Senin, 31 Mei 2010

Kalau King Hades Jadi Penguasa Alam Semesta 2

Malam itu saya tengah bersantai di rumah. Menonton sebuah acara di TV. Acara yang menurut saya cukup menarik. Pesertanya adalah suami istri yang mengenakan topeng. Dan di sana mereka membahas masalah rumah tangga. Terlihat seorang istri yang menangis tersedu-sedu. "Saya tahu saya tak bisa menjahit. Karena itu, saya relakan suami saya mengenakan pakaian hasil jahitan wanita lain..." ujar sang istri. Saya mengernyitkan dahi saat mendengar ungkapan wanita tersebut. Anehnya, para penonton di studio bertepuk tangan. Sebagian dengan raut wajah haru. Seolah membiarkan suami mengenakan pakaian hasil jahitan wanita lain adalah hal yang luar biasa.

"Apakah Bapak masih mau menerima istri Anda walaupun dia tak dapat menjahit?" tanya pembawa acara pada sang suami. Sang suami tampak sedikit ragu. Tapi kemudian, dengan wajah yang (sepertinya) mantap (maklum, pake topeng jadi ga keliatan jelas), dia mengangguk. "Iya!" jawabnya lantang. Hadirin di studio kembali bertepuk tangan. Saya hanya bisa bengong. "Saksikan kelanjutan acara ini setelah pesan-pesan berikut," kata sang pembawa acara. Kemudian... iklan.

Sambil masih terbingung-bingung, saya bangkit untuk mengambil minum. Tiba-tiba saja, pintu kamar saya terbuka. Dan... KEMBARAN saya dari dimensi lain muncul di depan saya. "Hah!" teriak kami berdua serentak. "Jangan-jangan gue salah masuk dimensi lagi ya?" katanya sambil segera memeriksa gadgetnya. "Nah! Ternyata sekarang lu yang salah!" ujarnya sambil tersenyum. Saya buru-buru minta dipulangkan ke dimensi saya. Tapi, saat dia bersiap-siap memulangkan saya, acara TV tersebut kembali dimulai.

"We can't be everything for everybody"


"Tunggu! Gue pengen nanya-nanya dulu dong. Ini acara TV kok aneh banget sih? Suami pake baju jahitan wanita lain saja kok bisa heboh?" tanya saya dengan penuh penasaran. Sekarang gantian kembaran saya yang pasang tampang bingung. "Lha? Iya lah! Namanya juga udah merit. Kalo udah merit, kan suami cuma boleh dapet apa-apa dari istri? Cuma boleh makan masakan istri, cuma boleh pake baju hasil jahitan istri, cuma boleh nonton film yang dibintangi sang istri, cuma boleh naik mobil yang dibuat sang istri, dan lain-lain," jawab kembaran saya panjang lebar. Nah lu! "Kalo istrinya ga bisa masak? Ga bisa jahit? Atau suami ga puas dengan mobil buatan istri? Masa ga boleh menikmati mobil buatan orang lain? Masakan wanita lain?" tanya saya mencecar. "Yah... mau bagaimana lagi? Itu perintah King Hades," jawab kembaran saya lirih. King hades! Lagi-lagi King Hades! Bikin aturan aneh-aneh aja dia! Tapi, kalau mau dipikir, King Hades yang saya kenal memang juga radikal. Bedanya, dia seorang capitalist. "Kalo di dimensi lu, emangnya suami boleh menikmati hasil karya wanita selain istrinya? Boleh dia dapat kepuasan dari masakan wanita lain?" kembaran saya bertanya dengan penuh rasa ingin tahu. "Ya bolehlah!" jawab saya setengah berteriak. "Namanya manusia itu kan tidak sempurna. We can't be everything for everybody," jawab saya menirukan kata-kata King Hades. "Akan selalu ada yang tak bisa kita berikan untuk orang yang kita cintai. Jadi, kalau kita menginginkan kebahagiaan dia, sudah selayaknya kita biarkan dia mendapatkan hal-hal yang tidak bisa kita berikan dari orang lain," lanjut saya dengan emosi. "Wah! Coba gue bisa migrasi ke dimensi lu ya..." kata kembaran saya sambil menerawang. Tak lama kemudian, saya sudah kembali ke dimensi saya.

Sambil mengambil minum, saya membayangkan betapa sengsaranya orang-orang yang hidup di dimensi kembaran saya. Bayangkan, kalau sudah menikah, cuma boleh mendapatkan segala sesuatu dari pasangannya. Cuma memperbolehkan pasangan memakai baju hasil jahitan orang lain saja sudah dianggap hebat. Kalau di dimensi ini, tiap hari kita memakai pakaian hasil jahitan orang yang bukan pasangan kita. Kita mendapatkan kepuasan dari mobil hasil buatan orang lain. Kita menikmati masakan hasil karya orang lain. Tak perlu harus dari pasangan kita. Seandainya King Hades versi sana bisa bertemu dengan King Hades versi sini... King Hades versi sini selalu menekankan pentingnya menghargai orang. Apalagi orang yang kita cintai. "Sehebat-hebatnya kita, selalu ada hal-hal yang tak bisa kita berikan untuk mereka pak," ujar 'sang raja' suatu ketika. Saat mengucapkan kalimat itu, tersirat kesedihan di wajah beliau. Tentu, King Hades ingin jadi segalanya bagi orang yang dia cintai. Tapi dia tau bahwa itu tidak mungkin. "Karena itu, lakukan yang terbaik yang kita bisa. Terus tingkatkan kapasitas kita. Tak perlu kita menjadi segalanya bagi orang yang kita cintai. Yang penting kita bisa memberikan segala yang kita mampu untuk kebahagiaan dia," tukas beliau.

Sambil mematikan lampu dan bersiap tidur, saya menggumam, "Seandaianya King Hades jadi penguasa alam semesta..."