Kamis, 19 November 2009

The Silent Evidence

Suatu ketika saya dan sahabat saya sedang menikmati masakan jepang di sebuah mall. Adalah suatu peristiwa yang jarang terjadi kalau saya dan beliau makan di restoran seperti ini. Biasanya kami makan di food court, atau ngobrol-ngobrol di cafe. Yah.. bolehlah, sesekali menikmati masakan seperti ini. Walaupun harus saya akui, ini cukup berat buat kocek saya.

"Anda tau yang disebut dengan silent evidence pak?" tanya 'sang raja'. "Bukti yang diam?" jawab saya, sekedar mentranslasikan kalimat beliau. "Iya pak. Manusia itu makhluk yang aneh. Mereka seringkali hanya melihat yang terlihat. Mereka tak melihat apa yang tidak terlihat," tutur King Hades. Dalam hati saya berpikir "Itu sih Anda saja yang aneh pak. Bagaimana kita mau melihat apa yang tidak terlihat?"

Penasaran dengan istilah aneh tersebut, saya meminta beliau untuk menjabarkan apa yang beliau maksud. "Bayangkan bahwa Anda dan saya adalah 2 orang penjaga malam. Asumsikan kita memiliki kemampuan dan pengalaman yang setara. Anda dinas hari Senin, saya Selasa. Anda Rabu, saya Kamis. Bergantian terus," ujarnya memulai penjelasan. Saya mendengarkan dengan seksama. "Bayangkan juga ada seorang maling yang bermaksud mencuri dari tempat yang kita jaga. Pada hari Senin, Anda yang menjaga. Melihat aura Anda yang mengerikan, sang maling mengurungkan niatnya untuk mencuri. Dengan kata lain: Anda baru saja menyelamatkan tempat yang Anda jaga. Betul?" lanjut King Hades. Saya mengangguk. "Masalahnya, yang tau bahwa Anda menyelamatkan tempat itu hanyalah sang maling pak. Betul? Bahkan Anda sendiri tidak tahu bahwa Anda sudah menjadi seorang pahlawan," kalimat King Hades yang terakhir ini mulai menstimulasi otak saya.

"Gimana kalo sang maling tidak terima? Dan datang lagi keesokan harinya? Saat itu saya yang bertugas. Melihat aura saya yang tak mengerikan seperti Anda, sang maling memutuskan untuk masuk. Karena saya memiliki kemampuan yang setara dengan Anda, saya bisa meringkus maling tersebut. Tapi upaya saya meringkus sang maling membuat beberapa barang rusak," King Hades menjelaskan lanjutan dari skenario yang digunakannya. "Lucunya, pak, saya bisa jadi dianggap sebagai pahlawan, karena berhasil menggagalkan upaya sang maling, sekaligus memasukan dia ke dalam penjara. Yang berarti berkuranglah satu kriminal".

Mereka seringkali hanya melihat yang terlihat. Mereka tak melihat apa yang tidak terlihat

Saya mulai mengerti inti dari penjelasan sahabat saya. Dua orang dengan kualitas setara, hanya karena perbedaan timing, bisa mendapat perlakuan ataupun penghargaan yang berbeda. Saya yang berhasil menggagalkan upaya sang maling tanpa menimbulkan kerusakan apapun tidak dianggap sebagai pahlawan. Semata-mata karena tidak ada yang tahu apa yang telah saya 'lakukan'. Sementara, King Hades yang memiliki kemampuan seperti saya bisa mendapat penghargaan. Padahal upaya dia menggagalkan aksi pencurian diwarnai pengrusakan. Silent Evidence. Walaupun saya adalah seorang pahlawan, tidak ada bukti yang menyuarakan hal tersebut. Persis seperti yang King Hades katakan: manusia hanya melihat apa yang terlihat (dalam hal ini maling yang tertangkap), namun tak bisa melihat apa yang tidak terlihat (dalam hal ini maling yang tak jadi beraksi karena melihat saya). Lebih parahnya lagi, kadang manusia bisa berpikir bahwa saya tidak berguna, karena pada saat saya bertugas 'tak terjadi apa-apa'. Mereka lupa bahwa memang itulah tujuan mempekerjakan seorang petugas keamanan. Agar tak terjadi apa-apa.

Tidak adil rasanya kalau saya berharap agar semua manusia bisa melihat yang tidak terlihat seperti King Hades. Bagaimana bisa saya mengharapkan manusia rata-rata untuk memiliki infrared vision ala King Hades? Tapi yang jelas, penuturan sistematis 'sang raja' membuat saya berpikir ulang mengenai apa yang saya pikir berguna atau tidak. Juga membuat saya lebih waspada dalam menilai berbagai macam situasi. Sherlock Holmes berhasil memecahkan kasus karena 'sang anjing tak menggonggong'. Bagi dia, itulah silent evidence. Sang anjing tak menggonggong karena penjahatnya adalah orang yang dia kenal. Kemampuan untuk melihat yang tidak ada, yang seharusnya ada (gonggongan anjing), membuat sang detektif terkenal ini berhasil memecahkan kasus. Mungkin saja, kalau kita juga bisa melihat silent evidence, hidup kita juga akan jadi lebih produktif. Kita juga akan lebih bisa memberikan penghargaan kepada yang berhak.