduli. Sama tidak pedulinya dengan nama hewan peliharaan sang wanita atau dengan huruf terakhir nama keluarganya.

“Dilihat dari sisi manapun, itu tidak ada artinya pak,” kembali infrared visionnya beraksi. Secara logika memang demikian. Masalahnya, manusia adalah makhluk emosional. Banyak tindakan kita yang didasari emosi. Saya yakin, pria-pria yang mementingkan selaput dara juga ‘tahu’ bahwa yang mereka inginkan itu tak ada gunanya. Tapi mereka ‘merasa’ lebih puas kalau mendapatkannya.

Seandainya semua pria berpandangan seperti King Hades… “Kalau semua pria berpandangan seperti saya, pialang selaput dara bisa gulung tikar semua pak,” ujarnya sambil tertawa. Ya. Pialang selaput dara bisa gulung tikar. Dan kaum hawa bisa bebas dari perasaan takut yang seharusnya tak perlu ada. Kalau semua pria berpandangan seperti King Hades, tak akan ada lagi wanita yang bernasib seperti wanita dalam kisah tadi. Tapi, yah, ini hanya angan-angan saya belaka…



Rabu, 16 September 2009

Ulah King Hades: Mendekati SPG

Waktu itu saya sedang berjalan-jalan bersama King Hades. Di sebuah mal, sedang diadakan pameran electronic. Kami yang berada di lantai 2 menyempatkan diri untuk melongok, melihat pameran di lantai bawah. “Pak, sebentar,” kata sahabat saya. Ternyata ada yg menarik perhatiannya. “Hmmm…. Anda pernah bertanya bagaimana caranya mendekati wanita kan pak?” tanya beliau. Saya mengangguk. “Sekarang saya akan tunjukan secara langsung pak. Ada SPG yang cukup menarik. Akan saya dekati dia. Perhatikan baik-baik ya.” Wah! Kesempatan emas ini! Memang, saya pernah beberapa kali bertanya pada sahabat saya cara mendekati wanita. Walaupun, tentunya, belum pernah saya praktekan. Tapi, bisa melihat ‘sang master’ beraksi, LIVE, adalah kesempatan yang tak boleh saya lewatkan.

Kami menuruni escalator dan langsung menuju pameran. King Hades berjalan di depan. Semakin dia mendekati tempat pameran, semakin cepat jantung saya berdetak. Tinggal beberapa langkah lagi, King Hades sudah mencapai SPG yg dituju. Tiba-tiba saja sang SPG membalikan badan dan pandangannya bertemu dengan pandangan King Hades. Namun tak terjadi percakapan. Sang SPG kembali membagikan brosur kepada pengunjung. King Hades kini sudah berada di sebelahnya. Saya menantikan saat-saat dimana sahabat saya memulai percakapan. Eh, tak taunya, dia menghampiri saya dan berkata “Ayo pak. Sudah.” “Hah! Katanya mau deketin pak?” tanya saya penasaran. “Iya. Sudah kan? Tadi memangnya masih kurang dekat pak?” jawab King Hades sambil tersenyum. “Lho? Kalo gitu doang, saya juga bisa dong pak?” “Iya. Gampang kan pak?” jawabnya sambil ngeloyor pergi.

Kurang ajar! Ternyata mendekati SPG maksudnya mendekati posisi dia berdiri! Kalau begitu, siapa saja juga bisa.

Minggu, 06 September 2009

Berjalan Terseok-seok Sambil Menantikan Datangnya Cahaya Itu

Bagi saya hidup begitu misterius, banyak hal di dalamnya tidak pernah bisa diduga. Apapun bisa terjadi, hari ini dunia begitu indah, besok belum tentu.

Saat ini hidup rasanya seperti berada di dalam sebuah terowongan gelap yang tidak terlihat di mana ujungnya, gelap sekali tanpa ada cahaya sedikitpun. Padahal sebelumnya dunia terasa begitu cerah.

Ya, Aneh sekali, walaupun masih berada di bumi yang sama seperti yang saya injak kemarin, semua terasa berubah 180 derajat. Yang kemarin terasa hangat dan begitu bersahabat, sekarang begitu dingin dan menakutkan.

Berada dalam situasi seperti itu, rasa takut dan putus asalah yang dengan cepat akan menemani tanpa perlu diundang. Dua hal yang sebenarnya tidak saya sukai, tapi rasanya sulit sekali untuk menyuruh mereka pergi.

Semua terasa menakutkan dan cahaya yang bernama harapan seakan menghilang ditelan pekatnya kegelapan di dalam terowongan itu. Semuanya begitu gelap, begitu dingin dan mengerikan.

Memilih untuk menyerah dan pasrah akan keadaan saat itu sepertinya menjadi pilihan terbaik. Begitu menggoda untuk memutuskan berhenti, cukuplah sampai di sini, tak ada lagi yang bisa dilakukan.

Toh dunia akan tetap berputar, satu orang manusia lagi yang meninggal di dalam terowongan gelap ini tidak akan membuat perbedaan yang berarti di dunia ini.

Ya, menyerah saja, biarlah kegelapan ini menjadi akhir semuanya. Tapi entah kenapa, walaupun pilihan ini begitu menggoda, rasanya ada yang mengganjal..

"saya memilih untuk terus berjalan"

Hanya berdiam diri di dalam kegelapan terowongan ini sampai kapanpun, saya tak akan pernah melihat cahaya.

Kalau memutuskan untuk berjalan walaupun tak tahu kapan akan menemukan tempat keluarnya, mungkin suatu hari nanti saya akan menemukan ujung dari terowongan ini, dan saya akan merasakan kembali dekapan cahaya yang saya rindu-rindukan. Walaupun sebenarnya tak ada jaminan bahwa pasti berhasil keluar dari kegelapan itu, walaupun tak tahu ancaman seperti apa yang siap menerkam, walaupun ternyata terowongan itu ujungnya buntu.

Setidaknya gagal dalam perjuangan mencari cahaya terlihat lebih gagah daripada pasrah dan menyerahkan diri dalam kegelapan. Memutuskan berjalan dalam situasi seperti itu membutuhkan keberanian. Memutuskan tetap berjalan membutuhkan usaha lebih daripada hanya diam dan pasrah.

Sebuah pertemuan dengan King Hades, mengingatkan saya tentang hal-hal ini, dia pernah berkata: "Pak, hidup adalah pilihan, kita bisa memilih untuk menyerah atau terus berusaha. Keduanya adalah pilihan yang berani, menyerah berarti menerima dengan gagah segala konsekuensinya. Terus berusaha sekerasnya walaupun tak ada jaminan usahanya akan membawa hasil, inipun pilihan yang gagah. Walaupun dunia selalu memandang rendah pada kata 'menyerah' tapi percayalah, diperlukan keberanian tersendiri untuk melakukannya. Kita perlu angkat topi untuk orang-orang yang menyerah tersebut karena mereka dengan berani membuang semua kemungkinan-kemungkinan yang mungkin bisa mereka raih, jika mereka tidak memutuskan menyerah. Bukankah demikian, Pak?" Saat itu saya hanya terdiam merenung, tentang apa yg disampaikan oleh King Hades.

Dan karena kata-katanyalah saya memutuskan, dilemparkan ke dalam terowongan seperti apapun, segelap apapun, selama saya memilih untuk terus berjalan, terus bertahan, mungkin suatu hari cahaya itu akan terlihat.

Rabu, 26 Agustus 2009

Infrared Vision ala King Hades

Saya sudah bertahun-tahun bersahabat dengan King Hades. Ada sesuatu yang menurut saya cukup ganjil. Sesuatu yang seharusnya ada, namun tidak ada pada dirinya. Saya sudah berulang kali berusaha untuk menemukan hal itu. Namun tak kunjung juga saya temukan. Saya mencoba mengingat-ingat percakapan-percakapan kami. Mengingat kata-kata dan tindakan beliau. Tapi hasilnya nihil. Sampai suatu saat, karena suatu kejadian, saya sadar apa yang tak saya temui dari beliau.

Saat itu kami tengah bersantap di sebuah food court. Dengan semangat King Hades menceritakan tentang wanita yang tengah membuatnya mabuk kepayang. "Dia rajin, ramah, pekerja keras, murah senyum, cerdas, mandiri, berkharisma," ujar King Hades. Saat mendengar deskripsi itu, tiba-tiba saja saya menyadari apa yang selama ini membuat saya berpikir keras. Bukan karena kata-kata beliau. Melainkan justru dari apa yang tidak diucapkannya. Anda bisa menebak? Kata apa yang hilang dari deskripsi di atas? Ya. Kata 'cantik' tidak diucapkannya sama sekali. Apakah 'sang dewi' ini tidak cantik? Well, menurut sahabat saya, dia adalah wanita yang paling cantik di seluruh penjuru bumi (namanya juga lagi kasmaran). Dan ini mengembalikan ingatan-ingatan saya. Saat mendengar tentang seorang wanita, banyak teman pria saya yang lantas bertanya "Cantik ga?" atau "Orangnya seperti apa?" (yang bisa diterjemahkan: orangnya cantik atau tidak?). Namun tidak demikian halnya dengan King Hades. Dia justru lebih suka bertanya "Kerja apa dia?" atau "Lulusan jurusan apa?". Mau tidak mau, saya jadi bertanya-tanya: King Hades ini 'pria hidung belang' atau 'cowo matre'? Atau malah dua-duanya?

Saya pernah menanyakan apakah elemen kecantikan memiliki bobot yang besar dalam penilaiannya terhadap wanita. King Hades hanya menjawab "Kecantikan hanya menarik untuk dilihat Pak. Hampir semua hal yang kita lakukan dengan wanita tidak berhubungan dengan kecantikannya. Contoh: pada saat saya berbicara dengan seorang wanita, hal yang saya dengar tidak berhubungan dengan parasnya. Melainkan dengan pikiran dan perasaannya. Hilang sudah peran dari kecantikan. Saya yakin Anda bisa pikirkan hal-hal lainnya. Dan semuanya tentu sama."

Pria mata keranjang yang tidak tertarik wanita cantik? "Siapa bilang Pak? Saya sangat suka wanita cantik. Hanya saja, kecantikan itu kan tidak akan membantu apa-apa. Jauh lebih menarik berbicara dengan seorang wanita yang punya wawasan luas, logika yang baik, sukses dalam karir, ketimbang dengan wanita cantik. Kalau melihat, iya. Wanita cantik memang enak untuk dilihat," ujarnya. Ya. Memang logikanya demikian. Tapi King Hades membuatnya terdengar begitu mudah. Saya sendiri sering menilai wanita dari kecantikannya. Saat saya melihat seorang penyanyi, dan mengatakan bahwa dia cantik, King Hades berkata, "Aduh Pak... Dia itu penyanyi. Sudah selayaknya Anda menilai dia dari kualitas tarik suaranya. Kalau dia model, bolehlah Anda nilai dari penampilannya" Nah lu! Bisa begitu rupanya ya?

"Pria mata keranjang yang bisa melihat hal-hal yang tak bisa dilihat oleh orang awam pada umumnya"

Susah dibayangkan bagaimana seorang pria bisa tidak menilai wanita berdasarkan kecantikannya. Tapi itulah King Hades. Logikanya yang begitu tajam membuatnya bisa melihat hal-hal yang tak bisa dilihat oleh orang lain. Seperti infrared vision. Saat saya hanya melihat sebidang tembok, King Hades bisa melihat apa yang ada di balik tembok tersebut. Saat saya hanya melihat seorang wanita yang tidak rupawan, King Hades bisa melihat seorang wanita yang kuat dalam menghadapi berbagai masalah. Seorang wanita yang menguasai berbagai macam bahasa. Seorang wanita yang sukses mendaki tangga karir. Seorang wanita yang menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Dan masih banyak lagi hal-hal yang luput dari penilaian saya, namun tak luput dari infrared vision King Hades. Berkat kemampuannya itu, King Hades bisa melihat jauh lebih banyak wanita 'cantik' ketimbang saya. Dan satu lagi: selama bersahabat dengannya, tak pernah sekalipun saya dengar dia mendeskripsikan wanita dengan kata 'jelek'. Dalam kamusnya, kalau tidak cantik, ya biasa saja. "Bikin aja ga bisa, jangan belagu deh," katanya sambil tertawa.

Sekali lagi, logikanya memang demikian. Tapi apa bisa kita seperti itu? Secara umum, kita pasti langsung memberikan penilain berdasarkan penampilan seseorang. "Apa Anda tidak pernah menilai seseorang dari penampilannya Pak?" tanya saya suatu ketika. "Saya selalu menilai orang dari penampilannya pak," jawabnya ringan, membuat saya tambah bingung. "Tapi saya tau bahwa penilaian saya terhadap penampilan seseorang, tidak boleh menghalangi saya untuk menilai orang tersebut dari segi-segi lainnya." In other words, tidak membiarkan tembok menghalangi kita melihat apa yang ada di baliknya. Masuk akal, King Hades. Masuk akal. Tapi, kok bisa-bisanya, Anda melakukan hal semacam itu? Yah... kalau tidak demikian, bukan King Hades tentunya. Satsuga, King Hades, pria mata keranjang yang bisa melihat hal-hal yang tak bisa dilihat oleh orang awam pada umumnya.


Selasa, 25 Agustus 2009

The Wisdom of Pedagang Kaki Lima

Suatu siang, saya dan sahabat saya sedang menuju ke sebuah seminar. Maklum, sobat saya yang satu ini memang haus akan pengetahuan (atau sekedar ingin mencari hiburan). Dari radio yang dia putar terdengar percakapan sebagai berikut:

MC: Pendengar, sebentar lagi akan kita ikuti perbincangan dengan analis saham dari 'bla bla bla' sekuritas. Selamat siang pak.

Analis (A): Selamat siang.

MC: Bagaimana pengamatan Anda tentang perdagangan sesi pagi?

A: Saya melihat perdagangan sesi pagi didominasi oleh sektor perbankan. Tindakan BI menurunkan suku bunga memicu para investor untuk memburu saham-saham seperti BBRI, BMRI dan bank-bank lainnya.

MC: Apa saran Anda untuk sesi kedua hari ini? Apa saham-saham perbankan masih layak untuk dikoleksi?

A: Sebaiknya para investor melakukan profit taking dan masuk ke sektor-sektor lain seperti properti dan retail. Karena saham perbankan sudah overbought. Tapi kalau Anda investor long term, tetap boleh memegang saham perbankan. Karena prospek ke depannya cukup baik. Hanya saja jangan lupa berdiversifikasi ke sektor-sektor lain.

MC: Begitu ya pak. Terima kasih atas saran Anda. Semoga para investor bisa menyikapi perdagangan sesi dua ini dgn bijak.

A: Terima kasih

Lalu musik pun diputar.

"Buy what you know, know what you buy"

"Huh!" King Hades mendengus, menahan tawa. "Kenapa Pak?" tanya saya heran. "Percakapan tadi lucu sekali ya pak. Coba Anda dengar percakapan tadi, tapi versi saya," mulailah King Hades berbicara.

MC: Sebentar lagi akan kita ikuti percakapan bersama pengamat pedagang kaki lima (PKL) dari asosiasi PKL. Selamat siang pak.

A: Selamat siang.

MC: Bagaimana pengamatan Anda mengenai perdagangan sesi pagi?

A: Saya lihat perdagangan sesi pagi didominasi oleh sektor gorengan. Pisang goreng, bakwan, ubi, dan lain-lain.

MC: Oh? Mengapa bisa demikian pak?

A: Presiden sangat tegas dalam memberantas terorisme. Ini membuat kepercayaan turis-turis asing meningkat. Mereka jadi berani datang ke Indonesia. Dan, seperti Anda tau, di negara mereka tidak banyak gorengan.

MC: Jadi begitu mereka datang kemari, langsung beli gorengan ya pak?

A: Betul! Jadi ini bisa disebut aksi beli gorengan oleh asing

MC: Kalau begitu, apa sebaiknya PKL-PKL yang lain, seperti pedagang mi dan ketoprak, juga menjual gerobak mereka dan membeli gerobak gorengan pak?

A: Tidak. Menurut saya, lebih baik para PKL sekarang membeli gerobak minuman. Logikanya saja. Sudah makan gorengan, tentu haus kan?

MC: Cermat sekali pengamatan Anda pak! Berarti sekarang saatnya melakukan aksi jual gerobak gorengan ya?

A: Tergantung. Kalau Anda adalah PKL short term, lebih baik ganti portfolio Anda dengan gerobak minuman. Tapi kalau Anda PKL long term, mungkin sebaiknya melakukan diversifikasi. Sambil tetap memegang gerobak gorengan, Anda juga membeli gerobak minuman. Karena ke depannya, dagangan gorengan ini masih menjanjikan.

MC: Singkat saja pak. Saran Anda untuk PKL di perdagangan siang ini?

A: Sebaiknya PKL short term menghindari berdagang gorengan. Karena potensi profit dari sektor ini sudah hampir seluruhnya terealisasikan di pagi hari. Untuk PKL long term, tidak perlu terlalu memusingkan fluktuasi harian. Cukup diversifikasi saja.

MC: Terima kasih atas analisanya pak. Demikian tadi perbincangan kita dengan analisa pedagang kaki lima.


Huahahahahahahahaa..... tawa saya meledak mendengar cerita beliau. Ada-ada saja. Masa pedagang kaki lima ganti dagangan hanya gara-gara sudah laku banyak dagangannya? Tapi, bukankah itu yang banyak dilakukan investor saham? Bergonta-ganti sektor dalam waktu singkat. Bahkan dalam hitungan menit. Semata-mata karena harga sahamnya sudah naik. Dan pindah dari satu sektor ke sektor yang lain hanya karena 'asing masuk'.

Tidak heran bila banyak pemain saham yang justru merugi. Investasi dalam dunia saham tidak berbeda dengan investasi di tempat lain. Membutuhkan kecermatan dan tentunya kesabaran. Perlu sabar untuk bisa menuai hasilnya. Seperti para PKL yang tidak langsung menjual gerobaknya hanya gara-gara omset satu hari menurun, hendaknya para pemain saham juga memberikan kesempatan bagi perusahaan tempat mereka berinvestasi untuk menunjukkan kinerjanya.

Para PKL, walaupun mungkin tidak pernah belajar investasi secara formal, mengerti konsep investasi yang baik: investasikan waktu, uang, dan tenaga di hal-hal yang Anda pahami. Setelah itu, sabarlah untuk menuai hasilnya.

Buy what you know, know what you buy



Kamis, 20 Agustus 2009

Kalau King Hades Jadi Penguasa Alam Semesta

Malam sudah cukup larut. Saya baru saja tiba di rumah setelah jalan-jalan bersama sahabat saya. Begitu saya membuka pintu kamar, alangkah terkejutnya saya melihat seorang pria sedang tiduran di ranjang saya, membaca buku saya. Yang membuat saya lebih terkejut lagi, ternyata pria itu sangatlah mirip dengan saya. Bagaikan pinang dibelah dua.

"Siapa lu?!" teriak saya. Dia terkejut. Lalu dengan bingung diambilnya sebuah gadget dari kantongnya. "Alamak! Salah dimensi!" jeritnya. "Maaf ya. Gue salah tempat nih. Cabut dulu ya," katanya meminta maaf sambil menekan beberapa tombol di gadgetnya. "Tunggu! Lu sebenernya siapa? Kok mirip bener sama gue?" tanya saya penasaran. Kembaran saya mengurungkan niatnya untuk pergi. "Lu masa ga tau? Pernah denger multiverse ga?" tanyanya dengan ekspresi heran. Multiverse? Apa pula itu? Saya belum pernah mendengarnya. Melihat saya bengong, dia melanjutkan kata-katanya "Gini lho. Alam semesta itu bukan hanya ada satu. Ada banyak. Masing-masing dalam dimensi yang berbeda. Gue adalah dirilu di dimensi yang lain. Paham?" Saya masih bengong. Seandainya King Hades ada di sini, mungkin dia bisa membantu saya memahami penjelasan itu."Terus, lu ngapain di dimensi ini?" tanya saya. "Gue nyasar! Ya udah deh ya. Gue pergi dulu ya," jawabnya tak sabar. "Eh, tunggu dong. Ceritain dong, gimana alam semesta di dimensi lu," pinta saya. Dia nampak ragu sebentar. Setelah melihat jam di hpnya, dia menganggukan kepalanya.

"Sebenernya ga beda sama dimensi lu. Ada matahari, tata surya, galaksi, dan sebagainya. Cuma, paling yang beda penguasa alamnya saja," jelasnya. "Penguasanya? Kenapa penguasa di tempatlu?" saya makin penasaran. "Dia itu aneh. Ga jelas maunya. Aneh deh pokoknya," jawab kembaran saya disertai nada frustrasi. "Aneh gimana?" saya bertanya makin jauh. "Gini nih contohnya," kembaran saya mulai bercerita.

"Waktu itu kan gue ajak pacar gue ke rumah. Ya ke sini nih," katanya sambil menepuk ranjang saya. Wah! Ternyata di dimensi lain, saya punya pacar ya? Menarik juga. "Suasana udah mendukung. Eh, pas gue mulai action, tiba-tiba dia bilang ga mau. Gue tanya dong kenapa," lanjutnya. Saya manggut-manggut. "Dia bilang 'Aku sebenernya juga mau say. Tapi mau gimana lagi. Kita kan belum menikah. Belum punya SIM. Nanti kalo King Hades liat gimana?' Bayangin! Masa gitu doang alasannya?" kata kembaran saya lagi. Hah? King Hades? Apa yang dilakukan sahabat saya di dimensi sana? "King Hades lu bilang?" tanya saya penuh keheranan. "Iya. King Hades. Dia penguasa alam semesta di dimensi gue," tutur kembaran saya. "Emang kenapa?"

"Itu lho, Surat Ijin Meniduri. SIM. Emang di sini ga ada ya?"

Muncul di benak saya sosok sahabat saya dengan mahkota, jubah, dan tongkat kekuasaan. Menyeringai. "Heh? Kenape lu?" tegur si kembaran sambil menggerakan tangannya di depan mata saya. "Hah? Gak. Gak kenapa-kenapa," jawab saya buru-buru. Jujur saja, pemandangan yang ada di benak saya tadi membuat saya merasa sedikit... gimana gitu... "Terus gimana? Lanjutin dong ceritanya," pinta saya. "Ya udah. Gue bilang 'besok kita menikah'. Pas udah nikah, kan dapet tuh, SIMnya, terus..." "Tunggu, tunggu. SIM? Apaan tuh?" potong saya. "Masa lu ga tau SIM sih? Itu lho, Surat Ijin Meniduri. SIM. Emang di sini ga ada ya?" tanyanya heran. "Ada sih. Tapi Surat Ijin Mengemudi," tukas saya. "Oh. Aneh juga ya? Anyway, pas udah dapet SIM, sengaja tuh, gue taruh deket ranjang. Jadi kalo ada inspeksi, gue bisa langsung tunjukin. Aman kan?" katanya sambil tersenyum bangga.

"Bener aja! Kami lagi asyik, tau-tau kedengeran suara si cerberus. Kalo ada dia, berarti pasti ada King Hadesnya kan?" lanjutnya penuh semangat. "Lho? Kok si King Hades bisa seenaknya masuk kamarlu? Emang ga dikunci?" saya bertanya keheranan. "Lu bego atau gila sih? Ya namanya penguasa alam pasti bisa ngapain aja lah! Gue tadinya ngeri. Istri gue juga sampe gemetar. Soalnya kalo ga punya SIM, bisa-bisa dibuat mangsanya cerberus. Tapi begitu gue inget punya SIM, langsung deh! Gue tunjukin ke depan mukanya King Hades. Gue bilang aja 'Udah sah lho ya! Ga boleh dilarang lagi!'" ceritanya penuh semangat. "Terus gimana?" saya juga jadi bersemangat mendengar penuturannya. "Melotot aja dia. Ga percaya. Udah gitu ya dia ngeloyor pergi," jawabnya mengakhiri kisah menarik itu. "Ok deh ya. Istri gue udah balik nih pasti. Cabut dulu ya," katanya sambil menekan beberapa tombol di gadgetnya. Tak lama kemudian dia menghilang. Tinggalah saya sendiri.

Setelah berganti pakaian dan gosok gigi, saya membaringkan diri di ranjang. "Surat Ijin Meniduri" gumam saya. Repot juga ya. Mau memadu kasih saja perlu hal semacam itu. Ada-ada saja. Bersyukurlah di dimensi ini SIM hanya diperlukan untuk mengemudi.

Saat saya memejamkan mata untuk tidur, tiba-tiba saja saya teringat satu hal yang penting. Aduh! Lupa! Seharusnya saya tadi tanyakan ya, ciri-ciri King Hades sang penguasa. Jangan-jangan...

Selasa, 18 Agustus 2009

Yang Kaya Bertambah Kaya

Suatu malam King Hades menelpon saya. Menanyakan apakah saya available untuk dibooking keesokan harinya (istilah King Hades memang rada-rada). Saya mengatakan bahwa saya akan menghadiri sebuah seminar saham sampai sore. Dan sebelumnya saya juga berniat menghadiri sebuah job interview. Mendengar kata 'saham', King Hades langsung bersemangat. "Boleh saya ikut pak?" tanya beliau. "Boleh saja Pak. Tapi Anda yakin mau ikut? Ini kan seminar yang sangat basic Pak. Saya yakin Anda sudah tau semua. Bisa-bisa Anda bosan nanti," jawab saya. "Tidak masalah. Saya justru bisa belajar bagaimana cara mengajarkan hal-hal basic kepada pemula," ujar King Hades.

Keesokan harinya kami bertemu sesuai waktu yang dijanjikan. Dia berbaik hati mau mengantarkan saya ke tempat interview sebelum kami ke seminar saham. Saat bertemu, kami terkejut melihat penampilan masing-masing. Saya terkejut melihat King Hades yang berpenampilan rapi. Sementara beliau terkejut melihat saya yang berpenampilan apa adanya.

"Lho? Pak? Katanya Anda mau interview?" tanya King Hades keheranan. "Iya Pak. Memang," jawab saya. "Kenapa penampilan Anda tidak seperti orang yang mau pergi interview Pak?" Memang. Saya waktu itu mengenakan celana jeans dan sandal. Justru King Hadeslah yang lebih pantas untuk menghadiri interview tersebut. Singkat cerita, saya memberitahu dia bahwa ini adalah walk-in interview. Setengah bergurau, King Hades berkata "Kalau gitu saya bisa ikut dong Pak? Pakaian saya kan sudah cocok?". "Ya Pak. Ikut saja. Tak ada ruginya," tantang saya.

Setibanya di sana, kami segera mendaftar. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya kami dipanggil. Saya masuk terlebih dulu. Disusul King Hades. Kami termasuk peserta terakhir. "Gimana Pak?" tanya King Hades, melihat saya keluar dari ruang interview. "Tak tahulah Pak," jawab saya pasrah. Saya tidak yakin akan keterima. Kalaupun berhasil, saya tidak merasa bisa melakukan pekerjaan yang ditawarkan dengan baik. Sekarang giliran sahabat saya yang masuk.

Interview dilakukan dengan bahasa Inggris oleh seorang wanita bule setengah baya. King Hades yang memang tak berniat kerja itu menjawab setiap pertanyaan sekenanya. Bahkan cenderung tidak serius dan bercanda. Siapa sangka? Jawaban-jawabannya yang asal-asalan itu membuat sang ibu terkesan. Beliau langsung memberikan kartu namanya, lengkap dengan alamat dan waktu tempat akan dilangsungkannya training. Sementara kepada saya sang ibu hanya bilang "Nanti akan kami kabari lagi". Dan benar saja. Saya tak pernah dihubungi lagi, sementara King Hades, yang notabene hanya iseng-iseng ikut, malah langsung dipanggil training.

King Hades malah pusing. Bagaimana tidak? Beliau sudah memiliki pekerjaan lain. Sekarang memang sedang cuti. Tapi kan tak mungkin dia tinggalkan pekerjaannya begitu saja. Akhirnya sahabat saya ini memutuskan untuk ikut training. Nanti para peserta training itu akan diseleksi lagi berdasarkan kemampuan berbicara dan presentasi mereka. Tanpa perlu ditanyakan lagi, King Hades melalui training 2 hari itu dengan gemilang. "Congratulation!" seru sang ibu bule seraya menjabat tangan King Hades. King Hades yang senang sekaligus kalang kabut berusaha tetap tersenyum. Sekarang yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana memberitahu atasannya kalau dia tidak berniat menekuni karir di bidang itu.

Bagaikan sudah jatuh tertimpa tangga, King Hades justru menunjukkan kinerja yang lumayan gemilang untuk orang yang baru masuk. Sang atasan langsung memanggilnya untuk bicara one-on-one dan menjelaskan jenjang karir di perusahaan itu lebih jelas. King Hades tambah pusing. Akhirnya, menjelang cutinya habis, King Hades mengundurkan diri. Namun yang didapatnya dari interview asal-asalan itu bukan hanya pengalaman menarik ini. Dia juga mendapatkan beberapa orang teman, dan yang satu adalah seorang wanita yang kini memiliki tempat tersendiri di hatinya.

Bayangkan. Orang-orang yang memerlukan pekerjaan, justru tidak mendapat. Yang tidak perlu, justru dapat. King Hades sendiri menyesalkan mengapa seorang bapak yang tampaknya desperate justru tidak lolos seleksi. Tapi hidup memang seperti itu. Apabila Anda membutuhkan, maka akan sulit bagi Anda untuk memperolehnya. Bila Anda tidak membutuhkannya, justru Anda akan pusing karena banyak yang menawarkan hal tersebut kepada Anda. Pengalaman King Hades membuktikan hal itu. Karena pengalamannya bekerja di sebuah perusahaan asing, bahasa Inggrisnya cukup baik. Training dan buku-buku yang dibelinya membuatnya bisa berkomunikasi dengan baik. Jadi tidak adil memang. Saingan-saingan beliau bukanlah orang-orang dengan background seperti King Hades (kecuali untuk beberapa orang).

King Hades juga pernah menceritakan kepada saya mengenai sebuah bank yang dengan gencar menawarkan pinjaman kepadanya. Melihat saham-saham blue chip yang dimiliki King Hades, salah seorang officer dari bank tersebut menelponnya. Menawarkan untuk mengirimkan aplikasi yang sudah terisi. Tinggal ditandatangani. Tidak tanggung-tanggung, amplop kilat khusus untuk memposkan aplikasi yang sudah lengkap itu juga disertakan. Mungkin lagi ngejar omset ya? Kontras dengan pengalaman sahabat saya, ada juga orang yang sudah berusaha mencari pinjaman kesana kemari namun tak kunjung mendapatkan. Dan biasanya, orang seperti ini justru orang yang memang memerlukan pinjaman sekedar untuk bertahan hidup.

"Hidup ini ibarat roket pak. Setau saya, sebuah roket yang akan pergi ke bulan akan menghabiskan 90% dari bahan bakarnya hanya untuk menembus atmosfir bumi. Setelah itu, dia akan dengan mudah menuju ke bulan karena dibantu oleh gravitasi bulan," ujar King Hades suatu ketika. Seorang motivator terkenal mengatakan bahwa waktu dia miskin, tak ada yang mau membelikannya makanan. Setelah dia kaya raya, bisa beli makanan sendiri, malah orang-orang berebut untuk mentraktirnya. Itulah hidup. Banyak orang yang berusaha untuk mengubah sistem ini. Namun, usaha seperti ini akan menemui jalan buntu. Selama manusia masih memiliki self interest, maka mereka akan terus mencari hal-hal yang menguntungkan buat mereka. Yang berarti orang-orang mampu (baik secara skill maupun materi) akan menerima semakin banyak. Dan orang-orang yang tidak mampu akan kesulitan bahkan untuk mendapat sedikit.

Daripada kita menyalahkan nasib atau berusaha mengubah cara berpikir manusia, lebih baik kita kembangkan diri kita sendiri. Dengan demikian, kita justru akan diuntungkan oleh sistem yang ada. Sistem "yang kaya bertambah kaya".

Oh ya. Bagaimana dengan seminar sahamnya? Seperti yang saya duga, tidak sampai 15 menit, King Hades memilih untuk berjalan-jalan di pusat perbelanjaan dekat tempat dilangsungkannya seminar itu. Saya pun tak lama kemudian menyusulnya.

ps: Sistem "yang kaya bertambah kaya" tidaklah sesederhana yang sering dipikirkan banyak orang. King Hades sendiri sering mencibir tatkala mendengar orang-orang mengatakan kalimat tersebut seolah itu adalah sebuah axiom.

Jumat, 14 Agustus 2009

Drama Kehidupan

Terlihat seorang pria duduk di sebuah lounge. Sesekali dia melihat ke jam tangannya. Tidak jarang dia menoleh ke kiri dan ke kanan. Jelas bahwa dia sedang menanti seseorang.


Masuklah seorang wanita dengan wajah sedikit cemas. Setelah melihat-lihat sebentar, dia menuju ke arah pria tersebut. Ketika sang wanita menampakkan diri di hadapannya, mata yang pria yang tadinya sayu langsung berbinar. "Sorry ya. Nunggu lama ya?" ucap sang wanita. Tanpa kata-kata sang pria langsung menggenggam tangan sang wanita. Sang wanitapun langsung membenanmkan wajahnya ke dada sang pria.


"Aku punya sesuatu buat kamu," ujar sang pria seraya mengambil ponselnya. Setelah mencari beberapa saat, kemudian dia menujukkan sebuah video clip. Beberapa detik setelah video clip dimulai, mata sang wanita berkaca-kaca. Ternyata itu adalah lagu kesukaannya yang dimainkan oleh sang pria sebagai hadiah ulang tahunnya. Perlahan sang wanita bernyanyi mengikuti alunan musik. Sang pria tersenyum melihat raut bahagia di wajah sang wanita.


Tidak. Saya tidak sedang menceritakan salah satu adegan di drama atapun sinetron yang pernah saya tonton. Kalaupun ada kesamaan dengan adegan yang Anda pernah lihat, itu hanyalah kebetulan. Karena yang saya ceritakan di atas adalah 'adegan' dalam kehidupan seorang pria yang saya kenal baik.


Saya pernah bertanya pada King Hades mengapa dia tidak menyukai drama. Dia hanya menjawab "Hidup saya sendiri adalah drama, Pak. Hidup kita semua adalah drama. Mungkin yang kurang hanyalah background music dan sound effect. Mungkin itu yang membuat kita tidak menyadari bahwa drama yang kita sebut dengan drama kehidupan ini tidak kalah menarik dengan drama-drama yang kita lihat di TV."


Ingat lagu "Panggung Sandiwara"? Memang hidup kita adalah panggung sandiwara. Dalam hidup, kita menjalankan beberapa peran. Sebagai sahabat, kekasih, anak, orang tua, pegawai, atasan, dan lain sebagainya. Kita adalah 'aktor-aktor' yang menggunakan berbagai macam 'kostum' dan keahlian kita bersandiwara untuk sukses dalam drama ini. Menciptakan adegan yang kita inginkan dalam hidup memang jauh lebih susah daripada membuat adegan serupa di sinetron. Dalam hidup, tidak ada kata 'CUT!'. Sang priapun untuk menyiapkan adegan di atas sudah merekam lagu tersebut jauh-jauh hari sebelumnya. Padahal belum tentu dia akan bisa menemui sang wanita lagi. Spekulasi. Mungkin saja, Dewi Fortuna mau tersenyum dan mempertemukan mereka kembali. 'Tokoh' wanitanyapun juga harus berjuang agar adegan tersebut bisa tercipta. Memang raut wajah dan air matanya mungkin bukan hasil latihan acting. Akan tetapi paling tidak dia harus berusaha agar bisa menemui sang pria tepat waktu. Dan sekali lagi, tidak ada kata 'CUT!'.

"...mari kita 'sutradarai' sendiri hidup kita"

Terlebih lagi, perasaan yang mereka miliki, yang mendukung terciptanya adegan tersebut, bukanlah suatu rekayasa ataupun berdasarkan petunjuk dari seorang sutradara. Tapi, teramat susah bukan berarti mustahil. Buktinya saja adegan yang saya ceritakan barusan. Istilahnya, 'seperti di film-film' kan? Tidakkah menyenangkan kalau kita bisa 'menyutradarai' sendiri hidup kita? Kita semua bisa menjadi bintang utama dalam 'drama' itu. Dibutuhkan perjuangan yang berat dan panjang. Seperti bintang film yang harus mengulang adegan yang sama berkali-kali, seringkali kita juga harus melalui proses yang membosankan selama bahkan bertahun-tahun. Hanya supaya bisa menciptakan 'adegan' yang kita inginkan. Lihat saja 'adegan-adegan' yang ingin dibuat oleh banyak orang. 'Adegan' mengendarai mobil mewah, 'adegan' berjalan-jalan di luar negeri bersama pasangan, 'adegan' menghadiri upacara wisuda putra-putri yang membanggakan, dan 'adegan-adegan' menyenangkan lainnya.


Semua itu butuh modal. Seperti halnya sebuah film, kalau dibuat dengan low budget, maka mungkin saja jadi. Tapi hasilnya juga tidak begitu memuaskan. Memang, hidup kita ini tergantung pada Dewi Fortuna. Seringkali upaya yang kita lakukan tak membuahkan hasil yang kita harapkan. Namun, selama kita terus 'pasang tampang' di depan sang dewi (tentunya penampilan juga harus keren), niscaya sang dewi akan melirik dan tersenyum pada kita.



Jadi, daripada kita hanya bergantung pada nasib, mari kita 'sutradarai' sendiri hidup kita. Ciptakan 'adegan-adegan' yang akan kita kenang selamanya.


Oh ya, bagaimana dengan akhir dari adegan tadi?


Sesaat sebelum mereka berpisah, sambil berjalan meninggalkan tempat pertemuan, sang pria menatap mata sang wanita dalam-dalam. "Sering-sering didengerin ya lagunya," kata sang pria pelan. Sang wanita tersenyum dan meletakan tangan kanan di dahi (ceritanya bilang 'Siap Pak!'). "Dan, setiap kamu mendengar lagu itu, ingatlah selalu akan diriku," lanjut sang pria mengakhiri 'adegan'.



The End

Kamis, 13 Agustus 2009

Persahabatan + Sex = Asmara

Jam menunjukan pukul 19.30. Saya dan sahabat saya sedang berada di gedung XXI. Bukan untuk mengantri tiket. Kebetulan King Hades lagi kumat hobinya. "Melihat life style kaum The Have".


"Ck..ck..ck.." decak King Hades sambil menggelengkan kepala. "Memang hebat ya, kaum The Have. Index Dow Jones ancur-ancuran, ekonomi menyusut, suku bunga dan harga minyak bergerak drastis, sepertinya sama sekali tidak mempengaruhi mereka. Masih bisa-bisanya pacaran dan nonton bioskop di masa-masa seperti ini"


Dalam hati saya ingin berkata "Lha? Anda sendiri gimana? Di tengah krisis global begini, juga masih sempat-sempatnya ke XXI cuma untuk menyaksikan kaum The Have ngantri tiket?". Tapi niat saya urungkan. Saya bisa mengerti perasaan sahabat saya ini. Harga sahamnya anjlok, dividennya dipotong. Terang saja dia ketar-ketir. Berbeda dengan pegawai yang tidak mempedulikan kondisi ekonomi, pasar saham, bahkan kondisi keuangan perusahaan tempat dia bekerja (kecuali kalo tergolong pegawai tinggi), King Hades sangat memperhatikan variabel-variabel di atas. Katanya itu menentukan hidup dan matinya. Padahal, kalo dilihat-lihat, justru dialah yang lebih baik kondisinya. Bayangkan saja, jalan-jalan di mal saja dapat uang.


Anyway,
setelah dia puas, kamipun melangkah keluar. "Persahabatan + Sex = Asmara", keluar 'mantra' maut dari mulut King Hades. Dari ekonomi tiba-tiba saja ke matematika? Percintaan? Apa hubungannya ya?


"Anak muda memang menarik pak. Semangat dan gairahnya besar. Tapi logikanya sempit. Otaknya dikalahkan oleh hatinya. Anda lihat pasangan-pasangan yang mengantri tiket tadi? Banyak dari mereka anak muda yang masih pacaran. Dan saya rasa banyak juga yang menjalin hubungan asmara tanpa terlebih dulu menjalin persahabatan", ungkap King Hades.


Ya. Memang ada benarnya sih. Ada pria yang baru pertama kali melihat seorang wanita, sudah berniat menjadikannya pacaranya. Demikian pula sebaliknya. Akibatnya, tidak ada saling pengertian antara kedua orang ini. Karena dari awal sudah mengambil sikap menutup, alias jaim. Kalau ini yang terjadi, maka setelah chemistry antara mereka hilang, yang tinggal adalah rasa bosan dan tidak jarang mereka akan putus disertai caci maki dan perasaan tidak enak.


"Seandainya mereka memulainya dengan hubungan persahabatan, tentunya hal seperti itu tidak perlu terjadi. Seperti Anda dan saya. Kita bersahabat. Anda bahkan bisa menebak dimana saya akan duduk sesaat setelah kita memasuki sebuah cafe. Anda begitu mengerti saya. Tapi karena tidak ada unsur sex dalam hubungan kita, hubungan kita tak bisa disebut sebagai hubungan asmara", ujar King Hades sambil tersenyum. Saya hanya tersenyum kecut mendengar kata 'sex'. Dengan King Hades? Amit-amit deh...


Sahabat saya tidak mempedulikan senyum kecut saya. "Apabila hubungan dua insan dimulai dari persahabatan, dan kemudian, setelah timbul chemistry, dilanjutkan ke hubungan asmara, maka setelah chemistrynya hilang sekalipun, persahabatan akan tetap ada. Dan karena sudah saling mengerti satu sama lain, maka jarang sekali yang putus hanya gara-gara merasa 'beli kucing dalam karung'", lanjut King Hades.


Saya terdiam. Di otak saya tergambar beberapa kasus yang sesuai dengan apa yang dikatakan pria di sebelah saya ini. Hubungan asmara yang berakhir dengan tidak baik-baik. Dengan sumpah serapah dan sakit hati. Biasanya hubungan seperti ini merupakan hubungan 'karbitan'. Hubungan yang diburu-buru. Akibatnya setelah saling mengenal lebih dekat, bukannya makin sayang, justru makin tau keburukan pasangan yang tadinya tak dilihat. Dan ini mengakibatkan rusaknya hubungan mereka. Merasa tertipu, dikhianati, dan perasaan-perasaan tak mengenakan lainnya.


"Tapi mau bagaimana lagi ya Pak? Kebanyakan orang kalau sudah menyangkut masalah ini, emosinya yang bermain. Logika jadi seperti dibuang jauh-jauh. Padahal orang yang sama mungkin adalah seorang eksekutif yang berprestasi. Sayangnya kepandaian dan dinginnya kepala tidak dipakai begitu sudah menyangkut yang satu ini. Sah-sah saja kalau memang menjalin hubungan sekedar untuk memuaskan hasrat. Tapi ya sadarilah bahwa yang dijalin itu bukan hubungan asmara, karena tidak ada persahabatan dalam hubungan itu", King Hades melanjutkan dengan wajah muram, seolah menyayangkan mengapa tak lebih banyak orang yang mengerti konsep ini.


Memang begitulah. Anak muda yang penuh semangat dan ambisi biasanya tidak sabar untuk mendapatkan segala sesuatunya. Termasuk mendapatkan pasangan. Hanya karena 'target' terlihat menarik, langsung diuber. Berbeda dengan saya dan King Hades yang sudah cukup berumur ini. King Hades memang termasuk orang yang berpandangan bebas. Tidak aneh kalau dalam seminggu dia bisa kencan dengan beberapa orang wanita yang berbeda (tidak bersamaan tentunya). Tapi dia selalu ingat bahwa hubungan yang dijalinnya dengan wanita-wanita itu tak bisa dikategorikan sebagai hubungan asmara. Karenanya, pada saat sudah tidak ada lagi chemistry antara mereka, King Hades dan wanita itu bisa pisah baik-baik. Tak ada pertengkaran karena pihak ketiga ataupun caci maki karena merasa telah dikhianati. Toh, bukan tak mungkin suatu saat akan timbul lagi rasa tertarik itu. Kalau tidak timbul lagi? Yah... pria di dunia ini kan bukan King Hades seorang. Masih ada saya bukan?

Senin, 10 Agustus 2009

Lihat Kebunku


Tidak. Anda tidak nyasar ke blog mengenai perkebunan ataupun blog mengenai cara menjadi guru taman kanak-kanak. "Lihat Kebunku" adalah judul yang terinspirasi oleh sahabat saya, King Hades.

Waktu menunjukkan sekitar pukul 6.30 malam. Mobil yang kami kendarai terjebak macet. Rencananya kami akan menuju sebuah pusat hiburan di wilayah Jakarta Utara. Tiba-tiba saja sahabat saya bersenandung "Lihat kebunku, penuh dengan bunga". Saya terkejut. Saya pikir stress karena macet membuat King Hades kehilangan akal sehat. Tapi kata-kata beliau selanjutnya menyadarkan saya bahwa sebuah ide menarik akan segera saya dengar.

"Anda tau Pak? Ada berbagai macam bakat di dunia. Ada bakat musik, melukis, olah raga, dan lain sebagainya. Setiap orang memiliki bakat yang berbeda-beda. Ada yang memiliki bakat musik, tapi tidak bakat olahraga, dan sebaliknya. Tapi Pak, ada satu bakat yang luar biasa. Bakat ini dimiliki oleh setiap manusia. Anda tau bakat apa ini?", tanya King Hades. "Bakat....malas?", saya mencoba menjawab. "Itu bisa juga," sahut King Hades sambil membelokan mobilnya. "Tapi yang saya maksud di sini adalah bakat mengkritik ataupun mencari-cari kejelekan orang."

Akhirnya mobil kami berhasil lolos dari kemacetan. Sekarang pikiran saya yang macet. Kalimat-kalimat King Hades membuat saya berpikir. Memang benar. Setiap orang memiliki bakat untuk mengkritik. Mencari kejelekan orang lain? Sudah barang tentu mudah sekali. Siapa yang tidak bisa?

"Dan yang membuat bakat ini menjadi lebih hebat lagi, dia dapat berkembang dengan sendirinya tanpa campur tangan sang pemiliknya Pak", tegas King Hades. "Baik bakat musik, olahraga, ataupun bakat lainnya, apabila Anda ingin mengembangkannya, Anda harus berusaha. Ikut les, berlatih, yang tentunya membutuhkan waktu, uang dan tenaga. Tapi, Anda belum pernah mendengarkan, "Les Mengkritik" atau "Fakultas mencari kejelekan orang lain"?" tanya King Hades sambil tersenyum. Pertanyaan rhetoris itu sangat mengena di hati saya. Aneh memang. Tanpa pernah belajar, manusia bisa menjadi sangat-sangat hebat dalam mencari kejelekan orang lain. Tanpa dengan sadar mengembangkan bakat ini, manusia bisa menjadi pengkritik yang jenius.

"Seperti rumput liar," ujar King Hades. Aha! Jadi ini yang membuat dia bersenandung lihat kebunku. Seperti rumput liar, bakat mengkritik ini bisa berkembang dengan sendirinya. Anda tentu tidak dengan sengaja menanam dan merawat rumput liar di kebun Anda. Namun demikian, apabila Anda biarkan saja, kebun Anda otomatis akan penuh dengan rumput liar. Sebaliknya, apabila Anda ingin kebun Anda dipenuhi bunga yang indah, kerja keras adalah keharusan.

Demikian pula dengan kemampuan yang Anda miliki. Ingin bisa bermain musik? Harus les dan berlatih. Ingin menjadi atlit yang hebat? Sama saja. Kerja keras diperlukan.
"Terbayang ga Pak, jalan-jalan di sebuah kebun yang hanya dipenuhi rumput liar? Kemanapun Anda memandang, hanya pemandangan tak sedap dilihat yang akan Anda temui," King Hades melanjutkan ceritanya seraya masuk ke parkiran. "Berbicara dengan orang yang hanya bisa mengkritik juga sama. Mau 1 menit, 1 jam, atau seharian, hanya kritikan dan kejelekan saja yang Anda dengar. Sangat membosankan bukan? Menariknya Pak, orang-orang seperti ini biasanya adalah orang-orang yang malas. Sangat logis bukan Pak? Karena mereka malas, otomatis bakat mereka yang berkembang hanya bakat yang satu ini. Bakat yang berkembang dengan sendirinya tanpa campur tangan dari mereka. Seperti orang yang malas merawat kebunnya. Hanya rumput liarlah yang akan tumbuh," tutur King Hades.

Ya. Ibaratnya sebuah kebun, kehidupan kitapun demikian. Apabila Anda berjalan-jalan di sebuah kebun yang dipenuhi bunga indah, bukan tidak mungkin Anda akan menemukan rumput liar. Tapi tentu hanya sedikit. Hanya dengan memalingkan pandangan, rumput liar tersebut tidak terlihat lagi. Demikian pula bila Anda berbicara dengan seseorang yang memiliki wawasan luas dan banyak kemampuan. Sebagian besar isi pembicaraan Anda akan merupakan conversation yang menarik dan memotivasi. Menambah pengetahuan dan bahkan kosa kata Anda. Memang, seperti tadi sudah diutarakan King Hades, bakat mengkritik dimiliki oleh setiap orang. Jadi tentunya bicara dengan siapapun, Anda akan melihat 'rumput liar' pada diri orang tersebut. Tapi bila orangnya memang rajin merawat 'kebunnya', niscaya 'rumput liar' yang anda lihat tidak akan mengganggu kualitas pembicaraan Anda dengannya.

"Jadi lagu Anda yang mana Pak? Lihat kebunku, penuh dengan bunga? Ataukah Lihat kebunku, penuh rumput liar?" tanya King Hades seraya melangkah keluar dari mobil. "Saya harap tentunya penuh dengan 'bunga' ya pak," jawab saya setelah menyusul beliau keluar dari mobil.

Jadi, ada apa di kebun Anda?

Sabtu, 08 Agustus 2009

King Hades Menikah?



"Beep... Beep... Beep... (sensor ceritanya)", sumpah serapah keluar dari mulut King Hades waktu saya mengajukan pertanyaan "Kapan anda berniat menikah?". Jelas sekali bahwa pernikahan bukanlah prioritas yang penting bagi sahabat saya ini.


Usia King Hades ketika itu masih bisa dibilang muda. Namun demikian, pengalamannya di bidang investasi sudah cukup mumpuni. Mulai dari pasar saham, forex trading, options, sampai properti, semua pernah digelutinya. Mungkin itu yang membuatnya menjadi orang yang sangat berhati-hati. "Persiapan adalah 80% dari keberhasilan" demikian motto beliau.


"Pernikahan itu seperti membeli rumah. Orang yang punya rumah tidak lebih baik dari yang tidak. Yang penting siap atau tidak. Percuma kan, kalo kita beli rumah namun tidak siap? Bisa-bisa rumah yang kita cicil dengan susah payah itu disita bank. Kalau sudah begitu, semua pihak rugi kan? Bank rugi karena uangnya belum tentu kembali. Sang pembeli rumahpun rugi karena harus kehilangan rumahnya", tutur King Hades, menggambarkan pandangannya mengenai pernikahan.


Memang. Banyak sekali orang yang menikah karena alasan yang tidak logis: umur, dorongan orang tua, tradisi, dan sebagainya. Ibarat seseorang yang berhutang sana sini demi membiayai kebutuhan konsumtifnya, orang yang menikah tanpa persiapan matang juga akan hidup dalam kesengsaraan.


"Saya sih tidak peduli dengan pasangan suami istrinya", lanjut King Hades. "Mereka kan 2 orang dewasa yang sudah bisa bertanggung jawab atas ulah mereka sendiri. Tapi kalau sampai punya anak, kasihan kan anaknya?". Wajah sosok yang sudah saya kenal selama hampir setengah umur saya ini terlihat muram ketika mengucapkan kalimat terakhir ini.


Saat itu kami tengah berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan. Istilah King Hades: "Mengamati lifestyle kaum The Have". Ketika melihat pasangan muda yang menggandeng seorang anak kecil, saya tidak tahan untuk tidak menanyakan pertanyaan 'terlarang' itu. Tak disangka pertanyaan sederhana yang lazim ditanyakan kepada orang-orang sepantaran saya dan King Hades itu akan bermuara pada satu lagi konsep menarik yang dimiliki oleh sahabat saya ini.


"Mempunyai anak sama saja dengan menculik seseorang. Saya tidak pernah minta untuk dilahirkan, alias dibawa ke dalam dunia yang kejam ini. Apa Anda pernah pak? Minta pada orang tua Anda untuk dilahirkan? Apa orang tua Anda pernah bertanya apakah Anda mau dilahirkan atau tidak?", tanya King Hades dengan ekspresi geli. Pertanyaan-pertanyaan rhetoris yang diajukannya membuat saya merenung. Sangat masuk akal. Apabila kita menculik seseorang, berarti kita membawanya tanpa seijin yang bersangkutan. Demikian pula dengan mempunyai seorang anak. Tiba-tiba saja, tanpa sepengetahuan ataupun ijinnya, dia sudah kita bawa. Mending kalau kita bawa ke tempat yang menyenangkan. Tapi ini dunia gitu lho! Dunia yang tak bersahabat, kejam, dan penuh ratap tangis.


Orang tua yang mampu tentu akan memberikan 'persenjataan' yang diperlukan oleh anak-anak mereka untuk survive dan bahkan menjadi orang berprestasi. Tapi bagaimana dengan yang tidak mampu? Apa yang akan terjadi dengan anak-anak mereka? Saya pernah melihat seorang bayi yang sangat lucu. Pada saat melihatnya, seolah semua masalah saya hilang. Saya sungguh terhibur. Kata-kata King Hades membuat saya bergidik ngeri membayangkan apa jadinya dengan bayi lucu itu apabila ortunya tidak mampu memberikan kehidupan yang layak untuknya. Membayangkan hal ini, saya jadi mengerti mengapa sahabat saya ini bersumpah serapah ketika saya menanyakan pertanyaan 'terlarang' itu.

Pernikahan, tidak, lebih tepatnya saya katakan memiliki keturunan, layaknya disikapi seperti membeli rumah ataupun investasi-investasi lainnya. Atau kalau perlu lebih kita cermati lagi. Karena seperti kata sahabat saya, "Kalau saya tidak sanggup mencicil mobil, saya masih bisa menjualnya. Tapi kalau saya tak sanggup membiayai anak saya, masa saya akan menjualnya?" Memang ada ortu-ortu yang menjual anak-anak mereka (biasanya anak perempuan) untuk dijadikan pekerja seks. Tapi yang jelas saya sama sekali tidak berniat menjadi salah satu dari ortu-ortu seperti itu.


"Kalau saya membeli saham, sejelek-jeleknya saya hanya akan kehilangan uang kalau perusahaan yang saya miliki buruk kinerjanya. Sudah. Itu saja. Dan itupun tidak mempengaruhi orang lain. Paling mood saya saja yang memburuk. Separah-parahnya, saya terpaksa menagih hutang-hutang Anda", ujar King Hades setengah bercanda. Saya menelan ludah. Kalau saya harus melunasi hutang-hutang saya ke dia, jual kolorpun tidak akan lunas. Benar-benar investor sejati. Bahkan sahabatnya sendiri saja dijadikan investasi. But that's another story.


"Jadi bagaimana Pak? Apa Anda berniat membujang seumur hidup?" tanya saya setelah berhasil menenangkan diri. Sahabat saya hanya menjawab "Bagi saya, pernikahan itu bukanlah perkara tiada rotan akarpun jadi. Kalau tidak ada 'rotan', lebih baik tidak sama sekali".


Saya pribadi ingin melihat King Hades berkeluarga. Saya ingin melihat keluarga seperti apa yang akan dibentuk oleh sosok yang selalu memukau saya dengan cara berpikirnya. Saya juga ingin melihat sosok wanita seperti apa yang bisa menjadi permaisurinya. Dan kehadiran prince maupun princess Hades pasti akan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Tapi saya menghargai prinsip hidup beliau. Toh, beliau juga tidak bilang tidak mau berkeluarga kan? Hanya persiapannya saja yang belum dirasa cukup. Yah.. moga-moga saja beliau cepat bertemu dengan 'Persephone'nya.

Jumat, 07 Agustus 2009

Selamat Jalan, King Hades

Hari itu hari terakhir saya bertemu King Hades. Setelah saya harus mengucapkan selamat jalan pada tokoh-tokoh terkenal seperti Mbah Surip dan W S Rendra, saya juga harus mengucapkan selamat jalan pada tokoh yang satu ini.



Pembicaraan dengan King Hades selalu menarik. Kadang humoris, kadang menyentuh, dan kadang berapi-api. Dia banyak membuka pemikiran saya. Atau lebih tepatnya membuat saya melihat hal-hal yang akrab dari sudut pandang yang berbeda.

"Dan adalah suatu kebanggaan bisa memanggilnya... sahabat"


Impian King Hades adalah agar lebih banyak orang yang lebih terbuka pemikirannya. Itu yang menginspirasi saya untuk membuat blog ini. Baik pada saat dia berkeluh kesah, bersenang-senang, maupun sekedar mencurahkan pemikirannya, saya selalu berada di sisinya. Seperti Cerberus yang selalu berada di sisi King Hades dalam legenda Yunani. Dan itu yang ingin saya bagikan melalui blog ini.

Saya berharap akan lebih banyak orang yang tertawa, terharu, termotivasi, atau sekedar manggut-manggut karena mendengar provokasi ataupun kisah-kisah menarik dari King Hades.



Selamat jalan, King Hades, sahabatku. Sosok Anda tidak lagi bersama saya. Tapi inspirasi-inspirasi Anda akan selalu saya ingat.



Mengenal King Hades adalah salah satu hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidup saya. Dan adalah suatu kebanggaan bisa memanggilnya... sahabat.