Jumat, 13 Agustus 2010

Kasian yang Ngedit

Suatu malam, King Hades tengah menghabiskan waktu dengan menonton TV bersama seorang wanita yang sangat setia menemani sahabat saya ini. Dia hanya asal pencet remot saja. Tiba-tiba dia melihat sebuah channel yang tengah menayangkan acara photoshoot model-model Indonesia berbikini. Sebagai seorang pria hidung belang, King Hades tentu suka acara seperti itu. Langsung saja dia stick with that channel. Kebetulan, acara tersebut juga menayangkan behind the scene dari acara pemotretan tersebut. Di sana bisa dilihat bagaimana model yang bersangkutan dirias. Bagaimana teknisi cahaya mengatur pencahayaan sedemikian rupa untuk menghasilkan efek yang diinginkan. Juga bagaimana foto diedit setelah masuk ke komputer.

"Kalo modelnya bisa dirias, foto bisa diedit, kenapa yang jadi model harus langsing dan cantik ya?" tukas King Hades. "Toh, kalopun modelnya ga langsing, nanti setelah masuk komputer bisa diedit kan?" Jawaban dari sang wanita cukup menggelikan, "Kalo yang jadi model gembrot, kasian yang ngedit dong?"

Memang benar sih. Mengedit foto sama dengan mentaylor sebuah kemeja. Kalau perubahan yang diperlukan teramat sangat besar, lebih baik mulai dari awal. Untuk itu sebaiknya apapun itu yang akan diedit, sudah cukup mendekati sasaran yang diinginkan. Apakah implikasi tersebut dalam hidup kita? Katakanlah Anda adalah seorang lulusan SMP yang ingin jadi direktur di sebuah perusahaan ternama. Perusahaan tersebut tentu bisa memberikan support and training yang Anda butuhkan. Namun alangkah baiknya apabila Anda sudah pernah menjalani hidup sebagai mahasiswa. Contoh lainnya adalah dalam hubungan asmara. Boleh jadi pasangan Anda mencintai Anda dan siap memberikan toleransi terhadap hal-hal yang tak dia sukai dari Anda. Tapi apabila hal-hal yang tidak compatible tersebut terlalu banyak, dan efeknya terlalu besar, 'kasian yang ngedit' kan?

"Kalo yang jadi model gembrot, kasian yang ngedit dong?"

Tidak ada yang sempurna. Tapi 'ada yang sempurna untuk...' Dulu King Hades pernah memiliki seorang kekasih. Karena ingin konsisten dengan prinsip tak ada yang sempurna, sahabat saya selalu mengatakan pada kekasihnya ini "Kamu 99.99% sempurna". Namun karena tak tahan lagi, akhirnya beliau mengatakan "Kamu sempurna". Memang, kekasihnya tidaklah sempurna. Tapi bagi beliau, wanita yang satu itu adalah sempurna. Bukan dalam arti tak memiliki kekurangan. Namun dalam arti kekurangan sang wanita tersebut bisa ditoleransi oleh King Hades dan kelebihan wanita tersebut memberikan warna yang indah dalam hidup sahabat saya. Demikian pula dengan model-model berbikini yang dilihat oleh King Hades. Mereka tidak sempurna. Tapi mereka sempurna untuk dirias dan diedit. Kalau Anda memiliki pegawai, Anda tentu bisa melihat mana yang bisa 'diedit', mana yang teramat sangat sulit untuk 'diedit'. Anda pilih yang mana? Tentunya Anda akan memilih yang, walaupun tidak sempurna, namun bisa 'dirias/diedit' tanpa harus menghabiskan banyak resources.

Karena itu, marilah kita menjadi 'model berbikini'. Orang yang tidak sempurna, namun mudah untuk 'dirias dan diedit'. Mudahkan bagi orang-orang di sekitar kita, mau itu kekasih, atasan, bawahan, teman, untuk mentoleransi kita. Terus kembangkan kepribadian dan kualitas kita agar kita bisa menjadi 'model yang cantik dan langsing'.

Senin, 02 Agustus 2010

Makanya! Jangan kek Johan!

Johan (bukan nama sebenarnya), adalah rekan kerja King Hades. Seorang pria paruh baya. Saya tak begitu mengerti posisinya di perusahaan tempat dia bekerja. Tapi berdasarkan penuturan King Hades, posisi Johan adalah posisi yang "biasa diisi oleh anak-anak muda".

Johan adalah seorang pekerja keras. Salah satu team member favorit sahabat saya. Yang membuat namanya muncul dalam percakapan kami adalah percakapan antara, sebut saja, SU dan BD. Mereka adalah rekan kerja King Hades yang bisa dibilang tergolong muda. Berikut percakapan mereka:

BD: SU, lu kenapa ga kerja mati-matian? Posisi udah bagus. Sayang kan?

SU: Tar dong. Gw kan masih muda. Nanti kalo udah 30, baru gw serius. Jangan kek Johan. Itu orang mah udah fucked up.

BD: Wah! SU, lu mah sadis bener!

SU: Yaa... lu liat aje... umur udah segitu... otot pas-pasan. Otak juga pas-pasan. Kalo otaknya pinter mah sekarang udah ga kerja pake otot kale.

Sepenggal percakapan di atas membuat saya merenungkan kehidupan saya sendiri. Kalau seandainya saya bukan putra seorang pengusaha, tidak sulit rasanya membayangkan saya akan bernasib seperti Johan. Sampai usia senja masih harus kerja dengan otot. Harus bersaing dengan anak-anak muda yang masih lebih kuat. Untung saja orang tua saya berbaik hati memberikan posisi pimpinan di perusahaan mereka.

"Makanya! Jangan kek Johan!"

King Hades tak menjelaskan latar belakang Johan. Apakah dia sudah berkeluarga atau belum, apakah ada investasi untuk menyokong hidupnya? Informasi tersebut tidak diketahui. Yang jelas, sosok Johan selalu muncul dalam pikiran saya pada saat menjelang tidur. "Apakah saya akan bernasib seperti Johan?" begitu kira-kira yang muncul dalam pikiran saya. Kehidupan tak pernah memberi ampun. Kita yang tidak terbiasa keras pada diri sendiri akan hancur. Memang, seperti yang King Hades sering katakan, "Kerja keras selamanya tak bisa mengalahkan keberuntungan." Yang jadi masalah, keberuntungan datangnya tak bisa diduga. Tak bisa diusahakan. Sampai kapankah saya akan beruntung? Kalau tiba-tiba saja saya harus menjalani hidup seperti King Hades, saya tak yakin saya akan mampu. Kalau beliau adalah serigala, saya adalah poodle. Anjing yang harus senantiasa dirawat. Dilepas ke dunia nyata, habislah.

Kisah mengenai Johan adalah kisah yang menginspirasi. Ada banyak Johan-Johan yang lain. Saya yakin Anda pasti juga mengenal sosok-sosok seperti Johan. Sosok yang rajin. Pekerja keras. Namun mungkin karena kurangnya keberuntungan atau ambisi, akhirnya masih terseok-seok di usia senja. Apapun pekerjaan Anda. Berapapun usia Anda. Berjuanglah! Ingatlah kata-kata King Hades "Makanya! Jangan kek Johan!"