Senin, 04 Oktober 2010

Bayar Harganya

"Apa rahasia anda sehingga bisa sedahsyat ini pak?"

Itulah pertanyaan yang saya lontarkan kepada King Hades saat kami bersantai di sebuah kedai kopi. Bagi saya, sosok King Hades sangat luar biasa, kemampuannya di atas rata-rata orang-orang lain yang saya kenal selama ini. Dia adalah seorang pekerja keras, seorang investor ulung, komunikator handal, inspirator yang cerdas, sahabat yang baik, bahkan pujaan para wanita. Karena itulah saya melontarkan pertanyaan tersebut dan berharap dia akan membagikan sedikit ilmunya ataupun jurus-jurus yang bisa saya gunakan.

Namun King Hades hanya terdiam, menatap saya dengan mata yang heran lalu dia meletakkan kopi yang sedang diseruputnya ke atas meja dengan pelan. Dengan perlahan dia mengalihkan pandangannya ke arah lain dan tetap tak bersuara.

Saya yang merasa heran atas sikapnya bertanya,

"Pak? Apa ada yang salah dengan pertanyaan saya?"

"Anda ini ada-ada saja ya" ujarnya.

"Hah? maksudnya pertanyaan saya?" tanya saya dengan bingung.

"Iya pak" jawabnya singkat sambil menatap saya dengan tajam.

"Ada-ada gimana pak? Saya serius lho menanyakan ini pada anda, gak main-main saya" timpal saya.

"Lha ya pertanyaan anda itu pak! Mana ada yang namanya rahasia pak? Yang ada hanyalah HARGA yang HARUS ANDA BAYAR." kali ini matanya terasa semakin tajam menyorot saya.

"Maksudnya gimana ya pak?" tanya saya.

"Begini pak, segala barang yang anda miliki saat ini tentu tidak anda peroleh dengan gratis bukan? Untuk membeli barang yang anda inginkan, tentu anda harus membayar harga sesuai dengan yang diminta. Kalau ada handphone seharga tiga juta rupiah, memangnya anda bisa membelinya hanya dengan selembar seratus ribuan?" tanyanya kepada saya.

"Jelas tidak pak" jawab saya.

"Tadi anda bertanya tentang rahasia, seakan-akan ada jurus maut untuk mencapai suatu hal, seakan-akan ada resep jitu, cara singkat, jalan pintas untuk menggapai sesuatu. Sayangnya itu tidak ada pak, untuk meraih apapun yang anda inginkan, tidak ada rahasianya. Yang perlu anda lakukan hanyalah MEMBAYAR HARGANYA." terasa sekali nada suara King Hades kali ini terdengar agak kesal.

"Membayar harga?" tanya saya dengan heran.

"Iya pak, tidak ada yang gratis di dunia ini. Seorang CEO sebuah perusahaan besar yang berangkat dari karir seorang office boy memangnya ditunjuk asal-asalan pak? Tentu si CEO ini telah membayar harga yang pantas untuk itu. Dia pasti telah bekerja keras, membayar dengan tenaga dan waktu, menunjukkan sikap yang cakap walaupun dalam keadaan yang sulit, profesional dalam bekerja, bertanggung jawab, bisa dipercaya, berprestasi dan selalu memberi nilai tambah pada perusahaannya. Itulah harga yang dia bayarkan, penjabaran saya mungkin agak menyederhanakan perjuangannya ya pak, tapi anda bisa menangkap apa yang sedang saya maksudkan kan?"


"SIAP BAYAR HARGANYA?"


Saya mengangguk pelan, bagi saya King Hades sendiri adalah seorang contoh yang baik untuk masalah BAYAR HARGANYA ini. Beliau merintis karirnya dari level terbawah di tempat dia bekerja. Saya tahu sekali bagaimana sulitnya dia harus berjuang, harus datang lebih awal dari rekan-rekannya yang lain, pulang larut malam, waktu istirahat yang minim. Hari minggu pun terkadang harus bekerja bahkan saat sakitpun dia harus terus bekerja. Namun karena perjuangannya itulah dia mendapat nilai plus di mata atasannya, King Hades selalu berusaha memberi lebih dari apa yang diminta darinya.

Dan saat ini walaupun dia bukan CEO perusahaan di mana dia bekerja, dia telah menjadi orang yang menduduki peran sentral di perusahaannya, promosi demi promosi diterimanya, dia adalah orang yang sangat berpengaruh bagi lingkungan tempatnya bekerja dan semuanya itu dirintisnya dari level paling dasar. Itulah upah dari harga yang telah dia bayarkan selama ini. Waktunya, tenaganya, pikirannya, darah dan keringatnya.

Menyadari hal ini, saya jadi malu sendiri, bukankah harusnya saya mengetahui hal ini? Dulu orangtua saya selalu berpesan agar saya dapat prestasi yang bagus di sekolah, saya harus belajar yang rajin. Belajar yang rajin adalah salah satu harga yang harus saya bayar agar saya bisa mendapat rangking 10 besar. Saya ingin punya tubuh ideal dan berotot, perut rata, tapi sayangnya saya malas ke gym untuk melatih otot-otot tubuh saya, padahal jelas sekali bahwa berlatih adalah harga yang harus saya bayarkan. Bayar harga bisa berarti belajar, bekerja lebih keras, melatih diri untuk disiplin, lebih bertanggung jawab. Selama saya belum membayar harga yang sesuai, saya tidak akan pernah mencapai apapun. Tapi ada hal lain yang membuat saya tergelitik, dan saya mengajukannya pada King Hades.

"Pak, saya mengerti yang anda maksud sekarang, tapi ada juga kan pak orang-orang yang tak perlu membayar harganya namun tetap mendapatkan yang mereka inginkan?" tanya saya.

"Betul pak, itu kan mirip dapat lotere ya? Dari sekian juta orang berapa sih pak yang dapat hadiah utamanya? Kecil sekali bukan peluangnya? Dan tentu anda gak berharap menjadi pemenang lotere kan? Bisa-bisa nunggu sampai mati juga tidak dapat apa-apa pak. Memilih untuk membayar harganya lebih bijak dilakukan daripada menunggu menang lotere pak." jawab King Hades.

"Setuju pak" jawab saya sambil tersenyum dan mengangguk.

"Jadi anda siap bayar harganya pak?" pertanyaan King Hades menutup topik pembicaraan kami saat itu.

Kalau ada di antara anda yang mirip seperti saya, yang masih mencari-cari "rahasia", jalan pintas, cara jitu, resep super untuk mencapai tujuan anda atau apapun yang anda inginkan, mungkin rahasianya hanya terletak di satu pertanyaan yang sederhana ini.


SIAP BAYAR HARGANYA?


Jumat, 10 September 2010

Harus! Atau Tidak Sama Sekali

Pernahkah Anda berencana melakukan sesuatu, akan tetapi tidak kunjung juga melakukannya? Kalau Anda seperti saya, tentunya pernah.

Menunda. Ini adalah suatu kebiasaan yang dimiliki setiap orang. Dan sayangnya, seperti kebiasaan-kebiasaan buruk lainnya, ini adalah kebiasaan yang sangat menghambat perjalanan kita mencapai kesuksesan. Tapi, pernahkah Anda bertanya mengapa kita suka menunda? King Hades tahu jawabannya. "Tanpa adanya sense of urgency, kita akan selalu menunda Pak. Kita akan merasa 'ah, tidak usah hari ini. Tidak usah sekarang. Masih ada hari esok'. Dan ini sangat berbahaya pak. Coba Anda bayangkan, berapa banyak yang sudah berhasil Anda capai kalau seandainya Anda tak punya kebiasaan ini? Saya pribadi sudah kehilangan banyak sekali kesempatan karena kebiasaan menunda ini," jelas sahabat saya.

Tak terhitung berapa banyak keuntungan yang tak berhasil kami raup karena kebiasaan menunda. Tak terhitung berapa kali 'sang raja' menyumpah karena kehilangan peluang mendapat profit dari pasar saham. Memang tak selalu karena menunda. Tapi seandainya kami bisa mengurangi kebiasaan ini, kondisi keuangan kami akan jauh lebih baik. Memang tak selamanya kegagalan dan kekecewaaan diukur dengan uang. Namun dengan melihat dampaknya pada keuangan kita, tidak sulit rasanya membayangkan akibat yang ditimbulkan pada aspek lain dalam hidup kita. Menunda untuk minta maaf, menunda untuk mengungkapkan perasaan, menunda untuk membersihkan rumah. Semua itu memberikan dampak yang negatif. Parahnya, seringkali kita tidak menyadari dampak negatif yang ditimbulkan. Mengapa? Karena kita seringkali lupa membayangkan 'apa yang akan terjadi seandainya...?'. Saat kita menunda membersihkan rumah, apakah kita lantas membayangkan 'apa yang akan terjadi seandainya saya tidak menunda membersihkan rumah?'. Memang jauh lebih mudah melihat efek dari menunda dari segi uang. "Seandainya saya beli rumah ini tahun lalu...", "Seandainya saya jual saham saya 1 minggu lebih cepat..." dan lain sebagainya. Walaupun, sekali lagi, efek negatif dari menunda tidak hanya diukur dengan uang.

"...kita HARUS berani mengatakan HARUS!"

Saya yakin, apabila Anda menilik kehidupan Anda sendiri ataupun orang-orang lain yang Anda kenal, Anda pasti akan banyak menyayangkan hal-hal yang seharusnya sudah Anda lakukan sejak dulu. Contohnya, memutuskan pacar yang brengsek, meminta kenaikan gaji, beli rumah, dan lain-lain. Kebiasaan menunda memang membuat kita lebih bisa menikmati masa sekarang. Akan tetapi itu mengorbankan masa depan kita. Begitu masa depan itu tiba dan menjadi masa sekarang kita, yang tinggal hanyalah penyesalan. "Wah! Kalau tau begini, seharusnya saya waktu itu menabung lebih giat...", "Sialan! Dia keburu merit sama orang lain! Padahal waktu itu dia udah nunjukin suka sama gue. Coba waktu itu gue ngomong lebih cepet..." Apakah kalimat-kalimat penyesalan di atas terdengar akrab di telinga? Apakah Anda sendiri sering mengucapkan kalimat-kalimat sejenis? Apa yang sebaiknya kita lakukan agar di masa mendatang kalimat-kalimat seperti itu semakin jarang kita ucapkan? Bagaimana solusi King Hades?

Harus! Tanpa adanya kata maut ini, hasil yang kita capai adalah nol. Dengan mengatakan 'harus!', maka kita akan mencari bagaimana caranya agar kita bisa berhasil. Dengan menimbulkan sense of urgency, atau istilah kerennya kepepet, kita akan memutar otak. Apapun caranya, kita harus berhasil. Kita akan menjadi lebih kreatif. Jalan-jalan lain yang sebelumnya tak terpikirkan bisa muncul kala kita merasa terdesak. Karena inilah kita HARUS berani mengatakan HARUS! Bagaimana menimbulkan perasaan keharusan ini? Itu akan saya bahas pada topik lainnya. Yang jelas, sekarang saya HARUS menerbitkan artikel ini.


Swear Your Way to Success

I swear.... by the moon and the stars in the sky.... I'll succeed...

Pernah mendengar lagu di atas? Lagu jaman saya SMP dulu. Tapi kalau Anda berpikir bahwa arti judul di atas adalah seperti uraian lagu tersebut, silakan berpikir lagi. Bagi King Hades, arti judul di atas adalah 'menyerapahlah sampai Anda sukses'.

Menyerapah. Bagi banyak dari kita, 'menyerapah' memiliki konotasi negatif. Tapi bagi sahabat saya, menyerapah adalah hal yang positif. Mengapa? "Bayangkan Pak. Anda dapat mengurangi stress tanpa harus mengeluarkan uang sepeserpun. Tanpa harus menyakiti siapapun. Hanya dengan menyerapah. Di saat Anda sedang sendiri," demikianlah penjelasan 'sang raja'. Memang. Bagi mereka yang memiliki banyak uang, tidaklah sulit untuk mencari kegiatan untuk menghilangkan stress. Tapi bagi kami yang berada di ambang batas kemiskinan ini, menyerapah bisa menjadi salah satu jalan keluar terbaik. Mau bagaimana lagi? Tidak cukup dana untuk bersenang-senang.

Untuk mencapai kesuksesan, berjuang adalah suatu keharusan. Namun seperti kita tahu bersama, kesuksesan tidak dicapai dalam semalam. Sebelum kita sukses, kita harus berusaha agar tetap waras. King Hades berusaha mati-matian untuk tetap memiliki akal sehat. Walaupun diterpa berbagai kegagalan dan kekecewaan, beliau masih tetap waras. Caranya? "Menyumpah serapahlah," seperti pernah dikatakan beliau. Setiap kali beliau menyerapah, dia selalu meminta saya untuk join dengannya. "Lanjutkan Pak," atau "Mari bersama-sama".

"Let's swear our way to success"

Entah sampai berapa lama lagi King Hades akan melanjutkan kebiasaan ini. Saya harap sih beliau akan segera menghentikannya. Karena pada saat beliau berhenti menyerapah, saat itulah kesuksesan sudah berada dalam genggamannya. Dan salah satu keinginan saya yang terbesar adalah melihat kesuksesan sahabat saya.

Bagi para pembaca yang saat ini masih dirundung stress, tekanan batin, dan penderitaan, teruslah berjuang. Apabila keadaan sudah sangat menekan, marilah bersama-sama King Hades mengucapkan "Baxxxat, puxxma, jaxxxam, dll, dsb, dkk". Niscaya perasaan kita menjadi lebih tenang.

Let's swear our way to success.

Jumat, 13 Agustus 2010

Kasian yang Ngedit

Suatu malam, King Hades tengah menghabiskan waktu dengan menonton TV bersama seorang wanita yang sangat setia menemani sahabat saya ini. Dia hanya asal pencet remot saja. Tiba-tiba dia melihat sebuah channel yang tengah menayangkan acara photoshoot model-model Indonesia berbikini. Sebagai seorang pria hidung belang, King Hades tentu suka acara seperti itu. Langsung saja dia stick with that channel. Kebetulan, acara tersebut juga menayangkan behind the scene dari acara pemotretan tersebut. Di sana bisa dilihat bagaimana model yang bersangkutan dirias. Bagaimana teknisi cahaya mengatur pencahayaan sedemikian rupa untuk menghasilkan efek yang diinginkan. Juga bagaimana foto diedit setelah masuk ke komputer.

"Kalo modelnya bisa dirias, foto bisa diedit, kenapa yang jadi model harus langsing dan cantik ya?" tukas King Hades. "Toh, kalopun modelnya ga langsing, nanti setelah masuk komputer bisa diedit kan?" Jawaban dari sang wanita cukup menggelikan, "Kalo yang jadi model gembrot, kasian yang ngedit dong?"

Memang benar sih. Mengedit foto sama dengan mentaylor sebuah kemeja. Kalau perubahan yang diperlukan teramat sangat besar, lebih baik mulai dari awal. Untuk itu sebaiknya apapun itu yang akan diedit, sudah cukup mendekati sasaran yang diinginkan. Apakah implikasi tersebut dalam hidup kita? Katakanlah Anda adalah seorang lulusan SMP yang ingin jadi direktur di sebuah perusahaan ternama. Perusahaan tersebut tentu bisa memberikan support and training yang Anda butuhkan. Namun alangkah baiknya apabila Anda sudah pernah menjalani hidup sebagai mahasiswa. Contoh lainnya adalah dalam hubungan asmara. Boleh jadi pasangan Anda mencintai Anda dan siap memberikan toleransi terhadap hal-hal yang tak dia sukai dari Anda. Tapi apabila hal-hal yang tidak compatible tersebut terlalu banyak, dan efeknya terlalu besar, 'kasian yang ngedit' kan?

"Kalo yang jadi model gembrot, kasian yang ngedit dong?"

Tidak ada yang sempurna. Tapi 'ada yang sempurna untuk...' Dulu King Hades pernah memiliki seorang kekasih. Karena ingin konsisten dengan prinsip tak ada yang sempurna, sahabat saya selalu mengatakan pada kekasihnya ini "Kamu 99.99% sempurna". Namun karena tak tahan lagi, akhirnya beliau mengatakan "Kamu sempurna". Memang, kekasihnya tidaklah sempurna. Tapi bagi beliau, wanita yang satu itu adalah sempurna. Bukan dalam arti tak memiliki kekurangan. Namun dalam arti kekurangan sang wanita tersebut bisa ditoleransi oleh King Hades dan kelebihan wanita tersebut memberikan warna yang indah dalam hidup sahabat saya. Demikian pula dengan model-model berbikini yang dilihat oleh King Hades. Mereka tidak sempurna. Tapi mereka sempurna untuk dirias dan diedit. Kalau Anda memiliki pegawai, Anda tentu bisa melihat mana yang bisa 'diedit', mana yang teramat sangat sulit untuk 'diedit'. Anda pilih yang mana? Tentunya Anda akan memilih yang, walaupun tidak sempurna, namun bisa 'dirias/diedit' tanpa harus menghabiskan banyak resources.

Karena itu, marilah kita menjadi 'model berbikini'. Orang yang tidak sempurna, namun mudah untuk 'dirias dan diedit'. Mudahkan bagi orang-orang di sekitar kita, mau itu kekasih, atasan, bawahan, teman, untuk mentoleransi kita. Terus kembangkan kepribadian dan kualitas kita agar kita bisa menjadi 'model yang cantik dan langsing'.

Senin, 02 Agustus 2010

Makanya! Jangan kek Johan!

Johan (bukan nama sebenarnya), adalah rekan kerja King Hades. Seorang pria paruh baya. Saya tak begitu mengerti posisinya di perusahaan tempat dia bekerja. Tapi berdasarkan penuturan King Hades, posisi Johan adalah posisi yang "biasa diisi oleh anak-anak muda".

Johan adalah seorang pekerja keras. Salah satu team member favorit sahabat saya. Yang membuat namanya muncul dalam percakapan kami adalah percakapan antara, sebut saja, SU dan BD. Mereka adalah rekan kerja King Hades yang bisa dibilang tergolong muda. Berikut percakapan mereka:

BD: SU, lu kenapa ga kerja mati-matian? Posisi udah bagus. Sayang kan?

SU: Tar dong. Gw kan masih muda. Nanti kalo udah 30, baru gw serius. Jangan kek Johan. Itu orang mah udah fucked up.

BD: Wah! SU, lu mah sadis bener!

SU: Yaa... lu liat aje... umur udah segitu... otot pas-pasan. Otak juga pas-pasan. Kalo otaknya pinter mah sekarang udah ga kerja pake otot kale.

Sepenggal percakapan di atas membuat saya merenungkan kehidupan saya sendiri. Kalau seandainya saya bukan putra seorang pengusaha, tidak sulit rasanya membayangkan saya akan bernasib seperti Johan. Sampai usia senja masih harus kerja dengan otot. Harus bersaing dengan anak-anak muda yang masih lebih kuat. Untung saja orang tua saya berbaik hati memberikan posisi pimpinan di perusahaan mereka.

"Makanya! Jangan kek Johan!"

King Hades tak menjelaskan latar belakang Johan. Apakah dia sudah berkeluarga atau belum, apakah ada investasi untuk menyokong hidupnya? Informasi tersebut tidak diketahui. Yang jelas, sosok Johan selalu muncul dalam pikiran saya pada saat menjelang tidur. "Apakah saya akan bernasib seperti Johan?" begitu kira-kira yang muncul dalam pikiran saya. Kehidupan tak pernah memberi ampun. Kita yang tidak terbiasa keras pada diri sendiri akan hancur. Memang, seperti yang King Hades sering katakan, "Kerja keras selamanya tak bisa mengalahkan keberuntungan." Yang jadi masalah, keberuntungan datangnya tak bisa diduga. Tak bisa diusahakan. Sampai kapankah saya akan beruntung? Kalau tiba-tiba saja saya harus menjalani hidup seperti King Hades, saya tak yakin saya akan mampu. Kalau beliau adalah serigala, saya adalah poodle. Anjing yang harus senantiasa dirawat. Dilepas ke dunia nyata, habislah.

Kisah mengenai Johan adalah kisah yang menginspirasi. Ada banyak Johan-Johan yang lain. Saya yakin Anda pasti juga mengenal sosok-sosok seperti Johan. Sosok yang rajin. Pekerja keras. Namun mungkin karena kurangnya keberuntungan atau ambisi, akhirnya masih terseok-seok di usia senja. Apapun pekerjaan Anda. Berapapun usia Anda. Berjuanglah! Ingatlah kata-kata King Hades "Makanya! Jangan kek Johan!"

Sabtu, 31 Juli 2010

Mengejar Kekecewaan

Mungkin Anda sudah sering mendengar istilah 'Mengejar Impian'. Tapi 'Mengejar Kekecewaan'? Tanpa dikejarpun, kekecewaan pasti akan datang dengan sendirinya. Yang lucunya, sahabat saya justru punya hobi mengejar kekecewaan.

"Pak! Mengapa Anda sedahsyat itu?" tanya saya suatu ketika. King Hades menjawab "Saya senantiasa mengejar kekecewaan pak," Kontan saya bengong. Namun mengingat bahwa King Hades memang hobi pakai istilah-istilah aneh, saya segera menelusuri maksud beliau. "Anak pengusaha yang dapat segala sesuatu tanpa harus berjuang seperti Anda mungkin tidak mengerti pak. Kalau kita berjuang, atau paling tidak, saya berjuang, maka hasilnya pasti adalah kekecewaan. Entah berhasil atau gagal. Kalau gagal, kecewa karena gagal. Kalau berhasil, kecewa karena ternyata hasilnya hanya seperti itu saja. Either way, we will be disappointed," lanjutnya.

Menyedihkan sekali kedengarannya. Baik tujuan kita tercapai atau tidak, kita akan kecewa. "Jadi? Mengapa Anda berjuang pak? Bukannya kalo sama-sama kecewa, lebih baik tidak berjuang?" tanya saya penasaran. "Anda mungkin bisa pak. Anda kan dikaruniai kedamaian? Tapi saya tidak bisa. 'Penyakit' yang saya derita mengharuskan saya untuk terus berjuang. Walaupun saya tau pada akhirnya saya pasti akan kecewa. Saya punya banyak keinginan. Tidak seperti Anda yang sederhana," jawab beliau.

Keinginan, menurut King Hades, adalah liability. Semakin banyak keinginan, semakin menderitalah seseorang. Memang, beberapa orang yang gigih mungkin berhasil mendapatkan yang mereka inginkan. Tapi, seringkali apa yang mereka dapatkan itu tidak sesuai dengan apa yang mereka pikirkan sebelumnya. Ambilah contoh sahabat saya. Dulu beliau ingin terjun ke dunia saham. Sekarang, bukan hanya sekedar main saham, bahkan bisa bersama saya tertawa-tawa kalau mendengar wawancara di radio tentang perdagangan saham (baca The Wisdom of PKL). Apakah beliau puas? Justru kekecewaan yang didapatkannya. "Sudah susah-susah belajar, ternyata kok hasilnya hanya seperti ini ya?" mungkin itu yang ada di pikiran beliau. Beliau juga pernah bercerita kalau dia pernah 'lupa bahagia'. Kejadiannya adalah ketika beliau membeli sebuah mobil sport. "Waktu saya masukan kunci mobil, dan menyalakan mesin, seharusnya saya merasa excited pak. Tapi, saya lupa untuk bahagia. Setelah nyetir sampe rumahpun, saya sama sekali tidak merasakan adanya excitement sedikitpun. Mengecewakan sekali bukan?" tutur 'sang raja'. Banyak lagi contoh-contoh yang bisa saya ceritakan. Dalam aspek karir, percintaan, keuangan. King Hades yang jauh lebih berpengelaman dari saya tentu sudah mencapai lebih banyak dari saya. Tapi yang didapatnya selalu kekecewaan. Kecewa karena gagal. Dan kecewa karena hasil yang diperoleh tak seperti yang diharapkan.

"Either way, we will be disappointed"

Memikirkan hal tersebut, kadang saya bersyukur diciptakan sebagai orang yang sederhana. Orang yang tak tau apa-apa. King Hades sering emosi dengan kebodohan saya. Kadang saya merasa tidak enak juga, membuat komunikasi menjadi kurang lancar. Tapi yah, mungkin karena 'keluguan' saya itulah saya bisa hidup damai. Saya tidak tau apa yang saya tidak tau. Jadi saya juga tak ambil pusing untuk mencari tau. Ada kalanya saya ingin menjadi seperti kawan saya itu. Terkesan enak sekali. Bekerja di perusahaan asing, bisa menginvestasikan uang, memiliki wawasan luas, cerdas, berbakat. Tapi kalau melihat beliau pada saat sedang murung (dan itu bisa dibilang hampir setiap saat), saya jadi merasa beruntung saya tidak seperti dia. Apakah memang kebahagiaan itu datang bersama kesederhanaan? Menurut King Hades demikian. "Orang-orang yang sederhana, mereka yang tidak tau what they're missing adalah empunya kebahagiaan pak," kata beliau suatu ketika. Ya. Kalau berdasarkan penjelasan seperti itu, memang benar. Orang-orang tersebut tidak 'mengejar kekecewaan'. Mereka tidak perlu melakukannya. Kalaupun mereka melakukannya, mungkin tidak sesering King Hades.

Ada berbagai macam tipe orang. Ada yang simple, namun tidak nyaman hidup seperti itu. Entah karena tuntutan orang tua, teman, atau semata-mata karena kesadaran sendiri. Adalah baik bagi orang-orang seperti itu untuk 'mengejar kekecewaan'. Merasakan sendiri pahitnya hidup. Pahitnya kegagalan, dan pahitnya keberhasilan. Ada pula yang sudah pasrah dengan hidupnya. Apabila Anda termasuk kategori ini, bersyukurlah. Anda akan hidup damai selamanya. Tidak ada lagi yang perlu Anda perjuangkan. Mungkin saya termasuk kategori ini. Saya tidak tau apa yang saya kejar. Saya hanya menjalani hari-hari saya dengan damai. Tapi selama saya bersahabat dengan King Hades, saya pasti akan senantiasa mendapatkan cerita-cerita maupun kata-kata 'berbisa' yang akan membuat ketololan dan kedamaian saya sedikit berkurang.

Senin, 31 Mei 2010

Kalau King Hades Jadi Penguasa Alam Semesta 2

Malam itu saya tengah bersantai di rumah. Menonton sebuah acara di TV. Acara yang menurut saya cukup menarik. Pesertanya adalah suami istri yang mengenakan topeng. Dan di sana mereka membahas masalah rumah tangga. Terlihat seorang istri yang menangis tersedu-sedu. "Saya tahu saya tak bisa menjahit. Karena itu, saya relakan suami saya mengenakan pakaian hasil jahitan wanita lain..." ujar sang istri. Saya mengernyitkan dahi saat mendengar ungkapan wanita tersebut. Anehnya, para penonton di studio bertepuk tangan. Sebagian dengan raut wajah haru. Seolah membiarkan suami mengenakan pakaian hasil jahitan wanita lain adalah hal yang luar biasa.

"Apakah Bapak masih mau menerima istri Anda walaupun dia tak dapat menjahit?" tanya pembawa acara pada sang suami. Sang suami tampak sedikit ragu. Tapi kemudian, dengan wajah yang (sepertinya) mantap (maklum, pake topeng jadi ga keliatan jelas), dia mengangguk. "Iya!" jawabnya lantang. Hadirin di studio kembali bertepuk tangan. Saya hanya bisa bengong. "Saksikan kelanjutan acara ini setelah pesan-pesan berikut," kata sang pembawa acara. Kemudian... iklan.

Sambil masih terbingung-bingung, saya bangkit untuk mengambil minum. Tiba-tiba saja, pintu kamar saya terbuka. Dan... KEMBARAN saya dari dimensi lain muncul di depan saya. "Hah!" teriak kami berdua serentak. "Jangan-jangan gue salah masuk dimensi lagi ya?" katanya sambil segera memeriksa gadgetnya. "Nah! Ternyata sekarang lu yang salah!" ujarnya sambil tersenyum. Saya buru-buru minta dipulangkan ke dimensi saya. Tapi, saat dia bersiap-siap memulangkan saya, acara TV tersebut kembali dimulai.

"We can't be everything for everybody"


"Tunggu! Gue pengen nanya-nanya dulu dong. Ini acara TV kok aneh banget sih? Suami pake baju jahitan wanita lain saja kok bisa heboh?" tanya saya dengan penuh penasaran. Sekarang gantian kembaran saya yang pasang tampang bingung. "Lha? Iya lah! Namanya juga udah merit. Kalo udah merit, kan suami cuma boleh dapet apa-apa dari istri? Cuma boleh makan masakan istri, cuma boleh pake baju hasil jahitan istri, cuma boleh nonton film yang dibintangi sang istri, cuma boleh naik mobil yang dibuat sang istri, dan lain-lain," jawab kembaran saya panjang lebar. Nah lu! "Kalo istrinya ga bisa masak? Ga bisa jahit? Atau suami ga puas dengan mobil buatan istri? Masa ga boleh menikmati mobil buatan orang lain? Masakan wanita lain?" tanya saya mencecar. "Yah... mau bagaimana lagi? Itu perintah King Hades," jawab kembaran saya lirih. King hades! Lagi-lagi King Hades! Bikin aturan aneh-aneh aja dia! Tapi, kalau mau dipikir, King Hades yang saya kenal memang juga radikal. Bedanya, dia seorang capitalist. "Kalo di dimensi lu, emangnya suami boleh menikmati hasil karya wanita selain istrinya? Boleh dia dapat kepuasan dari masakan wanita lain?" kembaran saya bertanya dengan penuh rasa ingin tahu. "Ya bolehlah!" jawab saya setengah berteriak. "Namanya manusia itu kan tidak sempurna. We can't be everything for everybody," jawab saya menirukan kata-kata King Hades. "Akan selalu ada yang tak bisa kita berikan untuk orang yang kita cintai. Jadi, kalau kita menginginkan kebahagiaan dia, sudah selayaknya kita biarkan dia mendapatkan hal-hal yang tidak bisa kita berikan dari orang lain," lanjut saya dengan emosi. "Wah! Coba gue bisa migrasi ke dimensi lu ya..." kata kembaran saya sambil menerawang. Tak lama kemudian, saya sudah kembali ke dimensi saya.

Sambil mengambil minum, saya membayangkan betapa sengsaranya orang-orang yang hidup di dimensi kembaran saya. Bayangkan, kalau sudah menikah, cuma boleh mendapatkan segala sesuatu dari pasangannya. Cuma memperbolehkan pasangan memakai baju hasil jahitan orang lain saja sudah dianggap hebat. Kalau di dimensi ini, tiap hari kita memakai pakaian hasil jahitan orang yang bukan pasangan kita. Kita mendapatkan kepuasan dari mobil hasil buatan orang lain. Kita menikmati masakan hasil karya orang lain. Tak perlu harus dari pasangan kita. Seandainya King Hades versi sana bisa bertemu dengan King Hades versi sini... King Hades versi sini selalu menekankan pentingnya menghargai orang. Apalagi orang yang kita cintai. "Sehebat-hebatnya kita, selalu ada hal-hal yang tak bisa kita berikan untuk mereka pak," ujar 'sang raja' suatu ketika. Saat mengucapkan kalimat itu, tersirat kesedihan di wajah beliau. Tentu, King Hades ingin jadi segalanya bagi orang yang dia cintai. Tapi dia tau bahwa itu tidak mungkin. "Karena itu, lakukan yang terbaik yang kita bisa. Terus tingkatkan kapasitas kita. Tak perlu kita menjadi segalanya bagi orang yang kita cintai. Yang penting kita bisa memberikan segala yang kita mampu untuk kebahagiaan dia," tukas beliau.

Sambil mematikan lampu dan bersiap tidur, saya menggumam, "Seandaianya King Hades jadi penguasa alam semesta..."

Sabtu, 03 April 2010

Hutang Pangkal Kaya

Sebagai orang yang bertanggung jawab mengurus keuangan perusahaan, kadang saya cukup pusing mengurus soal hutang. Pada saat seperti itu, saya teringat pada sahabat saya, King Hades. Beliau konon memiliki hutang yang besarnya luar biasa. Paling tidak, dengan keadaan saya sekarang, saya tak akan pernah bisa melunasi hutang sebesar itu (membayar bunganya saja tidak bisa). Kesempatan untuk bertanya soal mengelola hutang tiba pada saat beliau menyambangi saya.

"Pak, Anda kan punya hutang dalam jumlah besar? Saya kadang bingung. Anda sering merintih karena hidup terjepit hutang. Tapi, Anda masih sempat-sempatnya pergi berkencan? Bahkan seminggu bisa 3-4 kali? Asumsi saya, berkencan kan perlu uang pak?" tanya saya tanpa membuang waktu. King Hades tersenyum. "Iya pak. Tak ada yang gratis," jawabnya. "Lalu? Hutang Anda gimana? Kok Anda terkesan tetap bisa menjalankan aktivitas Anda? Saya saja yang tak berhutang ini kadang kesulitan," tanya saya lagi. Jawaban beliau menjadi suatu masukan yang sangat berarti buat saya.

Anda tentu sering mendengar pepatah 'hemat pangkal kaya'. Itu adalah pepatah yang sering didengung-dengungkan oleh orang tua maupun guru. Tapi, bagi King Hades, pepatah yang berlaku adalah 'hutang pangkal kaya'. Jadi? Apa sebaiknya kita semua berhutang sebanyak-banyaknya? Well, tidak semudah itu. Bagi orang rata-rata, memang lebih bagus tidak berhutang. Atau kalopun sampai berhutang, segera lunasi secepatnya. Tapi, King Hades bukan orang rata-rata. Jenis hutangnyapun berbeda dengan yang biasa dimiliki oleh orang rata-rata. Sementara orang pada umumnya memiliki hutang konsumtif (kartu kredit misalnya), King Hades memiliki hutang produktif (hutang yang digunakan untuk membeli aset). Sementara orang lain bekerja keras membayar bunga dari hutang mereka, aset yang dibeli King Hades dengan hutang tersebutlah yang membayar bunganya.

"Ingat: aset tersebut harus mampu membayar bunga yang bersangkutan"


Perbedaan inilah yang membuat King Hades masih bisa berkencan walaupun hutangnya segunung. Bayangkan: berhutang, namun tidak seperti berhutang. Menarik sekali bukan? Namun sebelum Anda segera menghubungi bank Anda dan meminjam uang, pastikan dulu Anda mengerti barang seperti apa yang harus Anda beli. Ada alasan mengapa saya bilang King Hades bukanlah orang rata-rata. Sementara pria pada umumnya menghabiskan masa mudanya untuk berpacaran (atau paling tidak cari pasangan), King Hades menggunakan masa itu untuk belajar berinvestasi. Bisa dibilang beliau tak memiliki masa muda. 'Pengorbanan' seperti inilah yang membuat beliau sanggup memanfaatkan hutang untuk memperkaya dirinya. Konon kabarnya, jurus ini beliau pelajari dari ayahandanya.

"Hutang itu tak lebih dari turbo boost pak. Kalau Anda menuju ke arah yang benar, maka itu kan membantu Anda untuk tiba lebih cepat. Tapi kalau arah Anda menuju ke 'tembok', maka hutang juga akan membantu Anda untuk lebih cepat bonyok," ujar sahabat saya yang juga penggemar mobil sport ini suatu ketika. Ya. Saya rasa, intinya hutang tak lebih dari sekedar alat. Gunakan alat itu dengan baik, kita akan meraup hasilnya. Sebaliknya, apabila disalahgunakan, kita akan menanggung akibat buruknya. Sampai sekarang, saya belum mempraktekan jurus tersebut. Tapi apabila Anda tertarik, mulailah dengan mempelajari jenis-jenis aset yang menguntungkan untuk dibeli dengan hutang. Ingat: aset tersebut harus mampu membayar bunga yang bersangkutan. Dan tidak semua hutang sama. Hutang konsumtif cenderung memiliki bunga yang jauh lebih tinggi dibanding hutang produktif. Ironisnya, jauh lebih mudah mendapatkan hutang konsumtif. Ingat-ingat saja terakhir kali Anda mengajukan aplikasi untuk kartu kredit. Sementara, untuk hutang produktif, seperti yang digunakan King Hades, Anda terlebih dahulu harus memiliki aset yang cukup besar. Barulah Anda bisa mengakses hutang dalam jumlah lebih besar dan bunga lebih kecil.

Akhir kata, apabila Anda adalah orang yang siap membayar harga lebih, siap untuk meluangkan waktu dan tenaga demi mendalami investasi, silakan Anda mempertimbangkan pepatah 'hutang pangkal kaya'. Namun apabila Anda orang yang merasa bahwa dunia investasi bukan dunia Anda, pepatah 'hemat pangkal kaya' adalah pepatah yang dapat Anda ikuti untuk meningkatkan kualitas finansial Anda.

Kamis, 01 April 2010

Si Ayam dan Sang Naga

"Jangan mentang-mentang tampan dan anak pengusaha, Anda merasa pasti sukses pak. Itu cuma ada di film. Tampan saja tidak cukup," demikian kata King Hades suatu ketika. Seperti yang sudah ditulis beliau beberapa waktu lalu, kesenjangan status di antara kami berdua memang cukup besar. Saya yang sudah menjadi pimpinan perusahaan, dengan King Hades yang 'hanya' pegawai menengah. Namun hal tersebut tak menghalangi kami untuk tetap bersahabat. Sampai baru-baru ini. Rasa iri yang diungkapkan King Hades semakin memuncak. Beliau merasa bahwa kerja kerasnya sia-sia. "Anda, si beep beep beep (sensor) mana tau rasanya berjuang? Rasanya memikul tanggung jawab?" maki King Hades ketika saya menanyakan kabarnya. Ga nyambung bukan? Tapi itulah yang terjadi. Semakin maju karir beliau, semakin tebal koceknya, semakin banyak pengalamannya, semakin seringlah keluar serapahannya. Penyebabnya cuma satu: rasa iri pada pria tampan yang kerjanya hanya main-main saja ini.

Kekayaannya yang ribuan kali lebih banyak dari saya sama sekali tak bisa meredakan kemarahan beliau. "Anda tak perlu khawatir apa-apa pak! Segala sesuatu sudah terjamin. Pernahkah Anda merasakan tekanan untuk membayar cicilan? Kebutuhan sehari-hari? Ancaman terhadap karir anda? Tidak pernah bukan? beep beep beep (sensor) seperti Anda kan dengan mudah mendapatkan segala yang Anda butuhkan," begitulah makian 'sang raja' yang sekarang cukup sering saya dengar. Rasanya, sampai kesenjangan status di antara kami berdua menyempit, saya masih akan mendapatkan kata-kata seperti itu.

Terus terang saya heran mengapa King Hades bisa iri pada saya. Boleh jadi saya adalah sang pimpinan. Tapi jabatan itu saya dapatkan bukan setelah saya membuktikan diri bahwa saya mampu. Jabatan itu saya dapat semata-mata karena saya adalah putra sang pemilik. Di sisi lain, kemajuan King Hades dalam karirnya didapat melalui perjuangan. "Tidak ada rahasia pak. Yang ada hanyalah kesengsaraan," jawab beliau ketika saya tanya rahasia kedahsyatannya. Pada saat saya mengungkapkan keinginan saya untuk ikut sengsara, beliau langsung tertawa. "Anda? Ingin sengsara?" tanyanya meremehkan. Anehnya, mendapatkan perlakuan seperti itu, saya justru lebih senang dibandingkan mendapatkan pujian-pujian. Saya merasa kata-kata makian dari beliau memacu saya untuk terus berjuang. Walaupun saya tak yakin apakah yang saya sebut sebagai 'perjuangan' sesuai definisi King Hades. Kalau disuruh bertaruh, saya lebih memilih untuk bilang bahwa itu tidak sama. Di mata saya, King Hades adalah seorang pria yang dahsyat. Kecerdasan, pengalaman, kegigihan, dan perjuangan beliau menjadi inspirasi yang luar biasa bagi saya. Dan saya bertambah kagum lagi setiap kali membayangkan hal-hal seperti apa saja yang sudah dilalui beliau hingga beliau bisa sampai seperti sekarang ini. Yang pasti, hal-hal tersebut belumlah pernah saya lalui.

"Tampan saja tidak cukup"


Dulu, saya suka mengatakan bahwa saya ini adalah ayam, dan beliau adalah rajawali. Dan adalah hal yang aneh kalau dua makhluk ini bisa berkawan. Sekarang, saya mengatakan bahwa saya adalah (masih) ayam, dan beliau adalah naga. Dan lebih aneh lagi kalau dua makhluk ini bisa berkawan. Seorang kawan King Hades memberikan jawaban: 'ayam bersahabat dengan naga, jadinya naga punya korban buat disembur'. Ya. Saya selalu mendapat semburan murka beliau.

'Ku slalu membanggakanmu. Kaupun slalu menyanjungku' adalah kalimat yang pernah King Hades ucapkan pada saya. Memang. Dulu beliau sangat mengagumi saya. Menurutnya, saya adalah pria yang ingin maju, berintegritas, cerdas, dan berkharisma. Tapi seperti saya sudah katakan tadi, semakin keras beliau berusaha, semakin terlihatlah bahwa saya 'bagaikan orang yang tak pernah meninggalkan bangku kuliah'. Saya sangat ingin maju. Agar bisa semakin mendekati level sahabat saya ini (anehnya, beliau juga mengatakan hal yang sama). Namun, jangankan berusaha. Harus memulai dari mana saja saya masih suka bingung. Parahnya, beliau tak lagi mau memberikan saran pada saya. "Saran saya kan cuma masuk kuping kiri keluar kuping kanan pak?" sindirnya. Yah... memang ada benarnya sih. Tapi mau bagaimana? Saran sang naga tentunya sulit sekali untuk dijalankan oleh si ayam (King Hades, pengertian dikit dong).

Mungkin masih jauh bagi si ayam yang tampan ini untuk bisa mengangkasa. Tapi, selama masih bersahabat dengan King Hades, selama masih mendapat semburan serapahannya, saya akan senantiasa mendapatkan motivasi untuk terus maju. Saya yakin di antara para pembaca ada yang pernah mengalami hal serupa. Entah Anda ada di posisi King Hades, atau posisi saya. Apabila Anda di posisi sang naga, berbelas kasihanlah sedikit terhadap kawan Anda (jangan seperti King Hades). Apabila Anda di posisi saya, bersyukurlah Anda masih memiliki sahabat yang setia menyembur Anda dengan kata-kata 'motivasi'. Dan jangan lupa mempraktekan saran yang Anda terima (jangan seperti saya).




Minggu, 31 Januari 2010

The Wisdom of Cerberus

Pada kesempatan kali ini, saya memberikan kesempatan pada King Hades untuk memberikan sumbangan artikel. Saat membaca judulnya, saya sudah bisa menduga bahwa isinya pastilah pembohongan publik, seperti yang sudah biasa dilakukan oleh 'sang raja'. Dan ternyata benar. Moga-moga saja para pembaca tidak mendapatkan kesan yang salah. Ambilah makna dari artikel ini (kalau ada), dan lupakan yang tidak masuk akal. Selamat membaca karya King Hades.


The Wisdom of Cerberus

Cerberus sudah menjadi sahabat saya selama jutaan abad. Saya menyaksikan sendiri transformasi Cerberus dari seorang pria yang tenang menjadi, well, pria yang tenang. Dia adalah pria yang cerdas, berkharisma, ulet, gigih, dan bertanggung jawab. Tapi yang sangat menginspirasi dari dia adalah ketenangannya. Di mata saya, dia adalah seorang pria yang sudah mencapai tahap Nirvana, keadaan tanpa keinginan. Mungkin sulit dipercaya. Seorang pria muda, dengan background keluarga pengusaha, bisa tidak tertarik dengan kemewahan dunia. Wanita, judi, mobil, minuman keras, jabatan, semua tidak ada yang menarik di hadapan Cerberus.

Ironis memang. Saya, yang menjadikan kemewahan sebagai tujuan hidup, bersahabat dengan Cerberus yang tak melihat kemewahan sebagai sesuatu yang patut untuk diperjuangkan. Tapi mungkin dengan demikian saya bisa menjadi lebih tenang, melihat Cerberus dalam segala kesederhanaannya berkata 'don mai, don mai'. Berulang kali saya berusaha menekankan pada dirinya bahwa seorang pria sudah selayaknya berjuang demi kemewahan. Demi kekayaan. Tapi, berulang kali pula saya gagal. Ketenangannya.... Melampaui akal sehat manusia. Memang bisa dimengerti. Latar belakang keluarga mungkin turut berperan dalam hal ini. Saya yang harus luntang-lantung setelah lulus kuliah, berjuang mencari penghasilan, dengan Cerberus yang walaupun sempat luntang-lantung, masih memiliki safety net, bisa ikut bekerja di perusahaan keluarga. Mungkin itu yang membuat Cerberus begitu tenang.


"...seorang pria yang sudah mencapai tahap Nirvana"

Inspirasi yang saya dapat dari dia bisa dibilang bukanlah inspirasi yang mendorong untuk terus berjuang. Inspirasi yang bisa kita dapatkan dari pria yang satu ini justru inspirasi yang mendorong kita untuk 'mengurangi kecepatan'. Untuk menjaga agar RPM kita tidak berada di garis merah. Sebagai contoh, waktu saya tertumpas di meja poker, beliau mengatakan 'Tidak apa pak. Toh itu kan Anda lakukan hanya sebagai relaksasi? Untuk melepaskan kepenatan karena kesibukan Anda sehari-hari'. Cerberus adalah seorang pria yang down to earth. Dia selalu mengingatkan pada saya untuk 'melihat ke bawah'. Ya. Kalau memang Cerberus ada di bawah, bagaimana mungkin saya tidak melihat ke bawah? Dia adalah sahabat saya. Dalam percakapan dengan salah seorang penggemarnya, saya sempat mengatakan "Bukan apa yang dia miliki yang membuatnya berbeda dari pria lain. Melainkan apa yang tidak dia miliki: keinginan," Keinginan untuk hidup makmur. Keinginan untuk bergelimang harta. Ketiadaan keinginan ini membuat Cerberus begitu tenang. Berbeda dengan orang-orang lain yang penuh ambisi. Berjuang, mengorbankan tenaga, waktu, dan emosi. Demi memperoleh harta.

Setiap kali saya ingat akan Cerberus, saya merasa segala yang saya miliki, saya nikmati, adalah sia-sia. Bagaimana tidak? Tanpa segala macam kemewahan, Cerberus tetap dapat hidup tenang, damai, dan bahkan menginspirasi orang-orang di sekitarnya. Kalau ada satu hal yang ingin saya tiru dari Cerberus, itu adalah ketenangannya. Seandainya saya memiliki 10% dari ketenangannya, mungkin hidup saya akan jauh lebih bahagia. Dulu saya memiliki teori bahwa harta berbanding lurus dengan kebahagiaan. Semakin banyak harta, semakin bahagia. Ironisnya, sahabat saya ini adalah salah seorang yang menghancurkan teori saya. Dia dengan gemilang menunjukan bahwa seseorang bisa hidup tenang dan damai tanpa banyak harta. Teori saya: kebahagiaan datang dari luar (eksternal). Tergantung dari apa saja yang bisa kita miliki dan nikmati. Teori Cerberus: kebahagiaan datang dari dalam. Tidak tergantung dari apa yang kita miliki. Bagaimana menurut Anda? Apakah Anda termasuk orang yang bekerja keras demi kemewahan? Ataukah seperti Cerberus? Seorang yang tenang, yang tidak silau oleh harta. Yang menginspirasi sahabatnya bukan dengan performance yang bombastis. Melainkan dengan ketenangannya.



Demikianlah artikel sumbangan dari King Hades.