tag:blogger.com,1999:blog-73589743235148418152024-02-06T18:52:35.393-08:00The Wisdom of King HadesBerisi pengalaman-pengalaman saya bersama dengan seorang sahabat. Kata-katanya menginspirasi dan memotivasi saya. Melalui blog ini, saya berharap agar lebih banyak lagi yang terinspirasi oleh kisah-kisah menarik yang beliau ceritakan.Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.comBlogger25125tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-86883692327836959232011-01-08T09:32:00.000-08:002011-01-08T10:14:13.662-08:00Pleasure vs Sense of Achievement<div align="justify">Di hari Minggu yang cerah itu saya sedang berjalan-jalan bersama King Hades di sebuah mall besar di Jakarta. King Hades memesan <em>snack</em> untuk <em>take away</em>. Kasir memberikan bukti pembayaran dan meminta King Hades untuk kembali dalam 15 menit. </div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"> </div><div align="justify"> </div><div align="justify"> </div><div align="justify"> </div><div align="justify"> </div><div align="justify"> </div><div align="justify"> </div><div align="justify">Sambil menunggu, kami berjalan-jalan melihat alat-alat kesehatan seperti kursi pijat, alat pijat magnetik dan lain-lain. "Kalo saya sudah kaya Pak, saya akan beli alat-alat seperti ini. Itu impian saya," ujar King Hades sambil menatap alat-alat tersebut. "Kenapa harus nunggu kaya Pak? Saya yakin sekarangpun Anda pasti sudah bisa membeli barang seperti itu?" tanya saya. King Hades tertawa. "Ya. Sayapun yakin saya pasti bisa membeli alat itu," jawabnya. Seperti baisa, jawaban beliau justru menimbulkan pertanyaan yang lain. "Lantas?" tanya saya, otomatis.</div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify">"Kalo saya membeli alat-alat seperti itu sekarang, saya akan menyebutnya sebagai <em>pleasure. </em>Kenikmatan. Dan sekarang saya tidak memerlukan itu," jawab King Hades, memulai ceritanya tentang topik artikel ini. "Memang apa bedanya dengan membeli setelah Anda kaya Pak?" saya kembali bertanya dengan penasaran. "Bayangkan Anda bertandang ke rumah kawan Anda Pak. Asumsikan dia memiliki banyak piala di rumahnya. Lalu diam-diam Anda mencuri satu piala dan membawanya pulang. Apa Anda akan dengan bangga memajangnya di rumah Anda? Agar kawan-kawan Anda yang bertamu bisa melihat," King Hades bertanya sambil tersenyum. Saya manggut-manggut, memahami <em>point </em>beliau. </div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify">Piala adalah simbol dari kesuksesan. Tanda dari keberhasilan. Anda tidak melihat para juara mengangkat tinggi-tinggi uang hadiah yang mereka terima. Anda melihat mereka mengangkat piala mereka. Piala itu sendiri tidak mereka perlukan. Mereka tidak memerlukan piala itu untuk kebutuhan sehari-hari. Yang mereka perlukan adalah uang hadiah dari kejuaraan yang mereka menangkan. Begitu pula dengan barang-barang mewah. Alat-alat kesehatan yang kami lihat saat itu adalah barang-barang mewah. Barang-barang yang sebenarnya tidak kita perlukan. King Hades sendiri bukanlah maniak alat-alat seperti itu. Kalau beliau memang menginginkan sesuatu, tentunya dia akan mengeluarkan dana yang diperlukan untuk membeli barang tersebut. Contohnya <em>dumbel </em>15kg yang sempat membuat pundaknya cedera (<em>that's another story)</em>. Tanpa menunggu kayapun, beliau membeli barang tersebut karena dia merasa <em>dumbel</em> itu cukup berguna. </div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify">"Ada perbedaan yang sangat besar antara <em>sense of achievement </em>dengan <em>pleasure </em>Pak. Boleh jadi kita melakukan hal yang sama, membeli hal yang sama, untuk alasan yang berbeda. Bagi saya, alat-alat kesehatan ini kelasnya adalah seperti mobil mewah. Sesuatu yang tidak saya perlukan, tidak begitu saya inginkan, tapi cukup bagus untuk dimiliki kalo memang dana saya sudah berlebihan," jelas King Hades. "Banyak sekali orang yang mengejar <em>pleasure</em> sehingga akhirnya mereka melupakan yang namanya itu <em>sense of achievement</em>. Mereka melakukan hal-hal yang tak terpuji demi mendapatkan kenikmatan yang sebenarnya tak mereka perlukan. Mereka tak lagi mempedulikan bagaimana proses mereka memperoleh itu. Buat saya, barang-barang mewah adalah <em>trophy</em>. Piala yang menunjukan kesuksesan saya," lanjut beliau.</div><div align="justify"></div><div align="center"><blockquote><span style="font-size:180%;">"Piala Harus Dimenangkan"</span></blockquote></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify">Salah satu hal yang saya kagumi dari sahabat saya ini adalah kecenderungannya yang mengutamakan proses. "Kalau memang sudah kepepet, apa boleh buat. Tiada rotan, akarpun jadi. Tapi untuk barang-barang mewah, saya rasa pepatah itu tidak berlaku pak. Katakanlah ayah saya membelikan saya mobil mewah. Tentunya saya akan senang. Bagaimana tidak? Dapat mobil bagus, siapapun akan senang. Tapi karena prosesnya seperti itu, dibelikan, tentunya tidak ada perasaan bangga," katanya suatu ketika. Dan bagi King Hades yang sudah cukup kenyang dengan berbagai kemewahan, perasaan bangga karena berhasil mencapai kesuksesan menjadi sangat penting. </div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify">"Bagi saya, pola pikir yang mengutamakan <em>sense of achievement </em>adalah pola pikir kelas tinggi Pak. Karena, logikanya saja, Anda baru bisa menjalankan proses ini setelah kebutuhan-kebutuhan Anda terpenuhi kan? Gengsi ga bisa dimakan Pak. Kalau memang Anda kesulitan makan, prosesnya seperti apapun, selama halal, harus Anda tempuh. Tapi kalau yang Anda incar adalah "Piala", maka Anda harus menangkan itu," ujarnya sambil melirik jam tangannya. Piala harus dimenangkan. Kata-kata itu masih terus saya ingat. Mendapatkan piala dari hasil belas kasihan, mencuri, menipu, tentunya tidak membanggakan. Dan kalau memang tak bisa mendapatkan piala, <em>so what </em>gitu lho? Memang kita tak memerlukan piala bukan? Kalau memang menginginkan sebuah piala, maka kita harus memenangkan piala tersebut. </div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify">"Menurut saya kita harus kaya Pak. Dan saya juga percaya bahwa kekayaan itu harus didapat dari hasil perjuangan kita. Dengan demikian, bukan hanya <em>pleasure,</em> tapi juga <em>sense of achievement </em>bisa kita dapatkan," kata King Hades sambil berjalan menuju counter untuk mengambil pesanannya. </div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify">Sambil menunggu King Hades mengambil pesanan, saya merenungkan kata-kata beliau. <em>Sense of achievement</em>. Menurut saya itu adalah suatu konsep yang sangat menarik. Memperjuangkan rasa bangga, dan bukan hanya kebutuhan ataupun kenikmatan. Gengsi memang tak bisa dimakan. Tapi setelah kita bisa makan, tak ada salahnya memperjuangkan gengsi. </div>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-9530244166304695742010-10-04T03:30:00.000-07:002010-10-04T03:34:02.947-07:00Bayar Harganya<div style="text-align: justify;"><!--[if gte mso 9]><xml> <o:officedocumentsettings> <o:targetscreensize>544x376</o:TargetScreenSize> </o:OfficeDocumentSettings> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:punctuationkerning/> <w:validateagainstschemas/> <w:saveifxmlinvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:ignoremixedcontent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:alwaysshowplaceholdertext>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:compatibility> <w:breakwrappedtables/> <w:snaptogridincell/> <w:wraptextwithpunct/> <w:useasianbreakrules/> <w:dontgrowautofit/> <w:usefelayout/> </w:Compatibility> <w:donotoptimizeforbrowser/> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:latentstyles deflockedstate="false" latentstylecount="156"> </w:LatentStyles> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin:0cm; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;} </style> <![endif]--> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">"Apa rahasia anda sehingga bisa sedahsyat ini pak?"</p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Itulah pertanyaan yang saya lontarkan kepada King Hades saat kami bersantai di sebuah kedai kopi. Bagi saya, sosok King Hades sangat luar biasa, kemampuannya di atas rata-rata orang-orang lain yang saya kenal selama ini. Dia adalah seorang pekerja keras, seorang investor ulung, komunikator handal, inspirator yang cerdas, sahabat yang baik, bahkan pujaan para wanita. Karena itulah saya melontarkan pertanyaan tersebut dan berharap dia akan membagikan sedikit ilmunya ataupun jurus-jurus yang bisa saya gunakan.</p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Namun King Hades hanya terdiam, menatap saya dengan mata yang heran lalu dia meletakkan kopi yang sedang diseruputnya ke atas meja dengan pelan. Dengan perlahan dia mengalihkan pandangannya ke arah lain dan tetap tak bersuara. </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"> </p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Saya yang merasa heran atas sikapnya bertanya,</p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">"Pak? Apa ada yang salah dengan pertanyaan saya?"</p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">"Anda ini ada-ada saja ya" ujarnya.</p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">"Hah? maksudnya pertanyaan saya?" tanya saya dengan bingung.</p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">"Iya pak" jawabnya singkat sambil menatap saya dengan tajam.</p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">"Ada-ada gimana pak? Saya serius lho menanyakan ini pada anda,<span style=""> </span>gak main-main saya" timpal saya.</p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"> "Lha ya pertanyaan anda itu pak! Mana ada yang namanya rahasia pak? Yang ada hanyalah HARGA yang HARUS ANDA BAYAR." kali ini matanya terasa semakin tajam menyorot saya.</p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"> "Maksudnya gimana ya pak?" tanya saya.</p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"> "Begini pak, segala barang yang anda miliki saat ini tentu tidak anda peroleh dengan gratis bukan? Untuk membeli barang yang anda inginkan, tentu anda harus membayar harga sesuai dengan yang diminta. Kalau ada handphone seharga tiga juta rupiah, memangnya anda bisa membelinya hanya dengan selembar seratus ribuan?" tanyanya kepada saya.</p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">"Jelas tidak pak" jawab saya. </p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">"Tadi anda bertanya tentang rahasia, seakan-akan ada jurus maut untuk mencapai suatu hal, seakan-akan ada resep jitu, cara singkat, jalan pintas untuk menggapai sesuatu. Sayangnya itu tidak ada pak, untuk meraih apapun yang anda inginkan, tidak ada rahasianya. Yang perlu anda lakukan hanyalah MEMBAYAR HARGANYA." terasa sekali nada suara King Hades kali ini terdengar agak kesal. </p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"> "Membayar harga?" tanya saya dengan heran.</p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">"Iya pak, tidak ada yang gratis di dunia ini. Seorang CEO sebuah perusahaan besar yang berangkat dari karir seorang office boy memangnya ditunjuk asal-asalan pak? Tentu si CEO ini telah membayar harga yang pantas untuk itu. Dia pasti telah bekerja keras, membayar dengan tenaga dan waktu, menunjukkan sikap yang cakap walaupun dalam keadaan yang sulit, profesional dalam bekerja, bertanggung jawab, bisa dipercaya, berprestasi dan selalu memberi nilai tambah pada perusahaannya. Itulah harga yang dia bayarkan, penjabaran saya mungkin agak menyederhanakan perjuangannya ya pak, tapi anda bisa menangkap apa yang sedang saya maksudkan kan?"</p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"></p><blockquote><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><br /></p><p style="text-align: center;" class="MsoNormal"><span style="font-size:180%;">"SIAP BAYAR HARGANYA?"</span></p></blockquote><p style="text-align: center;" class="MsoNormal"></p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><br /></p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Saya mengangguk pelan, bagi saya King Hades sendiri adalah seorang contoh yang baik untuk masalah BAYAR HARGANYA ini. Beliau merintis karirnya dari level terbawah di tempat dia bekerja. Saya tahu sekali bagaimana sulitnya dia harus berjuang, harus datang lebih awal dari rekan-rekannya yang lain, pulang larut malam, waktu istirahat yang minim. Hari minggu pun terkadang harus bekerja bahkan saat sakitpun dia harus terus bekerja. Namun karena perjuangannya itulah dia mendapat nilai plus di mata atasannya, King Hades selalu berusaha memberi lebih dari apa yang diminta darinya. </p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Dan saat ini walaupun dia bukan CEO perusahaan di mana dia bekerja, dia telah menjadi orang yang menduduki peran sentral di perusahaannya, promosi demi promosi diterimanya, dia adalah orang yang sangat berpengaruh bagi lingkungan tempatnya bekerja dan semuanya itu dirintisnya dari level paling dasar. Itulah upah dari harga yang telah dia bayarkan selama ini. Waktunya, tenaganya, pikirannya, darah dan keringatnya.</p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Menyadari hal ini, saya jadi malu sendiri, bukankah harusnya saya mengetahui hal ini? Dulu orangtua saya selalu berpesan agar saya dapat prestasi yang bagus di sekolah, saya harus belajar yang rajin. Belajar yang rajin adalah salah satu harga yang harus saya bayar agar saya bisa mendapat rangking 10 besar. Saya ingin punya tubuh ideal dan berotot, perut rata, tapi sayangnya saya malas ke gym untuk melatih otot-otot tubuh saya, padahal jelas sekali bahwa berlatih adalah harga yang harus saya bayarkan. Bayar harga bisa berarti belajar, bekerja lebih keras, melatih diri untuk disiplin, lebih bertanggung jawab. Selama saya belum membayar harga yang sesuai, saya tidak akan pernah mencapai apapun. Tapi ada hal lain yang membuat saya tergelitik, dan saya mengajukannya pada King Hades.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"> </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">"Pak, saya mengerti yang anda maksud sekarang, tapi ada juga kan pak orang-orang yang tak perlu membayar harganya namun tetap mendapatkan yang mereka inginkan?" tanya saya.</p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">"Betul pak, itu kan mirip dapat lotere ya? Dari sekian juta orang berapa sih pak yang dapat hadiah utamanya? Kecil sekali bukan peluangnya? Dan tentu anda gak berharap menjadi pemenang lotere kan? Bisa-bisa nunggu sampai mati juga tidak dapat apa-apa pak. Memilih untuk membayar harganya lebih bijak dilakukan daripada menunggu menang lotere pak." jawab King Hades.</p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">"Setuju pak" jawab saya sambil tersenyum dan mengangguk.</p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">"Jadi anda siap bayar harganya pak?" pertanyaan King Hades menutup topik pembicaraan kami saat itu. </p><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">Kalau ada di antara anda yang mirip seperti saya, yang masih mencari-cari "rahasia", jalan pintas, cara jitu, resep super untuk mencapai tujuan anda atau apapun yang anda inginkan, mungkin rahasianya hanya terletak di satu pertanyaan yang sederhana ini.</p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><br /></p><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal">SIAP BAYAR HARGANYA?</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"> </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"><br /></p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"> </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="text-align: justify;" class="MsoNormal"> </p>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-67270410875760602842010-09-10T05:19:00.000-07:002010-09-19T06:18:23.265-07:00Harus! Atau Tidak Sama Sekali<div style="text-align: justify;">Pernahkah Anda berencana melakukan sesuatu, akan tetapi tidak kunjung juga melakukannya? Kalau Anda seperti saya, tentunya pernah.<br /><br />Menunda. Ini adalah suatu kebiasaan yang dimiliki setiap orang. Dan sayangnya, seperti kebiasaan-kebiasaan buruk lainnya, ini adalah kebiasaan yang sangat menghambat perjalanan kita mencapai kesuksesan. Tapi, pernahkah Anda bertanya mengapa kita suka menunda? King Hades tahu jawabannya. "Tanpa adanya <span style="font-style: italic;">sense of urgency</span>, kita akan selalu menunda Pak. Kita akan merasa 'ah, tidak usah hari ini. Tidak usah sekarang. Masih ada hari esok'. Dan ini sangat berbahaya pak. Coba Anda bayangkan, berapa banyak yang sudah berhasil Anda capai kalau seandainya Anda tak punya kebiasaan ini? Saya pribadi sudah kehilangan banyak sekali kesempatan karena kebiasaan menunda ini," jelas sahabat saya.<br /><br />Tak terhitung berapa banyak keuntungan yang tak berhasil kami raup karena kebiasaan menunda. Tak terhitung berapa kali 'sang raja' menyumpah karena kehilangan peluang mendapat <span style="font-style: italic;">profit</span> dari pasar saham. Memang tak selalu karena menunda. Tapi seandainya kami bisa mengurangi kebiasaan ini, kondisi keuangan kami akan jauh lebih baik. Memang tak selamanya kegagalan dan kekecewaaan diukur dengan uang. Namun dengan melihat dampaknya pada keuangan kita, tidak sulit rasanya membayangkan akibat yang ditimbulkan pada aspek lain dalam hidup kita. Menunda untuk minta maaf, menunda untuk mengungkapkan perasaan, menunda untuk membersihkan rumah. Semua itu memberikan dampak yang negatif. Parahnya, seringkali kita tidak menyadari dampak negatif yang ditimbulkan. Mengapa? Karena kita seringkali lupa membayangkan 'apa yang akan terjadi seandainya...?'. Saat kita menunda membersihkan rumah, apakah kita lantas membayangkan 'apa yang akan terjadi seandainya saya tidak menunda membersihkan rumah?'. Memang jauh lebih mudah melihat efek dari menunda dari segi uang. "Seandainya saya beli rumah ini tahun lalu...", "Seandainya saya jual saham saya 1 minggu lebih cepat..." dan lain sebagainya. Walaupun, sekali lagi, efek negatif dari menunda tidak hanya diukur dengan uang.<br /><br /><div style="text-align: center;"><blockquote><span style="font-size:180%;">"...kita HARUS berani mengatakan HARUS!"</span></blockquote></div><br />Saya yakin, apabila Anda menilik kehidupan Anda sendiri ataupun orang-orang lain yang Anda kenal, Anda pasti akan banyak menyayangkan hal-hal yang seharusnya sudah Anda lakukan sejak dulu. Contohnya, memutuskan pacar yang brengsek, meminta kenaikan gaji, beli rumah, dan lain-lain. Kebiasaan menunda memang membuat kita lebih bisa menikmati masa sekarang. Akan tetapi itu mengorbankan masa depan kita. Begitu masa depan itu tiba dan menjadi masa sekarang kita, yang tinggal hanyalah penyesalan. "Wah! Kalau tau begini, seharusnya saya waktu itu menabung lebih giat...", "Sialan! Dia keburu merit sama orang lain! Padahal waktu itu dia udah nunjukin suka sama gue. Coba waktu itu gue ngomong lebih cepet..." Apakah kalimat-kalimat penyesalan di atas terdengar akrab di telinga? Apakah Anda sendiri sering mengucapkan kalimat-kalimat sejenis? Apa yang sebaiknya kita lakukan agar di masa mendatang kalimat-kalimat seperti itu semakin jarang kita ucapkan? Bagaimana solusi King Hades?<br /><br />Harus! Tanpa adanya kata maut ini, hasil yang kita capai adalah nol. Dengan mengatakan 'harus!', maka kita akan mencari bagaimana caranya agar kita bisa berhasil. Dengan menimbulkan <span style="font-style: italic;">sense of urgency</span>, atau istilah kerennya <span style="font-style: italic;">kepepet</span>, kita akan memutar otak. Apapun caranya, kita harus berhasil. Kita akan menjadi lebih kreatif. Jalan-jalan lain yang sebelumnya tak terpikirkan bisa muncul kala kita merasa terdesak. Karena inilah kita HARUS berani mengatakan HARUS! Bagaimana menimbulkan perasaan keharusan ini? Itu akan saya bahas pada topik lainnya. Yang jelas, sekarang saya HARUS menerbitkan artikel ini.<br /><br /><br /></div>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-68689977948122386952010-09-10T05:01:00.000-07:002010-09-10T05:18:36.866-07:00Swear Your Way to Success<span style="font-style: italic;">I swear.... by the moon and the stars in the sky.... I'll succeed... </span><br /><br /><div style="text-align: justify;">Pernah mendengar lagu di atas? Lagu jaman saya SMP dulu. Tapi kalau Anda berpikir bahwa arti judul di atas adalah seperti uraian lagu tersebut, silakan berpikir lagi. Bagi King Hades, arti judul di atas adalah 'menyerapahlah sampai Anda sukses'.<br /></div><br /><div style="text-align: justify;">Menyerapah. Bagi banyak dari kita, 'menyerapah' memiliki konotasi negatif. Tapi bagi sahabat saya, menyerapah adalah hal yang positif. Mengapa? "Bayangkan Pak. Anda dapat mengurangi stress tanpa harus mengeluarkan uang sepeserpun. Tanpa harus menyakiti siapapun. Hanya dengan menyerapah. Di saat Anda sedang sendiri," demikianlah penjelasan 'sang raja'. Memang. Bagi mereka yang memiliki banyak uang, tidaklah sulit untuk mencari kegiatan untuk menghilangkan stress. Tapi bagi kami yang berada di ambang batas kemiskinan ini, menyerapah bisa menjadi salah satu jalan keluar terbaik. Mau bagaimana lagi? Tidak cukup dana untuk bersenang-senang.<br /><br />Untuk mencapai kesuksesan, berjuang adalah suatu keharusan. Namun seperti kita tahu bersama, kesuksesan tidak dicapai dalam semalam. Sebelum kita sukses, kita harus berusaha agar tetap waras. King Hades berusaha mati-matian untuk tetap memiliki akal sehat. Walaupun diterpa berbagai kegagalan dan kekecewaan, beliau masih tetap waras. Caranya? "Menyumpah serapahlah," seperti pernah dikatakan beliau. Setiap kali beliau menyerapah, dia selalu meminta saya untuk <span style="font-style: italic;">join </span>dengannya. "Lanjutkan Pak," atau "Mari bersama-sama".<br /><br /><div style="text-align: center;"><blockquote><span style="font-size:180%;">"<span style="font-style: italic;">Let's swear our way to success"</span></span></blockquote><span style="font-style: italic;"></span></div><br />Entah sampai berapa lama lagi King Hades akan melanjutkan kebiasaan ini. Saya harap sih beliau akan segera menghentikannya. Karena pada saat beliau berhenti menyerapah, saat itulah kesuksesan sudah berada dalam genggamannya. Dan salah satu keinginan saya yang terbesar adalah melihat kesuksesan sahabat saya.<br /><br />Bagi para pembaca yang saat ini masih dirundung stress, tekanan batin, dan penderitaan, teruslah berjuang. Apabila keadaan sudah sangat menekan, marilah bersama-sama King Hades mengucapkan "Baxxxat, puxxma, jaxxxam, dll, dsb, dkk". Niscaya perasaan kita menjadi lebih tenang.<br /><br /><span style="font-style: italic;">Let's swear our way to success</span>.<br /></div>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-67958890403948396632010-08-13T22:37:00.000-07:002010-08-13T22:51:39.541-07:00Kasian yang Ngedit<div style="text-align: justify;">Suatu malam, King Hades tengah menghabiskan waktu dengan menonton TV bersama seorang wanita yang sangat setia menemani sahabat saya ini. Dia hanya asal pencet remot saja. Tiba-tiba dia melihat sebuah channel yang tengah menayangkan acara <span style="font-style: italic;">photoshoot</span> model-model Indonesia berbikini. Sebagai seorang pria hidung belang, King Hades tentu suka acara seperti itu. Langsung saja dia <span style="font-style: italic;">stick with that channel</span>. Kebetulan, acara tersebut juga menayangkan <span style="font-style: italic;">behind the scene</span> dari acara pemotretan tersebut. Di sana bisa dilihat bagaimana model yang bersangkutan dirias. Bagaimana teknisi cahaya mengatur pencahayaan sedemikian rupa untuk menghasilkan efek yang diinginkan. Juga bagaimana foto diedit setelah masuk ke komputer.<br /><br />"Kalo modelnya bisa dirias, foto bisa diedit, kenapa yang jadi model harus langsing dan cantik ya?" tukas King Hades. "Toh, kalopun modelnya ga langsing, nanti setelah masuk komputer bisa diedit kan?" Jawaban dari sang wanita cukup menggelikan, "Kalo yang jadi model gembrot, kasian yang ngedit dong?"<br /><br />Memang benar sih. Mengedit foto sama dengan men<span style="font-style: italic;">taylor</span> sebuah kemeja. Kalau perubahan yang diperlukan teramat sangat besar, lebih baik mulai dari awal. Untuk itu sebaiknya apapun itu yang akan diedit, sudah cukup mendekati sasaran yang diinginkan. Apakah implikasi tersebut dalam hidup kita? Katakanlah Anda adalah seorang lulusan SMP yang ingin jadi direktur di sebuah perusahaan ternama. Perusahaan tersebut tentu bisa memberikan <span style="font-style: italic;">support and training</span> yang Anda butuhkan. Namun alangkah baiknya apabila Anda sudah pernah menjalani hidup sebagai mahasiswa. Contoh lainnya adalah dalam hubungan asmara. Boleh jadi pasangan Anda mencintai Anda dan siap memberikan toleransi terhadap hal-hal yang tak dia sukai dari Anda. Tapi apabila hal-hal yang tidak <span style="font-style: italic;">compatible</span> tersebut terlalu banyak, dan efeknya terlalu besar, 'kasian yang ngedit' kan?<br /><br /><div style="text-align: center;"><blockquote><span style="font-size:180%;">"Kalo yang jadi model gembrot, kasian yang ngedit dong?"</span></blockquote></div><br />Tidak ada yang sempurna. Tapi 'ada yang sempurna untuk...' Dulu King Hades pernah memiliki seorang kekasih. Karena ingin konsisten dengan prinsip tak ada yang sempurna, sahabat saya selalu mengatakan pada kekasihnya ini "Kamu 99.99% sempurna". Namun karena tak tahan lagi, akhirnya beliau mengatakan "Kamu sempurna". Memang, kekasihnya tidaklah sempurna. Tapi bagi beliau, wanita yang satu itu adalah sempurna. Bukan dalam arti tak memiliki kekurangan. Namun dalam arti kekurangan sang wanita tersebut bisa ditoleransi oleh King Hades dan kelebihan wanita tersebut memberikan warna yang indah dalam hidup sahabat saya. Demikian pula dengan model-model berbikini yang dilihat oleh King Hades. Mereka tidak sempurna. Tapi mereka sempurna untuk dirias dan diedit. Kalau Anda memiliki pegawai, Anda tentu bisa melihat mana yang bisa 'diedit', mana yang teramat sangat sulit untuk 'diedit'. Anda pilih yang mana? Tentunya Anda akan memilih yang, walaupun tidak sempurna, namun bisa 'dirias/diedit' tanpa harus menghabiskan banyak <span style="font-style: italic;">resources</span>.<br /><br />Karena itu, marilah kita menjadi 'model berbikini'. Orang yang tidak sempurna, namun mudah untuk 'dirias dan diedit'. Mudahkan bagi orang-orang di sekitar kita, mau itu kekasih, atasan, bawahan, teman, untuk mentoleransi kita. Terus kembangkan kepribadian dan kualitas kita agar kita bisa menjadi 'model yang cantik dan langsing'.<br /></div>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-86261593718892417392010-08-02T06:31:00.001-07:002010-08-02T06:49:31.692-07:00Makanya! Jangan kek Johan!<div style="text-align: justify;">Johan (bukan nama sebenarnya), adalah rekan kerja King Hades. Seorang pria paruh baya. Saya tak begitu mengerti posisinya di perusahaan tempat dia bekerja. Tapi berdasarkan penuturan King Hades, posisi Johan adalah posisi yang "biasa diisi oleh anak-anak muda".<br /><br />Johan adalah seorang pekerja keras. Salah satu <span style="font-style: italic;">team member </span>favorit sahabat saya. Yang membuat namanya muncul dalam percakapan kami adalah percakapan antara, sebut saja, SU dan BD. Mereka adalah rekan kerja King Hades yang bisa dibilang tergolong muda. Berikut percakapan mereka:<br /><br />BD: SU, lu kenapa ga kerja mati-matian? Posisi udah bagus. Sayang kan?<br /><br />SU: Tar dong. Gw kan masih muda. Nanti kalo udah 30, baru gw serius. Jangan kek Johan. Itu orang mah udah fucked up.<br /><br />BD: Wah! SU, lu mah sadis bener!<br /><br />SU: Yaa... lu liat aje... umur udah segitu... otot pas-pasan. Otak juga pas-pasan. Kalo otaknya pinter mah sekarang udah ga kerja pake otot kale.<br /><br />Sepenggal percakapan di atas membuat saya merenungkan kehidupan saya sendiri. Kalau seandainya saya bukan putra seorang pengusaha, tidak sulit rasanya membayangkan saya akan bernasib seperti Johan. Sampai usia senja masih harus kerja dengan otot. Harus bersaing dengan anak-anak muda yang masih lebih kuat. Untung saja orang tua saya berbaik hati memberikan posisi pimpinan di perusahaan mereka.<br /><br /><div style="text-align: center;"><blockquote><span style="font-size:180%;">"Makanya! Jangan kek Johan!"</span></blockquote></div><br />King Hades tak menjelaskan latar belakang Johan. Apakah dia sudah berkeluarga atau belum, apakah ada investasi untuk menyokong hidupnya? Informasi tersebut tidak diketahui. Yang jelas, sosok Johan selalu muncul dalam pikiran saya pada saat menjelang tidur. "Apakah saya akan bernasib seperti Johan?" begitu kira-kira yang muncul dalam pikiran saya. Kehidupan tak pernah memberi ampun. Kita yang tidak terbiasa keras pada diri sendiri akan hancur. Memang, seperti yang King Hades sering katakan, "Kerja keras selamanya tak bisa mengalahkan keberuntungan." Yang jadi masalah, keberuntungan datangnya tak bisa diduga. Tak bisa diusahakan. Sampai kapankah saya akan beruntung? Kalau tiba-tiba saja saya harus menjalani hidup seperti King Hades, saya tak yakin saya akan mampu. Kalau beliau adalah serigala, saya adalah <span style="font-style: italic;">poodle</span>. Anjing yang harus senantiasa dirawat. Dilepas ke dunia nyata, habislah.<br /><br />Kisah mengenai Johan adalah kisah yang menginspirasi. Ada banyak Johan-Johan yang lain. Saya yakin Anda pasti juga mengenal sosok-sosok seperti Johan. Sosok yang rajin. Pekerja keras. Namun mungkin karena kurangnya keberuntungan atau ambisi, akhirnya masih terseok-seok di usia senja. Apapun pekerjaan Anda. Berapapun usia Anda. Berjuanglah! Ingatlah kata-kata King Hades "Makanya! Jangan kek Johan!"<br /></div>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-64130435729388983122010-07-31T11:43:00.000-07:002010-07-31T12:22:49.210-07:00Mengejar Kekecewaan<div style="text-align: justify;">Mungkin Anda sudah sering mendengar istilah 'Mengejar Impian'. Tapi 'Mengejar Kekecewaan'? Tanpa dikejarpun, kekecewaan pasti akan datang dengan sendirinya. Yang lucunya, sahabat saya justru punya hobi mengejar kekecewaan.<br /><br />"Pak! Mengapa Anda sedahsyat itu?" tanya saya suatu ketika. King Hades menjawab "Saya senantiasa mengejar kekecewaan pak," Kontan saya bengong. Namun mengingat bahwa King Hades memang hobi pakai istilah-istilah aneh, saya segera menelusuri maksud beliau. "Anak pengusaha yang dapat segala sesuatu tanpa harus berjuang seperti Anda mungkin tidak mengerti pak. Kalau kita berjuang, atau paling tidak, saya berjuang, maka hasilnya pasti adalah kekecewaan. Entah berhasil atau gagal. Kalau gagal, kecewa karena gagal. Kalau berhasil, kecewa karena ternyata hasilnya hanya seperti itu saja. <span style="font-style: italic;">Either way, we will be disappointed</span>," lanjutnya.<br /><br />Menyedihkan sekali kedengarannya. Baik tujuan kita tercapai atau tidak, kita akan kecewa. "Jadi? Mengapa Anda berjuang pak? Bukannya kalo sama-sama kecewa, lebih baik tidak berjuang?" tanya saya penasaran. "Anda mungkin bisa pak. Anda kan dikaruniai kedamaian? Tapi saya tidak bisa. 'Penyakit' yang saya derita mengharuskan saya untuk terus berjuang. Walaupun saya tau pada akhirnya saya pasti akan kecewa. Saya punya banyak keinginan. Tidak seperti Anda yang sederhana," jawab beliau.<br /><br />Keinginan, menurut King Hades, adalah <span style="font-style: italic;">liability</span>. Semakin banyak keinginan, semakin menderitalah seseorang. Memang, beberapa orang yang gigih mungkin berhasil mendapatkan yang mereka inginkan. Tapi, seringkali apa yang mereka dapatkan itu tidak sesuai dengan apa yang mereka pikirkan sebelumnya. Ambilah contoh sahabat saya. Dulu beliau ingin terjun ke dunia saham. Sekarang, bukan hanya sekedar main saham, bahkan bisa bersama saya tertawa-tawa kalau mendengar wawancara di radio tentang perdagangan saham (baca The Wisdom of PKL). Apakah beliau puas? Justru kekecewaan yang didapatkannya. "Sudah susah-susah belajar, ternyata kok hasilnya hanya seperti ini ya?" mungkin itu yang ada di pikiran beliau. Beliau juga pernah bercerita kalau dia pernah 'lupa bahagia'. Kejadiannya adalah ketika beliau membeli sebuah mobil sport. "Waktu saya masukan kunci mobil, dan menyalakan mesin, seharusnya saya merasa <span style="font-style: italic;">excited</span> pak. Tapi, saya lupa untuk bahagia. Setelah nyetir sampe rumahpun, saya sama sekali tidak merasakan adanya <span style="font-style: italic;">excitement</span> sedikitpun. Mengecewakan sekali bukan?" tutur 'sang raja'. Banyak lagi contoh-contoh yang bisa saya ceritakan. Dalam aspek karir, percintaan, keuangan. King Hades yang jauh lebih berpengelaman dari saya tentu sudah mencapai lebih banyak dari saya. Tapi yang didapatnya selalu kekecewaan. Kecewa karena gagal. Dan kecewa karena hasil yang diperoleh tak seperti yang diharapkan.<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-size:180%;"><span style="font-style: italic;"><blockquote>"Either way, we will be disappointed"</blockquote></span></span></div><br />Memikirkan hal tersebut, kadang saya bersyukur diciptakan sebagai orang yang sederhana. Orang yang tak tau apa-apa. King Hades sering emosi dengan kebodohan saya. Kadang saya merasa tidak enak juga, membuat komunikasi menjadi kurang lancar. Tapi yah, mungkin karena 'keluguan' saya itulah saya bisa hidup damai. Saya tidak tau apa yang saya tidak tau. Jadi saya juga tak ambil pusing untuk mencari tau. Ada kalanya saya ingin menjadi seperti kawan saya itu. Terkesan enak sekali. Bekerja di perusahaan asing, bisa menginvestasikan uang, memiliki wawasan luas, cerdas, berbakat. Tapi kalau melihat beliau pada saat sedang murung (dan itu bisa dibilang hampir setiap saat), saya jadi merasa beruntung saya tidak seperti dia. Apakah memang kebahagiaan itu datang bersama kesederhanaan? Menurut King Hades demikian. "Orang-orang yang sederhana, mereka yang tidak tau <span style="font-style: italic;">what they're missing</span> adalah empunya kebahagiaan pak," kata beliau suatu ketika. Ya. Kalau berdasarkan penjelasan seperti itu, memang benar. Orang-orang tersebut tidak 'mengejar kekecewaan'. Mereka tidak perlu melakukannya. Kalaupun mereka melakukannya, mungkin tidak sesering King Hades.<br /><br />Ada berbagai macam tipe orang. Ada yang <span style="font-style: italic;">simple</span>, namun tidak nyaman hidup seperti itu. Entah karena tuntutan orang tua, teman, atau semata-mata karena kesadaran sendiri. Adalah baik bagi orang-orang seperti itu untuk 'mengejar kekecewaan'. Merasakan sendiri pahitnya hidup. Pahitnya kegagalan, dan pahitnya keberhasilan. Ada pula yang sudah pasrah dengan hidupnya. Apabila Anda termasuk kategori ini, bersyukurlah. Anda akan hidup damai selamanya. Tidak ada lagi yang perlu Anda perjuangkan. Mungkin saya termasuk kategori ini. Saya tidak tau apa yang saya kejar. Saya hanya menjalani hari-hari saya dengan damai. Tapi selama saya bersahabat dengan King Hades, saya pasti akan senantiasa mendapatkan cerita-cerita maupun kata-kata 'berbisa' yang akan membuat ketololan dan kedamaian saya sedikit berkurang.<br /></div>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-63989440799274257992010-05-31T05:32:00.000-07:002010-05-31T05:59:04.920-07:00Kalau King Hades Jadi Penguasa Alam Semesta 2<div style="text-align: justify;">Malam itu saya tengah bersantai di rumah. Menonton sebuah acara di TV. Acara yang menurut saya cukup menarik. Pesertanya adalah suami istri yang mengenakan topeng. Dan di sana mereka membahas masalah rumah tangga. Terlihat seorang istri yang menangis tersedu-sedu. "Saya tahu saya tak bisa menjahit. Karena itu, saya relakan suami saya mengenakan pakaian hasil jahitan wanita lain..." ujar sang istri. Saya mengernyitkan dahi saat mendengar ungkapan wanita tersebut. Anehnya, para penonton di studio bertepuk tangan. Sebagian dengan raut wajah haru. Seolah membiarkan suami mengenakan pakaian hasil jahitan wanita lain adalah hal yang luar biasa.<br /><br />"Apakah Bapak masih mau menerima istri Anda walaupun dia tak dapat menjahit?" tanya pembawa acara pada sang suami. Sang suami tampak sedikit ragu. Tapi kemudian, dengan wajah yang (sepertinya) mantap (maklum, pake topeng jadi ga keliatan jelas), dia mengangguk. "Iya!" jawabnya lantang. Hadirin di studio kembali bertepuk tangan. Saya hanya bisa bengong. "Saksikan kelanjutan acara ini setelah pesan-pesan berikut," kata sang pembawa acara. Kemudian... iklan.<br /><br />Sambil masih terbingung-bingung, saya bangkit untuk mengambil minum. Tiba-tiba saja, pintu kamar saya terbuka. Dan... KEMBARAN saya dari dimensi lain muncul di depan saya. "Hah!" teriak kami berdua serentak. "Jangan-jangan gue salah masuk dimensi lagi ya?" katanya sambil segera memeriksa <span style="font-style: italic;">gadget</span>nya. "Nah! Ternyata sekarang lu yang salah!" ujarnya sambil tersenyum. Saya buru-buru minta dipulangkan ke dimensi saya. Tapi, saat dia bersiap-siap memulangkan saya, acara TV tersebut kembali dimulai.<br /><br /><span style="font-style: italic;"></span><div style="text-align: center;"><blockquote><span style="font-size:180%;"><span style="font-style: italic;">"We can't be everything for everybody</span>"</span></blockquote></div><br /><br />"Tunggu! Gue pengen nanya-nanya dulu dong. Ini acara TV kok aneh banget sih? Suami pake baju jahitan wanita lain saja kok bisa heboh?" tanya saya dengan penuh penasaran. Sekarang gantian kembaran saya yang pasang tampang bingung. "Lha? Iya lah! Namanya juga udah <span style="font-style: italic;">merit</span>. Kalo udah merit, kan suami cuma boleh dapet apa-apa dari istri? Cuma boleh makan masakan istri, cuma boleh pake baju hasil jahitan istri, cuma boleh nonton film yang dibintangi sang istri, cuma boleh naik mobil yang dibuat sang istri, dan lain-lain," jawab kembaran saya panjang lebar. Nah lu! "Kalo istrinya ga bisa masak? Ga bisa jahit? Atau suami ga puas dengan mobil buatan istri? Masa ga boleh menikmati mobil buatan orang lain? Masakan wanita lain?" tanya saya mencecar. "Yah... mau bagaimana lagi? Itu perintah King Hades," jawab kembaran saya lirih. King hades! Lagi-lagi King Hades! Bikin aturan aneh-aneh aja dia! Tapi, kalau mau dipikir, King Hades yang saya kenal memang juga radikal. Bedanya, dia seorang <span style="font-style: italic;">capitalist</span>. "Kalo di dimensi lu, emangnya suami boleh menikmati hasil karya wanita selain istrinya? Boleh dia dapat kepuasan dari masakan wanita lain?" kembaran saya bertanya dengan penuh rasa ingin tahu. "Ya bolehlah!" jawab saya setengah berteriak. "Namanya manusia itu kan tidak sempurna. <span style="font-style: italic;">We can't be everything for everybody</span>," jawab saya menirukan kata-kata King Hades. "Akan selalu ada yang tak bisa kita berikan untuk orang yang kita cintai. Jadi, kalau kita menginginkan kebahagiaan dia, sudah selayaknya kita biarkan dia mendapatkan hal-hal yang tidak bisa kita berikan dari orang lain," lanjut saya dengan emosi. "Wah! Coba gue bisa migrasi ke dimensi lu ya..." kata kembaran saya sambil menerawang. Tak lama kemudian, saya sudah kembali ke dimensi saya.<br /><br />Sambil mengambil minum, saya membayangkan betapa sengsaranya orang-orang yang hidup di dimensi kembaran saya. Bayangkan, kalau sudah menikah, cuma boleh mendapatkan segala sesuatu dari pasangannya. Cuma memperbolehkan pasangan memakai baju hasil jahitan orang lain saja sudah dianggap hebat. Kalau di dimensi ini, tiap hari kita memakai pakaian hasil jahitan orang yang bukan pasangan kita. Kita mendapatkan kepuasan dari mobil hasil buatan orang lain. Kita menikmati masakan hasil karya orang lain. Tak perlu harus dari pasangan kita. Seandainya King Hades versi sana bisa bertemu dengan King Hades versi sini... King Hades versi sini selalu menekankan pentingnya menghargai orang. Apalagi orang yang kita cintai. "Sehebat-hebatnya kita, selalu ada hal-hal yang tak bisa kita berikan untuk mereka pak," ujar 'sang raja' suatu ketika. Saat mengucapkan kalimat itu, tersirat kesedihan di wajah beliau. Tentu, King Hades ingin jadi segalanya bagi orang yang dia cintai. Tapi dia tau bahwa itu tidak mungkin. "Karena itu, lakukan yang terbaik yang kita bisa. Terus tingkatkan kapasitas kita. Tak perlu kita menjadi segalanya bagi orang yang kita cintai. Yang penting kita bisa memberikan segala yang kita mampu untuk kebahagiaan dia," tukas beliau.<br /><br />Sambil mematikan lampu dan bersiap tidur, saya menggumam, "Seandaianya King Hades jadi penguasa alam semesta..."<br /><br /></div>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-33863498442403395982010-04-03T05:46:00.000-07:002010-09-26T06:00:29.803-07:00Hutang Pangkal Kaya<div style="text-align: justify;">Sebagai orang yang bertanggung jawab mengurus keuangan perusahaan, kadang saya cukup pusing mengurus soal hutang. Pada saat seperti itu, saya teringat pada sahabat saya, King Hades. Beliau konon memiliki hutang yang besarnya luar biasa. Paling tidak, dengan keadaan saya sekarang, saya tak akan pernah bisa melunasi hutang sebesar itu (membayar bunganya saja tidak bisa). Kesempatan untuk bertanya soal mengelola hutang tiba pada saat beliau menyambangi saya.<br /><br />"Pak, Anda kan punya hutang dalam jumlah besar? Saya kadang bingung. Anda sering merintih karena hidup terjepit hutang. Tapi, Anda masih sempat-sempatnya pergi berkencan? Bahkan seminggu bisa 3-4 kali? Asumsi saya, berkencan kan perlu uang pak?" tanya saya tanpa membuang waktu. King Hades tersenyum. "Iya pak. Tak ada yang gratis," jawabnya. "Lalu? Hutang Anda gimana? Kok Anda terkesan tetap bisa menjalankan aktivitas Anda? Saya saja yang tak berhutang ini kadang kesulitan," tanya saya lagi. Jawaban beliau menjadi suatu masukan yang sangat berarti buat saya.<br /><br />Anda tentu sering mendengar pepatah 'hemat pangkal kaya'. Itu adalah pepatah yang sering didengung-dengungkan oleh orang tua maupun guru. Tapi, bagi King Hades, pepatah yang berlaku adalah 'hutang pangkal kaya'. Jadi? Apa sebaiknya kita semua berhutang sebanyak-banyaknya? <span style="font-style: italic;">Well</span>, tidak semudah itu. Bagi orang rata-rata, memang lebih bagus tidak berhutang. Atau kalopun sampai berhutang, segera lunasi secepatnya. Tapi, King Hades bukan orang rata-rata. Jenis hutangnyapun berbeda dengan yang biasa dimiliki oleh orang rata-rata. Sementara orang pada umumnya memiliki hutang konsumtif (kartu kredit misalnya), King Hades memiliki hutang produktif (hutang yang digunakan untuk membeli aset). Sementara orang lain bekerja keras membayar bunga dari hutang mereka, aset yang dibeli King Hades dengan hutang tersebutlah yang membayar bunganya.<br /><br /><div style="text-align: center;"><blockquote><span style="font-size:180%;">"Ingat: aset tersebut harus mampu membayar bunga yang bersangkutan"</span></blockquote><br /></div><br />Perbedaan inilah yang membuat King Hades masih bisa berkencan walaupun hutangnya segunung. Bayangkan: berhutang, namun tidak seperti berhutang. Menarik sekali bukan? Namun sebelum Anda segera menghubungi bank Anda dan meminjam uang, pastikan dulu Anda mengerti barang seperti apa yang harus Anda beli. Ada alasan mengapa saya bilang King Hades bukanlah orang rata-rata. Sementara pria pada umumnya menghabiskan masa mudanya untuk berpacaran (atau paling tidak cari pasangan), King Hades menggunakan masa itu untuk belajar berinvestasi. Bisa dibilang beliau tak memiliki masa muda. 'Pengorbanan' seperti inilah yang membuat beliau sanggup memanfaatkan hutang untuk memperkaya dirinya. Konon kabarnya, jurus ini beliau pelajari dari ayahandanya.<br /><br />"Hutang itu tak lebih dari <span style="font-style: italic;">turbo boost </span>pak. Kalau Anda menuju ke arah yang benar, maka itu kan membantu Anda untuk tiba lebih cepat. Tapi kalau arah Anda menuju ke 'tembok', maka hutang juga akan membantu Anda untuk lebih cepat bonyok," ujar sahabat saya yang juga penggemar mobil sport ini suatu ketika. Ya. Saya rasa, intinya hutang tak lebih dari sekedar alat. Gunakan alat itu dengan baik, kita akan meraup hasilnya. Sebaliknya, apabila disalahgunakan, kita akan menanggung akibat buruknya. Sampai sekarang, saya belum mempraktekan jurus tersebut. Tapi apabila Anda tertarik, mulailah dengan mempelajari jenis-jenis aset yang menguntungkan untuk dibeli dengan hutang. Ingat: aset tersebut harus mampu membayar bunga yang bersangkutan. Dan tidak semua hutang sama. Hutang konsumtif cenderung memiliki bunga yang jauh lebih tinggi dibanding hutang produktif. Ironisnya, jauh lebih mudah mendapatkan hutang konsumtif. Ingat-ingat saja terakhir kali Anda mengajukan aplikasi untuk kartu kredit. Sementara, untuk hutang produktif, seperti yang digunakan King Hades, Anda terlebih dahulu harus memiliki aset yang cukup besar. Barulah Anda bisa mengakses hutang dalam jumlah lebih besar dan bunga lebih kecil.<br /><br />Akhir kata, apabila Anda adalah orang yang siap membayar harga lebih, siap untuk meluangkan waktu dan tenaga demi mendalami investasi, silakan Anda mempertimbangkan pepatah 'hutang pangkal kaya'. Namun apabila Anda orang yang merasa bahwa dunia investasi bukan dunia Anda, pepatah 'hemat pangkal kaya' adalah pepatah yang dapat Anda ikuti untuk meningkatkan kualitas finansial Anda.<br /></div>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-82497492361428037522010-04-01T08:05:00.000-07:002010-04-03T05:57:31.464-07:00Si Ayam dan Sang Naga<div style="text-align: justify;">"Jangan mentang-mentang tampan dan anak pengusaha, Anda merasa pasti sukses pak. Itu cuma ada di film. Tampan saja tidak cukup," demikian kata King Hades suatu ketika. Seperti yang sudah ditulis beliau beberapa waktu lalu, kesenjangan status di antara kami berdua memang cukup besar. Saya yang sudah menjadi pimpinan perusahaan, dengan King Hades yang 'hanya' pegawai menengah. Namun hal tersebut tak menghalangi kami untuk tetap bersahabat. Sampai baru-baru ini. Rasa iri yang diungkapkan King Hades semakin memuncak. Beliau merasa bahwa kerja kerasnya sia-sia. "Anda, si beep beep beep (sensor) mana tau rasanya berjuang? Rasanya memikul tanggung jawab?" maki King Hades ketika saya menanyakan kabarnya. Ga nyambung bukan? Tapi itulah yang terjadi. Semakin maju karir beliau, semakin tebal koceknya, semakin banyak pengalamannya, semakin seringlah keluar serapahannya. Penyebabnya cuma satu: rasa iri pada pria tampan yang kerjanya hanya main-main saja ini.<br /></div><div style="text-align: justify;"><br />Kekayaannya yang ribuan kali lebih banyak dari saya sama sekali tak bisa meredakan kemarahan beliau. "Anda tak perlu khawatir apa-apa pak! Segala sesuatu sudah terjamin. Pernahkah Anda merasakan tekanan untuk membayar cicilan? Kebutuhan sehari-hari? Ancaman terhadap karir anda? Tidak pernah bukan? beep beep beep (sensor) seperti Anda kan dengan mudah mendapatkan segala yang Anda butuhkan," begitulah makian 'sang raja' yang sekarang cukup sering saya dengar. Rasanya, sampai kesenjangan status di antara kami berdua menyempit, saya masih akan mendapatkan kata-kata seperti itu.<br /><br />Terus terang saya heran mengapa King Hades bisa iri pada saya. Boleh jadi saya adalah sang pimpinan. Tapi jabatan itu saya dapatkan bukan setelah saya membuktikan diri bahwa saya mampu. Jabatan itu saya dapat semata-mata karena saya adalah putra sang pemilik. Di sisi lain, kemajuan King Hades dalam karirnya didapat melalui perjuangan. "Tidak ada rahasia pak. Yang ada hanyalah kesengsaraan," jawab beliau ketika saya tanya rahasia kedahsyatannya. Pada saat saya mengungkapkan keinginan saya untuk ikut sengsara, beliau langsung tertawa. "Anda? Ingin sengsara?" tanyanya meremehkan. Anehnya, mendapatkan perlakuan seperti itu, saya justru lebih senang dibandingkan mendapatkan pujian-pujian. Saya merasa kata-kata makian dari beliau memacu saya untuk terus berjuang. Walaupun saya tak yakin apakah yang saya sebut sebagai 'perjuangan' sesuai definisi King Hades. Kalau disuruh bertaruh, saya lebih memilih untuk bilang bahwa itu tidak sama. Di mata saya, King Hades adalah seorang pria yang dahsyat. Kecerdasan, pengalaman, kegigihan, dan perjuangan beliau menjadi inspirasi yang luar biasa bagi saya. Dan saya bertambah kagum lagi setiap kali membayangkan hal-hal seperti apa saja yang sudah dilalui beliau hingga beliau bisa sampai seperti sekarang ini. Yang pasti, hal-hal tersebut belumlah pernah saya lalui.<br /><br /><div style="text-align: center;"><blockquote><span style="font-size:180%;">"Tampan saja tidak cukup"</span></blockquote></div><br /><br />Dulu, saya suka mengatakan bahwa saya ini adalah ayam, dan beliau adalah rajawali. Dan adalah hal yang aneh kalau dua makhluk ini bisa berkawan. Sekarang, saya mengatakan bahwa saya adalah (masih) ayam, dan beliau adalah naga. Dan lebih aneh lagi kalau dua makhluk ini bisa berkawan. Seorang kawan King Hades memberikan jawaban: 'ayam bersahabat dengan naga, jadinya naga punya korban buat disembur'. Ya. Saya selalu mendapat semburan murka beliau.<br /><br />'Ku slalu membanggakanmu. Kaupun slalu menyanjungku' adalah kalimat yang pernah King Hades ucapkan pada saya. Memang. Dulu beliau sangat mengagumi saya. Menurutnya, saya adalah pria yang ingin maju, berintegritas, cerdas, dan berkharisma. Tapi seperti saya sudah katakan tadi, semakin keras beliau berusaha, semakin terlihatlah bahwa saya 'bagaikan orang yang tak pernah meninggalkan bangku kuliah'. Saya sangat ingin maju. Agar bisa semakin mendekati level sahabat saya ini (anehnya, beliau juga mengatakan hal yang sama). Namun, jangankan berusaha. Harus memulai dari mana saja saya masih suka bingung. Parahnya, beliau tak lagi mau memberikan saran pada saya. "Saran saya kan cuma masuk kuping kiri keluar kuping kanan pak?" sindirnya. Yah... memang ada benarnya sih. Tapi mau bagaimana? Saran sang naga tentunya sulit sekali untuk dijalankan oleh si ayam (King Hades, pengertian dikit dong).<br /><br />Mungkin masih jauh bagi si ayam yang tampan ini untuk bisa mengangkasa. Tapi, selama masih bersahabat dengan King Hades, selama masih mendapat semburan serapahannya, saya akan senantiasa mendapatkan motivasi untuk terus maju. Saya yakin di antara para pembaca ada yang pernah mengalami hal serupa. Entah Anda ada di posisi King Hades, atau posisi saya. Apabila Anda di posisi sang naga, berbelas kasihanlah sedikit terhadap kawan Anda (jangan seperti King Hades). Apabila Anda di posisi saya, bersyukurlah Anda masih memiliki sahabat yang setia menyembur Anda dengan kata-kata 'motivasi'. Dan jangan lupa mempraktekan saran yang Anda terima (jangan seperti saya).<br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPMrTETMl5t6WWM2511XQwbSXG2em3usE9_i2ris-7YKYg3f2-1YLmoddzJ3yyqnmb4t9YPCVXA_8KCrl8P9q2w9Ay_KM88keTKaXTxsA1GdxOfq4eK4qoJ2nYvjnpTSvVABINFh4ILb4/s1600/NAGA+two.jpg"><img style="display: block; margin: 0px auto 10px; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 192px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiPMrTETMl5t6WWM2511XQwbSXG2em3usE9_i2ris-7YKYg3f2-1YLmoddzJ3yyqnmb4t9YPCVXA_8KCrl8P9q2w9Ay_KM88keTKaXTxsA1GdxOfq4eK4qoJ2nYvjnpTSvVABINFh4ILb4/s320/NAGA+two.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5455894336476243986" border="0" /></a><br /><br /><br /></div>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-54864191374593857392010-01-31T04:22:00.000-08:002010-01-31T05:10:04.218-08:00The Wisdom of Cerberus<div style="text-align: justify;">Pada kesempatan kali ini, saya memberikan kesempatan pada King Hades untuk memberikan sumbangan artikel. Saat membaca judulnya, saya sudah bisa menduga bahwa isinya pastilah pembohongan publik, seperti yang sudah biasa dilakukan oleh 'sang raja'. Dan ternyata benar. Moga-moga saja para pembaca tidak mendapatkan kesan yang salah. Ambilah makna dari artikel ini (kalau ada), dan lupakan yang tidak masuk akal. Selamat membaca karya King Hades.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">The Wisdom of Cerberus</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Cerberus sudah menjadi sahabat saya selama jutaan abad. Saya menyaksikan sendiri transformasi Cerberus dari seorang pria yang tenang menjadi, <i>well</i>, pria yang tenang. Dia adalah pria yang cerdas, berkharisma, ulet, gigih, dan bertanggung jawab. Tapi yang sangat menginspirasi dari dia adalah ketenangannya. Di mata saya, dia adalah seorang pria yang sudah mencapai tahap Nirvana, keadaan tanpa keinginan. Mungkin sulit dipercaya. Seorang pria muda, dengan background keluarga pengusaha, bisa tidak tertarik dengan kemewahan dunia. Wanita, judi, mobil, minuman keras, jabatan, semua tidak ada yang menarik di hadapan Cerberus. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Ironis memang. Saya, yang menjadikan kemewahan sebagai tujuan hidup, bersahabat dengan Cerberus yang tak melihat kemewahan sebagai sesuatu yang patut untuk diperjuangkan. Tapi mungkin dengan demikian saya bisa menjadi lebih tenang, melihat Cerberus dalam segala kesederhanaannya berkata 'don mai, don mai'. Berulang kali saya berusaha menekankan pada dirinya bahwa seorang pria sudah selayaknya berjuang demi kemewahan. Demi kekayaan. Tapi, berulang kali pula saya gagal. Ketenangannya.... Melampaui akal sehat manusia. Memang bisa dimengerti. Latar belakang keluarga mungkin turut berperan dalam hal ini. Saya yang harus luntang-lantung setelah lulus kuliah, berjuang mencari penghasilan, dengan Cerberus yang walaupun sempat luntang-lantung, masih memiliki <i>safety net</i>, bisa ikut bekerja di perusahaan keluarga. Mungkin itu yang membuat Cerberus begitu tenang. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-size: x-large;"><blockquote>"...seorang pria yang sudah mencapai tahap Nirvana"</blockquote></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Inspirasi yang saya dapat dari dia bisa dibilang bukanlah inspirasi yang mendorong untuk terus berjuang. Inspirasi yang bisa kita dapatkan dari pria yang satu ini justru inspirasi yang mendorong kita untuk 'mengurangi kecepatan'. Untuk menjaga agar RPM kita tidak berada di garis merah. Sebagai contoh, waktu saya tertumpas di meja poker, beliau mengatakan 'Tidak apa pak. Toh itu kan Anda lakukan hanya sebagai relaksasi? Untuk melepaskan kepenatan karena kesibukan Anda sehari-hari'. Cerberus adalah seorang pria yang <i>down to earth</i>. Dia selalu mengingatkan pada saya untuk 'melihat ke bawah'. Ya. Kalau memang Cerberus ada di bawah, bagaimana mungkin saya tidak melihat ke bawah? Dia adalah sahabat saya. Dalam percakapan dengan salah seorang penggemarnya, saya sempat mengatakan "Bukan apa yang dia miliki yang membuatnya berbeda dari pria lain. Melainkan apa yang tidak dia miliki: keinginan," Keinginan untuk hidup makmur. Keinginan untuk bergelimang harta. Ketiadaan keinginan ini membuat Cerberus begitu tenang. Berbeda dengan orang-orang lain yang penuh ambisi. Berjuang, mengorbankan tenaga, waktu, dan emosi. Demi memperoleh harta. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Setiap kali saya ingat akan Cerberus, saya merasa segala yang saya miliki, saya nikmati, adalah sia-sia. Bagaimana tidak? Tanpa segala macam kemewahan, Cerberus tetap dapat hidup tenang, damai, dan bahkan menginspirasi orang-orang di sekitarnya. Kalau ada satu hal yang ingin saya tiru dari Cerberus, itu adalah ketenangannya. Seandainya saya memiliki 10% dari ketenangannya, mungkin hidup saya akan jauh lebih bahagia. Dulu saya memiliki teori bahwa harta berbanding lurus dengan kebahagiaan. Semakin banyak harta, semakin bahagia. Ironisnya, sahabat saya ini adalah salah seorang yang menghancurkan teori saya. Dia dengan gemilang menunjukan bahwa seseorang bisa hidup tenang dan damai tanpa banyak harta. Teori saya: kebahagiaan datang dari luar (eksternal). Tergantung dari apa saja yang bisa kita miliki dan nikmati. Teori Cerberus: kebahagiaan datang dari dalam. Tidak tergantung dari apa yang kita miliki. Bagaimana menurut Anda? Apakah Anda termasuk orang yang bekerja keras demi kemewahan? Ataukah seperti Cerberus? Seorang yang tenang, yang tidak silau oleh harta. Yang menginspirasi sahabatnya bukan dengan <i>performance</i> yang bombastis. Melainkan dengan ketenangannya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Demikianlah artikel sumbangan dari King Hades. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-71484988212063465602009-11-19T03:12:00.000-08:002009-12-26T06:58:58.737-08:00The Silent EvidenceSuatu ketika saya dan sahabat saya sedang menikmati masakan jepang di sebuah mall. Adalah suatu peristiwa yang jarang terjadi kalau saya dan beliau makan di restoran seperti ini. Biasanya kami makan di food court, atau ngobrol-ngobrol di cafe. Yah.. bolehlah, sesekali menikmati masakan seperti ini. Walaupun harus saya akui, ini cukup berat buat kocek saya. <div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Anda tau yang disebut dengan <i>silent evidence </i>pak?" tanya 'sang raja'. "Bukti yang diam?" jawab saya, sekedar mentranslasikan kalimat beliau. "Iya pak. Manusia itu makhluk yang aneh. Mereka seringkali hanya melihat yang terlihat. Mereka tak melihat apa yang tidak terlihat," tutur King Hades. Dalam hati saya berpikir "Itu sih Anda saja yang aneh pak. Bagaimana kita mau melihat apa yang tidak terlihat?" </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Penasaran dengan istilah aneh tersebut, saya meminta beliau untuk menjabarkan apa yang beliau maksud. "Bayangkan bahwa Anda dan saya adalah 2 orang penjaga malam. Asumsikan kita memiliki kemampuan dan pengalaman yang setara. Anda dinas hari Senin, saya Selasa. Anda Rabu, saya Kamis. Bergantian terus," ujarnya memulai penjelasan. Saya mendengarkan dengan seksama. "Bayangkan juga ada seorang maling yang bermaksud mencuri dari tempat yang kita jaga. Pada hari Senin, Anda yang menjaga. Melihat aura Anda yang mengerikan, sang maling mengurungkan niatnya untuk mencuri. Dengan kata lain: Anda baru saja menyelamatkan tempat yang Anda jaga. Betul?" lanjut King Hades. Saya mengangguk. "Masalahnya, yang tau bahwa Anda menyelamatkan tempat itu hanyalah sang maling pak. Betul? Bahkan Anda sendiri tidak tahu bahwa Anda sudah menjadi seorang pahlawan," kalimat King Hades yang terakhir ini mulai menstimulasi otak saya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Gimana kalo sang maling tidak terima? Dan datang lagi keesokan harinya? Saat itu saya yang bertugas. Melihat aura saya yang tak mengerikan seperti Anda, sang maling memutuskan untuk masuk. Karena saya memiliki kemampuan yang setara dengan Anda, saya bisa meringkus maling tersebut. Tapi upaya saya meringkus sang maling membuat beberapa barang rusak," King Hades menjelaskan lanjutan dari skenario yang digunakannya. "Lucunya, pak, saya bisa jadi dianggap sebagai pahlawan, karena berhasil menggagalkan upaya sang maling, sekaligus memasukan dia ke dalam penjara. Yang berarti berkuranglah satu kriminal".</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="font-size:x-large;"><blockquote>Mereka seringkali hanya melihat yang terlihat. Mereka tak melihat apa yang tidak terlihat</blockquote></span></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya mulai mengerti inti dari penjelasan sahabat saya. Dua orang dengan kualitas setara, hanya karena perbedaan <i>timing</i>, bisa mendapat perlakuan ataupun penghargaan yang berbeda. Saya yang berhasil menggagalkan upaya sang maling tanpa menimbulkan kerusakan apapun tidak dianggap sebagai pahlawan. Semata-mata karena tidak ada yang tahu apa yang telah saya 'lakukan'. Sementara, King Hades yang memiliki kemampuan seperti saya bisa mendapat penghargaan. Padahal upaya dia menggagalkan aksi pencurian diwarnai pengrusakan. <i>Silent Evidence</i>. Walaupun saya adalah seorang pahlawan, tidak ada bukti yang menyuarakan hal tersebut. Persis seperti yang King Hades katakan: manusia hanya melihat apa yang terlihat (dalam hal ini maling yang tertangkap), namun tak bisa melihat apa yang tidak terlihat (dalam hal ini maling yang tak jadi beraksi karena melihat saya). Lebih parahnya lagi, kadang manusia bisa berpikir bahwa saya tidak berguna, karena pada saat saya bertugas 'tak terjadi apa-apa'. Mereka lupa bahwa memang itulah tujuan mempekerjakan seorang petugas keamanan. Agar tak terjadi apa-apa.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tidak adil rasanya kalau saya berharap agar semua manusia bisa melihat yang tidak terlihat seperti King Hades. Bagaimana bisa saya mengharapkan manusia rata-rata untuk memiliki <i>infrared vision </i>ala King Hades? Tapi yang jelas, penuturan sistematis 'sang raja' membuat saya berpikir ulang mengenai apa yang saya pikir berguna atau tidak. Juga membuat saya lebih waspada dalam menilai berbagai macam situasi. Sherlock Holmes berhasil memecahkan kasus karena 'sang anjing tak menggonggong'. Bagi dia, itulah <i>silent evidence</i>. Sang anjing tak menggonggong karena penjahatnya adalah orang yang dia kenal. Kemampuan untuk melihat yang tidak ada, yang seharusnya ada (gonggongan anjing), membuat sang detektif terkenal ini berhasil memecahkan kasus. Mungkin saja, kalau kita juga bisa melihat <i>silent evidence</i>, hidup kita juga akan jadi lebih produktif. Kita juga akan lebih bisa memberikan penghargaan kepada yang berhak.</div><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjA6h-gAcetooGWPbXemFFnb8rVFG1-ZS4298ri91YQjrzDWFxsWo1naiVqC1QbTyzJHClrm3it_JOHFWEROAdZvdtpIVd5s4PjCBO9Lv5mX6U37eJL4OgOl37TUnmaSfRhiTZmxs42tYY/s1600-h/silent-evidence.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 192px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjA6h-gAcetooGWPbXemFFnb8rVFG1-ZS4298ri91YQjrzDWFxsWo1naiVqC1QbTyzJHClrm3it_JOHFWEROAdZvdtpIVd5s4PjCBO9Lv5mX6U37eJL4OgOl37TUnmaSfRhiTZmxs42tYY/s320/silent-evidence.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5419559317524969826" /></a>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-48875025460057745362009-10-28T06:01:00.000-07:002009-12-26T07:00:42.428-08:00Bedanya 'Mungkin' Dengan 'Belum Tentu'<div style="text-align: justify;">"Apa bedanya antara 'Mungkin' dengan 'Belum tentu' pak?" tanya King Hades. Saya hanya bisa bengong. "Kok pertanyaan seperti itu diajukan ya?" pikir saya. Tapi kalau tidak begitu, bukan sahabat saya. Bagi beliau, pertanyaan-pertanyaan yang tidak memiliki nilai praktikal seperti itu menstimulasi. "Dua-duanya menunjukan ketidakpastian pak," jawab saya akhirnya. "Kalau bedanya sih, saya kurang tau ya pak?" lanjut saya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">King Hades mengangguk. "Bedanya ada dua pak. Yang pertama, 'mungkin' biasa diucapkan dengan nada lebih tinggi. Seperti dalam kalimat 'Kalau Anda berinvestasi, mungkin Anda bisa kaya'. 'Belum tentu' diucapkan dengan anda lebih rendah. Seperti dalam kalimat 'Walaupun Anda berinvestasi, belum tentu Anda akan jadi kaya'," tutur beliau. Saya merenungkan kata-kata tersebut. Mulai terlihat perbedaan antara dua kata tersebut. 'Mungkin' banyak kita gunakan dalam konteks positif. Sementara 'belum tentu' lebih banyak kita gunakan untuk menggambarkan sesuatu yang negatif. "Mungkin kalau anak Anda dioperasi, dia masih bisa sembuh" dan "Walaupun anak Anda dioperasi, belum tentu dia bisa sembuh". Dua kalimat yang menunjukan ketidakpastian. <i>Uncertainty</i>. Namun bayangkan perasaan Anda ketika mendengar kalimat yang pertama. Tentunya Anda jadi lebih semangat bukan? Bila kalimat kedua yang diucapkan oleh dokter Anda, maka Anda akan kehilangan semangat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Kata-kata yang kita gunakan menggambarkan siapa kita pak. Selain itu, mereka juga bisa mengubah <i>perspective </i>kita akan suatu hal. Sebagai contoh, banyak iklan yang menggunakan kata-kata seperti 'hanya dengan ... ribu rupiah'. Perhatikan penggunaan kata 'hanya'. Kata tersebut digunakan untuk mengecilkan harga yang harus dibayar. Paling tidak di kepala para pendengar," urai King Hades panjang lebar. Saya memikirkan aplikasi dari konsep menarik tersebut. Saya membayangkan saat saya putus asa. Saya ingat-ingat kembali kata-kata apa yang saya gunakan ketika itu. Begitu pula saat bersemangat. Saya mengingat apa yang saya katakan pada saat itu. Anda juga tentunya bisa melakukan simulasi serupa. Ingatlah kata-kata apa yang menjadi 'trademark' Anda ketika Anda putus asa. Ingat juga kata-kata 'trademark' Anda ketika sedang bersemangat.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><blockquote><span class="Apple-style-span" style="font-size: x-large;">"Kata-kata yang kita gunakan ... mengubah </span><i><span class="Apple-style-span" style="font-size: x-large;">perspective </span></i><span class="Apple-style-span" style="font-size: x-large;">kita"</span></blockquote></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Seringkali, kita tidak bisa menentukan apa yang akan terjadi pak. Tapi, hampir selalu kita bisa menentukan apa yang akan kita lakukan terhadap apa yang terjadi" Kalimat dari King Hades tersebut selalu saya ingat. Dan salah satu yang bisa kita lakukan adalah memilih kata-kata yang kita gunakan. 'Mungkin' dan 'Belum tentu' sama-sama menggambarkan ketidakpastian. Tapi yang satu memberikan rasa positif, yang satu negatif. Mana yang Anda pilih? Kata-kata kita tidak mengubah fakta. Tapi, dengan menggunakan kata-kata yang benar, kita bisa mengubah sikap kita terhadap fakta yang kita hadapi.</div><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFIJuIWgAEC9F6iRrb3HJrQgPqpNQKYHTW-oYr9aMtVt47S3PWQCSEnVWPmy2eawuA9Lh8UbHMS_Dl6FYqD3xGFML6zltV1stp0vTciIYQ9wU8K2gPjODKs7wmMm-mMUCFh5jdQP-Pxl8/s1600-h/mungkin-belum-tentu.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 192px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFIJuIWgAEC9F6iRrb3HJrQgPqpNQKYHTW-oYr9aMtVt47S3PWQCSEnVWPmy2eawuA9Lh8UbHMS_Dl6FYqD3xGFML6zltV1stp0vTciIYQ9wU8K2gPjODKs7wmMm-mMUCFh5jdQP-Pxl8/s320/mungkin-belum-tentu.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5419559883947655010" /></a>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-8223213639205215642009-09-25T03:56:00.000-07:002009-12-28T08:28:48.683-08:00Seandainya Semua Pria Seperti King Hades<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Saat saya membuat post mengenai infrared vision, saya teringat sebuah hal lain yang membuat saya merasa ‘teng’. Dan hal ini masih berkaitan dengan kemampuan sang pria mata keranjang melihat hal-hal yang tak bisa dilihat oleh orang awam pada umumnya.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-AU" style="mso-ansi-language:EN-AU"><o:p>Berikut percakapan yang pernah diceritakan oleh sahabat saya.</o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span lang="EN-AU" style="mso-ansi-language:EN-AU"><o:p>Seorang wanita dan seorang pria duduk berhadapan di sebuah café. Terlihat dari wajah sang wanita bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. “Aku takut Ko. Kalo dia ga mau lagi sama aku gimana ya?” keluhnya. Sang pria hanya diam. Setelah cukup lama, dia bertanya, “Apa yang bikin kamu takut dia ga mau lagi sama kamu?” “Koko gimana sih? <st1:place st="on"><st1:state st="on">Kan</st1:state></st1:place> udah jelas? Kalo dia sampe tau, mana mau lagi dia?” jawab wanita itu agak ketus. Karena ‘kesalahan’ yang dibuatnya di masa lalu, sang wanita jadi takut bahwa pasangan yang sekarang akan meninggalkannya begitu tahu soal ‘kesalahan’ tersebut. Masalahnya, cepat atau lambat, pasti hal ini akan diketahui.</o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-justify:inter-ideograph"><span lang="EN-AU" style="mso-ansi-language:EN-AU"><o:p>“Bagus…” jawab sang pria. “Kok bagus?” sang wanita tambah naik darah. “Ya. Bagus. Karena kalau dia sampai tinggalkan kamu cuma gara-gara masalah sepele itu, berarti <st1:place st="on"><st1:state st="on">kan</st1:state></st1:place> dia ga pantas dapat wanita seperti kamu. Betul? Seorang pria <st1:place st="on"><st1:state st="on">kan</st1:state></st1:place> sudah selayaknya bisa menghargai wanita dari berbagai aspek. Daripada harus hidup bersama pria yang picik seperti itu, lebih baik kamu terus sendiri. Bagus kalau ketahuan sekarang. Daripada nanti-nanti? Lebih baik ketahuan sekarang, kalau dia memang picik, ya sudah. Bubar saja. Jalinlah hubungan dengan pria yang bisa menghargai kamu lebih dari sekedar ‘piala’,” jawab sang pria panjang lebar. “Iya. Memang mestinya gitu. Tapi, mana ada sih cowo yang kaya gitu?” tangkal sang wanita. Sang pria hanya tersenyum. Mungkin karena sedang emosi, sang wanita lupa alasan mengapa dia menceritakan masalah ini kepada pria yang ada di hadapannya. Ya. Alasan mengapa dia berani menceritakan kejadian yang, menurutnya, memalukan ini adalah karena pria yang ada di hadapannya adalah ‘cowo yang kaya gitu’.</o:p></span></p><p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-justify:inter-ideograph"></p><blockquote><span class="Apple-style-span" style="font-size: x-large;">"Jalinlah hubungan dengan pria yang bisa menghargai kamu lebih dari sekedar ‘piala’"</span></blockquote><p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-justify:inter-ideograph"><span lang="EN-AU" style="mso-ansi-language:EN-AU"><o:p>Saya tidak tahu siapa pria yang ada di hadapan wanita itu. Tapi yang jelas, pria yang ada di hadapan saya waktu saya mendengar kisah ini, juga adalah ‘cowo yang kaya gitu’. Seharusnya saya kenalkan saja ya, wanita itu pada sahabat saya. “Saya tidak habis pikir pak. Bisa-bisanya seorang pria meninggalkan kekasihnya hanya gara-gara selaput dara,” ujarnya dengan sedih. “Buat Anda itu tidak penting Pak?” saya bertanya, sedikit heran. “Pak, Anda bertanya seperti itu, sama saja dengan bertanya ‘Apakah huruf pertama dari nama depan wanita penting?’”, jawab King Hades sambil tertawa. <span style="mso-spacerun:yes"> </span>Luar biasa! Bahkan di negara barat yang lebih bebas saja, hal seperti ini masih relevan. Tapi di hadapan King Hades, hal yang banyak dicari oleh banyak pria ini sama tidak pentingnya dengan huruf pertama dari nama depan sang wanita. Memang. Banyak teman-teman pria saya yang bilang tidak mempermasalahkan urusan selaput dara. Walaupun sebenarnya mereka merasa itu adalah suatu ‘nilai tambah’. “Kalau sudah sayang, ya tidak apa-apa. Tapi kalau bisa sih…” begitu kira-kira pandangan yang berlaku di lingkungan pergaulan saya.</o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-justify:inter-ideograph"><span lang="EN-AU" style="mso-ansi-language:EN-AU"><o:p>Karena itu saya cukup terkejut mendengar pandangan King Hades soal ini. Bukan hanya bisa menerima atau mentolerir: dia sama sekali tidak peduli. Sama tidak pedulinya dengan nama hewan peliharaan sang wanita atau dengan huruf terakhir nama keluarganya.</o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-justify:inter-ideograph"><span lang="EN-AU" style="mso-ansi-language:EN-AU">“Dilihat dari sisi manapun, itu tidak ada artinya pak,” kembali infrared visionnya beraksi. Secara logika memang demikian. Masalahnya, manusia adalah makhluk emosional. Banyak tindakan kita yang didasari emosi. Saya yakin, pria-pria yang mementingkan selaput dara juga ‘tahu’ bahwa yang mereka inginkan itu tak ada gunanya. Tapi mereka ‘merasa’ lebih puas kalau mendapatkannya.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-justify:inter-ideograph"><span lang="EN-AU" style="mso-ansi-language:EN-AU"><o:p>Seandainya semua pria berpandangan seperti King Hades… “Kalau semua pria berpandangan seperti saya, pialang selaput dara bisa gulung tikar semua pak,” ujarnya sambil tertawa. Ya. Pialang selaput dara bisa gulung tikar. Dan kaum hawa bisa bebas dari perasaan takut yang seharusnya tak perlu ada. Kalau semua pria berpandangan seperti King Hades, tak akan ada lagi wanita yang bernasib seperti wanita dalam kisah tadi. Tapi, yah, ini hanya angan-angan saya belaka…</o:p></span></p><br /><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn-nuqMIrLU2WjwbpJWHE8u8tBZCUTkOCwXN8WL6AcWFuMFoknAidXWcQWQgH4NM4wRqC_v3siScGsldnyJZZfJxd2diipHLUKoqVXYwRkqzIkJa9yDPwO-GszSUniNyTS-K5aYzba5lA/s1600-h/seandainya-semua-pria-sprti+kh.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 192px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgn-nuqMIrLU2WjwbpJWHE8u8tBZCUTkOCwXN8WL6AcWFuMFoknAidXWcQWQgH4NM4wRqC_v3siScGsldnyJZZfJxd2diipHLUKoqVXYwRkqzIkJa9yDPwO-GszSUniNyTS-K5aYzba5lA/s320/seandainya-semua-pria-sprti+kh.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5420324745769298530" /></a>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-16644877350467658322009-09-16T09:44:00.000-07:002009-09-16T09:47:45.349-07:00Ulah King Hades: Mendekati SPG<p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Waktu itu saya sedang berjalan-jalan bersama King Hades. Di sebuah mal, sedang diadakan pameran electronic. Kami yang berada di lantai 2 menyempatkan diri untuk melongok, melihat pameran di lantai bawah. “Pak, sebentar,” kata sahabat saya. Ternyata ada yg menarik perhatiannya. “Hmmm…. Anda pernah bertanya bagaimana caranya mendekati wanita <st1:place st="on"><st1:state st="on">kan</st1:state></st1:place> pak?” tanya beliau. Saya mengangguk. “Sekarang saya akan tunjukan secara langsung pak. Ada SPG yang cukup menarik. Akan saya dekati dia. Perhatikan baik-baik ya.” Wah! Kesempatan emas ini! Memang, saya pernah beberapa kali bertanya pada sahabat saya cara mendekati wanita. Walaupun, tentunya, belum pernah saya praktekan. Tapi, bisa melihat ‘sang master’ beraksi, LIVE, adalah kesempatan yang tak boleh saya lewatkan.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-justify:inter-ideograph"><span lang="EN-AU" style="mso-ansi-language:EN-AU"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-justify:inter-ideograph"><span lang="EN-AU" style="mso-ansi-language:EN-AU">Kami menuruni escalator dan langsung menuju pameran. King Hades berjalan di depan. Semakin dia mendekati tempat pameran, semakin cepat jantung saya berdetak. Tinggal beberapa langkah lagi, King Hades sudah mencapai SPG yg dituju. Tiba-tiba saja sang SPG membalikan badan dan pandangannya bertemu dengan pandangan King Hades. Namun tak terjadi percakapan. Sang SPG kembali membagikan brosur kepada pengunjung. King Hades kini sudah berada di sebelahnya. Saya menantikan saat-saat dimana sahabat saya memulai percakapan. Eh, tak taunya, dia menghampiri saya dan berkata “Ayo pak. Sudah.” “Hah! Katanya mau deketin pak?” tanya saya penasaran. “Iya. Sudah <st1:state st="on"><st1:place st="on">kan</st1:place></st1:state>? Tadi memangnya masih kurang dekat pak?” jawab King Hades sambil tersenyum. “Lho? Kalo gitu doang, saya juga bisa dong pak?” “Iya. Gampang <st1:place st="on"><st1:state st="on">kan</st1:state></st1:place> pak?” jawabnya sambil ngeloyor pergi.<o:p></o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-justify:inter-ideograph"><span lang="EN-AU" style="mso-ansi-language:EN-AU"><o:p> </o:p></span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align:justify;text-justify:inter-ideograph"><span lang="EN-AU" style="mso-ansi-language:EN-AU">Kurang ajar! Ternyata mendekati SPG maksudnya mendekati posisi dia berdiri! Kalau begitu, siapa saja juga bisa. <o:p></o:p></span></p>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-85267966935129451832009-09-06T05:30:00.000-07:002009-09-09T08:13:08.684-07:00Berjalan Terseok-seok Sambil Menantikan Datangnya Cahaya Itu<div style="text-align: justify;">Bagi saya hidup begitu misterius, banyak hal di dalamnya tidak pernah bisa diduga. Apapun bisa terjadi, hari ini dunia begitu indah, besok belum tentu.</div><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; "><o:p>Saat ini hidup rasanya seperti berada di dalam sebuah terowongan gelap yang tidak terlihat di mana ujungnya, gelap sekali tanpa ada cahaya sedikitpun. Padahal sebelumnya dunia terasa begitu cerah.</o:p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; "><o:p>Ya,<span> </span>Aneh sekali, walaupun masih berada di bumi yang sama seperti yang saya injak kemarin, semua terasa berubah 180 derajat. Yang kemarin terasa hangat dan begitu bersahabat, sekarang begitu dingin dan menakutkan.</o:p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; "><o:p>Berada dalam situasi seperti itu, rasa takut dan putus asalah yang dengan cepat akan menemani tanpa perlu diundang. Dua hal yang sebenarnya tidak saya sukai, tapi rasanya sulit sekali untuk menyuruh mereka pergi.</o:p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; "><o:p>Semua terasa menakutkan dan cahaya yang bernama harapan seakan menghilang ditelan pekatnya kegelapan di dalam terowongan itu. Semuanya begitu gelap, begitu dingin dan mengerikan.</o:p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; "><o:p>Memilih untuk menyerah dan pasrah akan keadaan saat itu sepertinya menjadi pilihan terbaik. Begitu menggoda untuk memutuskan berhenti, cukuplah sampai di sini, tak ada lagi yang bisa dilakukan.</o:p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; ">Toh dunia akan tetap berputar, satu orang manusia lagi yang meninggal di dalam terowongan gelap ini tidak akan membuat perbedaan yang berarti di dunia ini.</p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; "><o:p>Ya, menyerah saja, biarlah kegelapan ini menjadi akhir semuanya. Tapi entah kenapa, walaupun pilihan ini begitu menggoda, rasanya ada yang mengganjal..</o:p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; "></p><blockquote style="text-align: center; "><span class="Apple-style-span" style="font-size:x-large;">"saya memilih untuk terus berjalan"</span></blockquote><p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; ">Hanya berdiam diri di dalam kegelapan terowongan ini sampai kapanpun, saya tak akan pernah melihat cahaya.</p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; "><o:p>Kalau memutuskan untuk berjalan walaupun tak tahu kapan akan menemukan tempat keluarnya, mungkin suatu hari nanti saya akan menemukan ujung dari terowongan ini, dan saya akan merasakan kembali dekapan cahaya yang saya rindu-rindukan. Walaupun sebenarnya tak ada jaminan bahwa pasti berhasil keluar dari kegelapan itu, walaupun tak tahu ancaman seperti apa yang siap menerkam, walaupun ternyata terowongan itu ujungnya buntu.</o:p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; "><o:p>Setidaknya gagal dalam perjuangan mencari cahaya terlihat lebih gagah daripada pasrah dan menyerahkan diri dalam kegelapan. Memutuskan berjalan dalam situasi seperti itu membutuhkan keberanian. Memutuskan tetap berjalan membutuhkan usaha lebih daripada hanya diam dan pasrah.</o:p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; "><o:p>Sebuah pertemuan dengan King Hades, mengingatkan saya tentang hal-hal ini, dia pernah berkata: "Pak, hidup adalah pilihan, kita bisa memilih untuk menyerah atau terus berusaha. Keduanya adalah pilihan yang berani, menyerah berarti menerima dengan gagah segala konsekuensinya. Terus berusaha sekerasnya walaupun tak ada jaminan usahanya akan membawa hasil, inipun pilihan yang gagah. Walaupun dunia selalu memandang rendah pada kata 'menyerah' tapi percayalah, diperlukan keberanian tersendiri untuk melakukannya. Kita perlu angkat topi untuk orang-orang yang menyerah tersebut karena mereka dengan berani membuang semua kemungkinan-kemungkinan yang mungkin bisa mereka raih, jika mereka tidak memutuskan menyerah. Bukankah demikian, Pak?" Saat itu saya hanya terdiam merenung, tentang apa yg disampaikan oleh King Hades.</o:p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; "><o:p>Dan karena kata-katanyalah saya memutuskan, dilemparkan ke dalam terowongan seperti apapun, segelap apapun, selama saya memilih untuk terus berjalan, terus bertahan, mungkin suatu hari cahaya itu akan terlihat.</o:p></p><p class="MsoNormal" style="text-align: justify; "><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLOY_t7eTqSz0RAfoBKuuzhI8YuSZHQDghz7kvU8L4k5Y4VONPNbDw-GmCJahHQk4lIRoBH3J7xopCJMDSNOKjedED6QDlOcTyScsJjAjIeoiYc8S21FU5tAHpJt-OQL4lKQv8nyiTCls/s1600-h/terowongan.jpg"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLOY_t7eTqSz0RAfoBKuuzhI8YuSZHQDghz7kvU8L4k5Y4VONPNbDw-GmCJahHQk4lIRoBH3J7xopCJMDSNOKjedED6QDlOcTyScsJjAjIeoiYc8S21FU5tAHpJt-OQL4lKQv8nyiTCls/s320/terowongan.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5379485766549200130" style="display: block; margin-top: 0px; margin-right: auto; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 192px; " /></a></p>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-20865136365607878662009-08-26T02:47:00.001-07:002009-08-31T08:45:03.359-07:00Infrared Vision ala King Hades<div style="text-align: justify;">Saya sudah bertahun-tahun bersahabat dengan King Hades. Ada sesuatu yang menurut saya cukup ganjil. Sesuatu yang seharusnya ada, namun tidak ada pada dirinya. Saya sudah berulang kali berusaha untuk menemukan hal itu. Namun tak kunjung juga saya temukan. Saya mencoba mengingat-ingat percakapan-percakapan kami. Mengingat kata-kata dan tindakan beliau. Tapi hasilnya nihil. Sampai suatu saat, karena suatu kejadian, saya sadar apa yang tak saya temui dari beliau.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saat itu kami tengah bersantap di sebuah<i> food court<b>.</b><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;"> Dengan semangat King Hades menceritakan tentang wanita yang tengah membuatnya mabuk kepayang. "Dia rajin, ramah, pekerja keras, murah senyum, cerdas, mandiri, berkharisma," ujar King Hades. Saat mendengar deskripsi itu, tiba-tiba saja saya menyadari apa yang selama ini membuat saya berpikir keras. Bukan karena kata-kata beliau. Melainkan justru dari apa yang tidak diucapkannya. Anda bisa menebak? Kata apa yang hilang dari deskripsi di atas? Ya. Kata 'cantik' tidak diucapkannya sama sekali. Apakah 'sang dewi' ini tidak cantik? </span>Well<span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;">, menurut sahabat saya, dia adalah wanita yang paling cantik di seluruh penjuru bumi (namanya juga lagi kasmaran). </span><span class="Apple-style-span" style="font-style: normal;">Dan ini mengembalikan ingatan-ingatan saya. Saat mendengar tentang seorang wanita, banyak teman pria saya yang lantas bertanya "Cantik ga?" atau "Orangnya seperti apa?" (yang bisa diterjemahkan: orangnya cantik atau tidak?). Namun tidak demikian halnya dengan King Hades. Dia justru lebih suka bertanya "Kerja apa dia?" atau "Lulusan jurusan apa?". Mau tidak mau, saya jadi bertanya-tanya: King Hades ini 'pria hidung belang' atau 'cowo matre'? Atau malah dua-duanya?</span></i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Saya pernah menanyakan apakah elemen kecantikan memiliki bobot yang besar dalam penilaiannya terhadap wanita. King Hades hanya menjawab "Kecantikan hanya menarik untuk dilihat Pak. Hampir semua hal yang kita lakukan dengan wanita tidak berhubungan dengan kecantikannya. Contoh: pada saat saya berbicara dengan seorang wanita, hal yang saya dengar tidak berhubungan dengan parasnya. Melainkan dengan pikiran dan perasaannya. Hilang sudah peran dari kecantikan. Saya yakin Anda bisa pikirkan hal-hal lainnya. Dan semuanya tentu sama."</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Pria mata keranjang yang tidak tertarik wanita cantik? "Siapa bilang Pak? Saya sangat suka wanita cantik. Hanya saja, kecantikan itu kan tidak akan membantu apa-apa. Jauh lebih menarik berbicara dengan seorang wanita yang punya wawasan luas, logika yang baik, sukses dalam karir, ketimbang dengan wanita cantik. Kalau melihat, iya. Wanita cantik memang enak untuk dilihat," ujarnya. Ya. Memang logikanya demikian. Tapi King Hades membuatnya terdengar begitu mudah. Saya sendiri sering menilai wanita dari kecantikannya. Saat saya melihat seorang penyanyi, dan mengatakan bahwa dia cantik, King Hades berkata, "Aduh Pak... Dia itu penyanyi. Sudah selayaknya Anda menilai dia dari kualitas tarik suaranya. Kalau dia model, bolehlah Anda nilai dari penampilannya" Nah lu! Bisa begitu rupanya ya?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><blockquote><span class="Apple-style-span" style="font-size:x-large;">"Pria mata keranjang yang bisa melihat hal-hal yang tak bisa dilihat oleh orang awam pada umumnya"</span></blockquote></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Susah dibayangkan bagaimana seorang pria bisa tidak menilai wanita berdasarkan kecantikannya. Tapi itulah King Hades. Logikanya yang begitu tajam membuatnya bisa melihat hal-hal yang tak bisa dilihat oleh orang lain. Seperti <i>infrared vision</i>. Saat saya hanya melihat sebidang tembok, King Hades bisa melihat apa yang ada di balik tembok tersebut. Saat saya hanya melihat seorang wanita yang tidak rupawan, King Hades bisa melihat seorang wanita yang kuat dalam menghadapi berbagai masalah. Seorang wanita yang menguasai berbagai macam bahasa. Seorang wanita yang sukses mendaki tangga karir. Seorang wanita yang menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Dan masih banyak lagi hal-hal yang luput dari penilaian saya, namun tak luput dari <i>infrared vision</i> King Hades. Berkat kemampuannya itu, King Hades bisa melihat jauh lebih banyak wanita 'cantik' ketimbang saya. Dan satu lagi: selama bersahabat dengannya, tak pernah sekalipun saya dengar dia mendeskripsikan wanita dengan kata 'jelek'. Dalam kamusnya, kalau tidak cantik, ya biasa saja. "Bikin aja ga bisa, jangan belagu deh," katanya sambil tertawa.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Sekali lagi, logikanya memang demikian. Tapi apa bisa kita seperti itu? Secara umum, kita pasti langsung memberikan penilain berdasarkan penampilan seseorang. "Apa Anda tidak pernah menilai seseorang dari penampilannya Pak?" tanya saya suatu ketika. "Saya selalu menilai orang dari penampilannya pak," jawabnya ringan, membuat saya tambah bingung. "Tapi saya tau bahwa penilaian saya terhadap penampilan seseorang, tidak boleh menghalangi saya untuk menilai orang tersebut dari segi-segi lainnya." <i>In other words</i>, tidak membiarkan tembok menghalangi kita melihat apa yang ada di baliknya. Masuk akal, King Hades. Masuk akal. Tapi, kok bisa-bisanya, Anda melakukan hal semacam itu? Yah... kalau tidak demikian, bukan King Hades tentunya. <i>Satsuga</i>, King Hades, pria mata keranjang yang bisa melihat hal-hal yang tak bisa dilihat oleh orang awam pada umumnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-87805820744082257362009-08-25T07:47:00.000-07:002009-09-04T06:52:41.302-07:00The Wisdom of Pedagang Kaki Lima<div style="text-align: justify;">Suatu siang, saya dan sahabat saya sedang menuju ke sebuah seminar. Maklum, sobat saya yang satu ini memang haus akan pengetahuan (atau sekedar ingin mencari hiburan). Dari radio yang dia putar terdengar percakapan sebagai berikut:</div><div style="text-align: justify;"><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">MC: Pendengar, sebentar lagi akan kita ikuti perbincangan dengan analis saham dari 'bla bla bla' sekuritas. Selamat siang pak.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Analis (A): Selamat siang.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">MC: Bagaimana pengamatan Anda tentang perdagangan sesi pagi?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">A: Saya melihat perdagangan sesi pagi didominasi oleh sektor perbankan. Tindakan BI menurunkan suku bunga memicu para investor untuk memburu saham-saham seperti BBRI, BMRI dan bank-bank lainnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">MC: Apa saran Anda untuk sesi kedua hari ini? Apa saham-saham perbankan masih layak untuk dikoleksi?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">A: Sebaiknya para investor melakukan <i>profit taking </i>dan masuk ke sektor-sektor lain seperti properti dan retail. Karena saham perbankan sudah <i>overbought</i>. Tapi kalau Anda investor long term, tetap boleh memegang saham perbankan. Karena prospek ke depannya cukup baik. Hanya saja jangan lupa berdiversifikasi ke sektor-sektor lain. </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">MC: Begitu ya pak. Terima kasih atas saran Anda. Semoga para investor bisa menyikapi perdagangan sesi dua ini dgn bijak.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">A: Terima kasih</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Lalu musik pun diputar.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><blockquote><span class="Apple-style-span" style="font-size:x-large;">"Buy what you know, know what you buy"</span></blockquote></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">"Huh!" King Hades mendengus, menahan tawa. "Kenapa Pak?" tanya saya heran. "Percakapan tadi lucu sekali ya pak. Coba Anda dengar percakapan tadi, tapi versi saya," mulailah King Hades berbicara.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">MC: Sebentar lagi akan kita ikuti percakapan bersama pengamat pedagang kaki lima (PKL) dari asosiasi PKL. Selamat siang pak.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">A: Selamat siang.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">MC: Bagaimana pengamatan Anda mengenai perdagangan sesi pagi?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">A: Saya lihat perdagangan sesi pagi didominasi oleh sektor gorengan. Pisang goreng, bakwan, ubi, dan lain-lain.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">MC: Oh? Mengapa bisa demikian pak? </div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">A: Presiden sangat tegas dalam memberantas terorisme. Ini membuat kepercayaan turis-turis asing meningkat. Mereka jadi berani datang ke Indonesia. Dan, seperti Anda tau, di negara mereka tidak banyak gorengan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">MC: Jadi begitu mereka datang kemari, langsung beli gorengan ya pak?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">A: Betul! Jadi ini bisa disebut aksi beli gorengan oleh asing</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">MC: Kalau begitu, apa sebaiknya PKL-PKL yang lain, seperti pedagang mi dan ketoprak, juga menjual gerobak mereka dan membeli gerobak gorengan pak?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">A: Tidak. Menurut saya, lebih baik para PKL sekarang membeli gerobak minuman. Logikanya saja. Sudah makan gorengan, tentu haus kan?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">MC: Cermat sekali pengamatan Anda pak! Berarti sekarang saatnya melakukan aksi jual gerobak gorengan ya?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">A: Tergantung. Kalau Anda adalah PKL short term, lebih baik ganti portfolio Anda dengan gerobak minuman. Tapi kalau Anda PKL long term, mungkin sebaiknya melakukan diversifikasi. Sambil tetap memegang gerobak gorengan, Anda juga membeli gerobak minuman. Karena ke depannya, dagangan gorengan ini masih menjanjikan.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">MC: Singkat saja pak. Saran Anda untuk PKL di perdagangan siang ini?</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">A: Sebaiknya PKL short term menghindari berdagang gorengan. Karena potensi profit dari sektor ini sudah hampir seluruhnya terealisasikan di pagi hari. Untuk PKL long term, tidak perlu terlalu memusingkan fluktuasi harian. Cukup diversifikasi saja.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">MC: Terima kasih atas analisanya pak. Demikian tadi perbincangan kita dengan analisa pedagang kaki lima.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Huahahahahahahahaa..... tawa saya meledak mendengar cerita beliau. Ada-ada saja. Masa pedagang kaki lima ganti dagangan hanya gara-gara sudah laku banyak dagangannya? Tapi, bukankah itu yang banyak dilakukan investor saham? Bergonta-ganti sektor dalam waktu singkat. Bahkan dalam hitungan menit. Semata-mata karena harga sahamnya sudah naik. Dan pindah dari satu sektor ke sektor yang lain hanya karena 'asing masuk'.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Tidak heran bila banyak pemain saham yang justru merugi. Investasi dalam dunia saham tidak berbeda dengan investasi di tempat lain. Membutuhkan kecermatan dan tentunya kesabaran. Perlu sabar untuk bisa menuai hasilnya. Seperti para PKL yang tidak langsung menjual gerobaknya hanya gara-gara omset satu hari menurun, hendaknya para pemain saham juga memberikan kesempatan bagi perusahaan tempat mereka berinvestasi untuk menunjukkan kinerjanya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Para PKL, walaupun mungkin tidak pernah belajar investasi secara formal, mengerti konsep investasi yang baik: investasikan waktu, uang, dan tenaga di hal-hal yang Anda pahami. Setelah itu, sabarlah untuk menuai hasilnya.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><i>Buy what you know, know what you buy</i></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEih6Ox2Soow7Vr_8EaY8eyezzez3VcQLd16-8O1VQL1ginug2YN1kWAESTgLqcHX9_giWiZlhYdxp5ue3hChGL00phV4CcaAadqS9CplsvZ8RPTfggzKiRwvT4SVuHi-O-uBN2F-bdnp_g/s1600-h/kaki-lima.jpg"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEih6Ox2Soow7Vr_8EaY8eyezzez3VcQLd16-8O1VQL1ginug2YN1kWAESTgLqcHX9_giWiZlhYdxp5ue3hChGL00phV4CcaAadqS9CplsvZ8RPTfggzKiRwvT4SVuHi-O-uBN2F-bdnp_g/s320/kaki-lima.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5377609352701575778" style="display: block; margin-top: 0px; margin-right: auto; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 192px; " /></a></div><div style="text-align: justify;"><br /></div></div>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-25440548153466163662009-08-20T01:48:00.000-07:002009-08-26T03:15:15.826-07:00Kalau King Hades Jadi Penguasa Alam Semesta<div align="justify">Malam sudah cukup larut. Saya baru saja tiba di rumah setelah jalan-jalan bersama sahabat saya. Begitu saya membuka pintu kamar, alangkah terkejutnya saya melihat seorang pria sedang tiduran di ranjang saya, membaca buku saya. Yang membuat saya lebih terkejut lagi, ternyata pria itu sangatlah mirip dengan saya. Bagaikan pinang dibelah dua. </div><br /><div align="justify"></div><div align="justify">"Siapa lu?!" teriak saya. Dia terkejut. Lalu dengan bingung diambilnya sebuah <em>gadget</em> dari kantongnya. "Alamak! Salah dimensi!" jeritnya. "Maaf ya. Gue salah tempat nih. Cabut dulu ya," katanya meminta maaf sambil menekan beberapa tombol di gadgetnya. "Tunggu! Lu sebenernya siapa? Kok mirip bener sama gue?" tanya saya penasaran. Kembaran saya mengurungkan niatnya untuk pergi. "Lu masa ga tau? Pernah denger <em>multiverse</em> ga?" tanyanya dengan ekspresi heran. <em>Multiverse? </em>Apa pula itu? Saya belum pernah mendengarnya. Melihat saya bengong, dia melanjutkan kata-katanya "Gini lho. Alam semesta itu bukan hanya ada satu. Ada banyak. Masing-masing dalam dimensi yang berbeda. Gue adalah dirilu di dimensi yang lain. Paham?" Saya masih bengong. Seandainya King Hades ada di sini, mungkin dia bisa membantu saya memahami penjelasan itu.<span class="fullpost">"Terus, lu ngapain di dimensi ini?" tanya saya. "Gue nyasar! Ya udah deh ya. Gue pergi dulu ya," jawabnya tak sabar. "Eh, tunggu dong. Ceritain dong, gimana alam semesta di dimensi lu," pinta saya. Dia nampak ragu sebentar. Setelah melihat jam di hpnya, dia menganggukan kepalanya.</span></div><br /><div align="justify"></div><div align="justify">"Sebenernya ga beda sama dimensi lu. Ada matahari, tata surya, galaksi, dan sebagainya. Cuma, paling yang beda penguasa alamnya saja," jelasnya. "Penguasanya? Kenapa penguasa di tempatlu?" saya makin penasaran. "Dia itu aneh. Ga jelas maunya. Aneh deh pokoknya," jawab kembaran saya disertai nada frustrasi. "Aneh gimana?" saya bertanya makin jauh. "Gini nih contohnya," kembaran saya mulai bercerita.</div><br /><div align="justify"></div><div align="justify">"Waktu itu kan gue ajak pacar gue ke rumah. Ya ke sini nih," katanya sambil menepuk ranjang saya. Wah! Ternyata di dimensi lain, saya punya pacar ya? Menarik juga. "Suasana udah mendukung. Eh, pas <em>gue </em>mulai<em> action, </em>tiba-tiba dia bilang ga mau. Gue tanya dong kenapa," lanjutnya. Saya manggut-manggut. "Dia bilang 'Aku sebenernya juga mau say. Tapi mau gimana lagi. Kita kan belum menikah. Belum punya SIM. Nanti kalo King Hades liat gimana?' Bayangin! Masa gitu doang alasannya?" kata kembaran saya lagi. Hah? King Hades? Apa yang dilakukan sahabat saya di dimensi sana? "King Hades lu bilang?" tanya saya penuh keheranan. "Iya. King Hades. Dia penguasa alam semesta di dimensi gue," tutur kembaran saya. "Emang kenapa?"</div><div align="justify"><br /></div><div align="justify"><blockquote><span class="Apple-style-span" style="font-size: x-large;">"Itu lho, Surat Ijin Meniduri. SIM. Emang di sini ga ada ya?"</span></blockquote></div><br /><div align="justify"></div><div align="justify">Muncul di benak saya sosok sahabat saya dengan mahkota, jubah, dan tongkat kekuasaan. Menyeringai. "Heh? Kenape lu?" tegur si kembaran sambil menggerakan tangannya di depan mata saya. "Hah? Gak. Gak kenapa-kenapa," jawab saya buru-buru. Jujur saja, pemandangan yang ada di benak saya tadi membuat saya merasa sedikit... gimana gitu... "Terus gimana? Lanjutin dong ceritanya," pinta saya. "Ya udah. Gue bilang 'besok kita menikah'. Pas udah nikah, kan dapet tuh, SIMnya, terus..." "Tunggu, tunggu. SIM? Apaan tuh?" potong saya. "Masa lu ga tau SIM sih? Itu lho, Surat Ijin Meniduri. SIM. Emang di sini ga ada ya?" tanyanya heran. "Ada sih. Tapi Surat Ijin Mengemudi," tukas saya. "Oh. Aneh juga ya? <em>Anyway</em>, pas udah dapet SIM, sengaja tuh, gue taruh deket ranjang. Jadi kalo ada inspeksi, gue bisa langsung tunjukin. Aman kan?" katanya sambil tersenyum bangga.</div><br /><div align="justify"></div><div align="justify">"Bener aja! Kami lagi asyik, tau-tau kedengeran suara si cerberus. Kalo ada dia, berarti pasti ada King Hadesnya kan?" lanjutnya penuh semangat. "Lho? Kok si King Hades bisa seenaknya masuk kamarlu? Emang ga dikunci?" saya bertanya keheranan. "Lu bego atau gila sih? Ya namanya penguasa alam pasti bisa ngapain aja lah! Gue tadinya ngeri. Istri gue juga sampe gemetar. Soalnya kalo ga punya SIM, bisa-bisa dibuat mangsanya cerberus. Tapi begitu gue inget punya SIM, langsung deh! Gue tunjukin ke depan mukanya King Hades. Gue bilang aja 'Udah sah lho ya! Ga boleh dilarang lagi!'" ceritanya penuh semangat. "Terus gimana?" saya juga jadi bersemangat mendengar penuturannya. "Melotot aja dia. Ga percaya. Udah gitu ya dia ngeloyor pergi," jawabnya mengakhiri kisah menarik itu. "Ok deh ya. Istri gue udah balik nih pasti. Cabut dulu ya," katanya sambil menekan beberapa tombol di<em> gadget</em>nya. Tak lama kemudian dia menghilang. Tinggalah saya sendiri. </div><br /><div align="justify"></div><div align="justify">Setelah berganti pakaian dan gosok gigi, saya membaringkan diri di ranjang. "Surat Ijin Meniduri" gumam saya. Repot juga ya. Mau memadu kasih saja perlu hal semacam itu. Ada-ada saja. Bersyukurlah di dimensi ini SIM hanya diperlukan untuk mengemudi. </div><br /><div align="justify"></div><div align="justify">Saat saya memejamkan mata untuk tidur, tiba-tiba saja saya teringat satu hal yang penting. Aduh! Lupa! Seharusnya saya tadi tanyakan ya, ciri-ciri King Hades sang penguasa. Jangan-jangan...</div>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-5741240706272231122009-08-18T04:52:00.000-07:002009-08-25T12:50:55.260-07:00Yang Kaya Bertambah Kaya<div style="TEXT-ALIGN: justify">Suatu malam King Hades menelpon saya. Menanyakan apakah saya <span style="FONT-STYLE: italic">available</span> untuk di<span style="FONT-STYLE: italic">booking</span> keesokan harinya (istilah King Hades memang rada-rada). Saya mengatakan bahwa saya akan menghadiri sebuah seminar saham sampai sore. Dan sebelumnya saya juga berniat menghadiri sebuah <span style="FONT-STYLE: italic">job interview</span>. Mendengar kata 'saham', King Hades langsung bersemangat. "Boleh saya ikut pak?" tanya beliau. "Boleh saja Pak. Tapi Anda yakin mau ikut? Ini kan seminar yang sangat basic Pak. Saya yakin Anda sudah tau semua. Bisa-bisa Anda bosan nanti," jawab saya. "Tidak masalah. Saya justru bisa belajar bagaimana cara mengajarkan hal-hal basic kepada pemula," ujar King Hades. <br /><br />Keesokan harinya kami bertemu sesuai waktu yang dijanjikan. Dia berbaik hati mau mengantarkan saya ke tempat <span style="FONT-STYLE: italic">interview</span> sebelum kami ke seminar saham. Saat bertemu, kami terkejut melihat penampilan masing-masing. Saya terkejut melihat King Hades yang berpenampilan rapi. Sementara beliau terkejut melihat saya yang berpenampilan apa adanya.<br /><br />"Lho? Pak? Katanya Anda mau <span style="FONT-STYLE: italic">interview</span>?" tanya King Hades keheranan. "Iya Pak. Memang," jawab saya. "Kenapa penampilan Anda tidak seperti orang yang mau pergi <span style="FONT-STYLE: italic">interview </span>Pak?" Memang. Saya waktu itu mengenakan celana jeans dan sandal. Justru King Hadeslah yang lebih pantas untuk menghadiri <span style="FONT-STYLE: italic">interview </span>tersebut. Singkat cerita, saya memberitahu dia bahwa ini adalah <span style="FONT-STYLE: italic">walk-in interview</span>. Setengah bergurau, King Hades berkata "Kalau gitu saya bisa ikut dong Pak? Pakaian saya kan sudah cocok?". "Ya Pak. Ikut saja. Tak ada ruginya," tantang saya.<br /><br />Setibanya di sana, kami segera mendaftar. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya kami dipanggil. Saya masuk terlebih dulu. Disusul King Hades. Kami termasuk peserta terakhir. "Gimana Pak?" tanya King Hades, melihat saya keluar dari ruang interview. "Tak tahulah Pak," jawab saya pasrah. Saya tidak yakin akan keterima. Kalaupun berhasil, saya tidak merasa bisa melakukan pekerjaan yang ditawarkan dengan baik. Sekarang giliran sahabat saya yang masuk.<br /><br /><span style="FONT-STYLE: italic">Interview </span>dilakukan dengan bahasa Inggris oleh seorang wanita bule setengah baya. King Hades yang memang tak berniat kerja itu menjawab setiap pertanyaan sekenanya. Bahkan cenderung tidak serius dan bercanda. Siapa sangka? Jawaban-jawabannya yang asal-asalan itu membuat sang ibu terkesan. Beliau langsung memberikan kartu namanya, lengkap dengan alamat dan waktu tempat akan dilangsungkannya training. Sementara kepada saya sang ibu hanya bilang "Nanti akan kami kabari lagi". Dan benar saja. Saya tak pernah dihubungi lagi, sementara King Hades, yang notabene hanya iseng-iseng ikut, malah langsung dipanggil training.<br /><br />King Hades malah pusing. Bagaimana tidak? Beliau sudah memiliki pekerjaan lain. Sekarang memang sedang cuti. Tapi kan tak mungkin dia tinggalkan pekerjaannya begitu saja. Akhirnya sahabat saya ini memutuskan untuk ikut training. Nanti para peserta training itu akan diseleksi lagi berdasarkan kemampuan berbicara dan presentasi mereka. Tanpa perlu ditanyakan lagi, King Hades melalui training 2 hari itu dengan gemilang. "Congratulation!" seru sang ibu bule seraya menjabat tangan King Hades. King Hades yang senang sekaligus kalang kabut berusaha tetap tersenyum. Sekarang yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana memberitahu atasannya kalau dia tidak berniat menekuni karir di bidang itu.<br /><br />Bagaikan sudah jatuh tertimpa tangga, King Hades justru menunjukkan kinerja yang lumayan gemilang untuk orang yang baru masuk. Sang atasan langsung memanggilnya untuk bicara <span style="FONT-STYLE: italic">one-on-one</span> dan menjelaskan jenjang karir di perusahaan itu lebih jelas. King Hades tambah pusing. Akhirnya, menjelang cutinya habis, King Hades mengundurkan diri. Namun yang didapatnya dari interview asal-asalan itu bukan hanya pengalaman menarik ini. Dia juga mendapatkan beberapa orang teman, dan yang satu adalah seorang wanita yang kini memiliki tempat tersendiri di hatinya.<br /><br />Bayangkan. Orang-orang yang memerlukan pekerjaan, justru tidak mendapat. Yang tidak perlu, justru dapat. King Hades sendiri menyesalkan mengapa seorang bapak yang tampaknya <span style="FONT-STYLE: italic">desperate</span> justru tidak lolos seleksi. Tapi hidup memang seperti itu. Apabila Anda membutuhkan, maka akan sulit bagi Anda untuk memperolehnya. Bila Anda tidak membutuhkannya, justru Anda akan pusing karena banyak yang menawarkan hal tersebut kepada Anda. Pengalaman King Hades membuktikan hal itu. Karena pengalamannya bekerja di sebuah perusahaan asing, bahasa Inggrisnya cukup baik. Training dan buku-buku yang dibelinya membuatnya bisa berkomunikasi dengan baik. Jadi tidak adil memang. Saingan-saingan beliau bukanlah orang-orang dengan background seperti King Hades (kecuali untuk beberapa orang).<br /><br />King Hades juga pernah menceritakan kepada saya mengenai sebuah bank yang dengan gencar menawarkan pinjaman <span style="FONT-STYLE: italic"><span style="FONT-STYLE: italic"><span style="FONT-STYLE: italic"></span></span></span>kepadanya. Melihat saham-saham <span style="FONT-STYLE: italic">blue chip </span>yang dimiliki King Hades, salah seorang <span style="FONT-STYLE: italic">officer</span> dari bank tersebut menelponnya. Menawarkan untuk mengirimkan aplikasi yang sudah terisi. Tinggal ditandatangani. Tidak tanggung-tanggung, amplop kilat khusus untuk memposkan aplikasi yang sudah lengkap itu juga disertakan. Mungkin lagi ngejar omset ya? Kontras dengan pengalaman sahabat saya, ada juga orang yang sudah berusaha mencari pinjaman kesana kemari namun tak kunjung mendapatkan. Dan biasanya, orang seperti ini justru orang yang memang memerlukan pinjaman sekedar untuk bertahan hidup.<br /><br />"Hidup ini ibarat roket pak. Setau saya, sebuah roket yang akan pergi ke bulan akan menghabiskan 90% dari bahan bakarnya hanya untuk menembus atmosfir bumi. Setelah itu, dia akan dengan mudah menuju ke bulan karena dibantu oleh gravitasi bulan," ujar King Hades suatu ketika. Seorang motivator terkenal mengatakan bahwa waktu dia miskin, tak ada yang mau membelikannya makanan. Setelah dia kaya raya, bisa beli makanan sendiri, malah orang-orang berebut untuk mentraktirnya. Itulah hidup. Banyak orang yang berusaha untuk mengubah sistem ini. Namun, usaha seperti ini akan menemui jalan buntu. Selama manusia masih memiliki <span style="FONT-STYLE: italic">self interest</span>, maka mereka akan terus mencari hal-hal yang menguntungkan buat mereka. Yang berarti orang-orang mampu (baik secara <span style="FONT-STYLE: italic">skill</span> maupun materi) akan menerima semakin banyak. Dan orang-orang yang tidak mampu akan kesulitan bahkan untuk mendapat sedikit.<br /><br />Daripada kita menyalahkan nasib atau berusaha mengubah cara berpikir manusia, lebih baik kita kembangkan diri kita sendiri. Dengan demikian, kita justru akan diuntungkan oleh sistem yang ada. Sistem "yang kaya bertambah kaya".<br /><br />Oh ya. Bagaimana dengan seminar sahamnya? Seperti yang saya duga, tidak sampai 15 menit, King Hades memilih untuk berjalan-jalan di pusat perbelanjaan dekat tempat dilangsungkannya seminar itu. Saya pun tak lama kemudian menyusulnya.<br /><br />ps: Sistem "yang kaya bertambah kaya" tidaklah sesederhana yang sering dipikirkan banyak orang. King Hades sendiri sering mencibir tatkala mendengar orang-orang mengatakan kalimat tersebut seolah itu adalah sebuah <span style="FONT-STYLE: italic">axiom</span>.<br /></div>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-16055695910217075232009-08-14T06:05:00.000-07:002009-08-26T03:19:00.560-07:00Drama Kehidupan<div align="justify">Terlihat seorang pria duduk di sebuah <em>lounge</em>. Sesekali dia melihat ke jam tangannya. Tidak jarang dia menoleh ke kiri dan ke kanan. Jelas bahwa dia sedang menanti seseorang.</div><br /><div align="justify"></div><br /><div align="justify">Masuklah seorang wanita dengan wajah sedikit cemas. Setelah melihat-lihat sebentar, dia menuju ke arah pria tersebut. Ketika sang wanita menampakkan diri di hadapannya, mata yang pria yang tadinya sayu langsung berbinar. "Sorry ya. Nunggu lama ya?" ucap sang wanita. Tanpa kata-kata sang pria langsung menggenggam tangan sang wanita. Sang wanitapun langsung membenanmkan wajahnya ke dada sang pria. </div><br /><div align="justify"></div><br /><div align="justify">"Aku punya sesuatu buat kamu," ujar sang pria seraya mengambil ponselnya. Setelah mencari beberapa saat, kemudian dia menujukkan sebuah video clip. Beberapa detik setelah video clip dimulai, mata sang wanita berkaca-kaca. Ternyata itu adalah lagu kesukaannya yang dimainkan oleh sang pria sebagai hadiah ulang tahunnya. Perlahan sang wanita bernyanyi mengikuti alunan musik. Sang pria tersenyum melihat raut bahagia di wajah sang wanita.</div><br /><div align="justify"></div><br /><div align="justify">Tidak. Saya tidak sedang menceritakan salah satu adegan di drama atapun sinetron yang pernah saya tonton. Kalaupun ada kesamaan dengan adegan yang Anda pernah lihat, itu hanyalah kebetulan. Karena yang saya ceritakan di atas adalah 'adegan' dalam kehidupan seorang pria yang saya kenal baik. </div><br /><div align="justify"></div><br /><div align="justify">Saya pernah bertanya pada King Hades mengapa dia tidak menyukai drama. Dia hanya menjawab "Hidup saya sendiri adalah drama, Pak. Hidup kita semua adalah drama. Mungkin yang kurang hanyalah <em>background music </em>dan <em>sound effect</em>. Mungkin itu yang membuat kita tidak menyadari bahwa drama yang kita sebut dengan <strong>drama kehidupan</strong> ini tidak kalah menarik dengan drama-drama yang kita lihat di TV."</div><br /><div align="justify"></div><br /><div align="justify">Ingat lagu "Panggung Sandiwara"? Memang hidup kita adalah panggung sandiwara. Dalam hidup, kita menjalankan beberapa peran. Sebagai sahabat, kekasih, anak, orang tua, pegawai, atasan, dan lain sebagainya. Kita adalah 'aktor-aktor' yang menggunakan berbagai macam 'kostum' dan keahlian kita bersandiwara untuk sukses dalam drama ini. Menciptakan adegan yang kita inginkan dalam hidup memang jauh lebih susah daripada membuat adegan serupa di sinetron. Dalam hidup, tidak ada kata 'CUT!'. Sang priapun untuk menyiapkan adegan di atas sudah merekam lagu tersebut jauh-jauh hari sebelumnya. Padahal belum tentu dia akan bisa menemui sang wanita lagi. Spekulasi. Mungkin saja, Dewi Fortuna mau tersenyum dan mempertemukan mereka kembali. 'Tokoh' wanitanyapun juga harus berjuang agar adegan tersebut bisa tercipta. Memang raut wajah dan air matanya mungkin bukan hasil latihan acting. Akan tetapi paling tidak dia harus berusaha agar bisa menemui sang pria tepat waktu. Dan sekali lagi, tidak ada kata 'CUT!'.</div><div align="justify"><br /></div><div align="justify"><blockquote><span class="Apple-style-span" style="font-size:x-large;">"...mari kita 'sutradarai' sendiri hidup kita"</span></blockquote></div><div align="justify"><br /></div><div align="justify">Terlebih lagi, perasaan yang mereka miliki, yang mendukung terciptanya adegan tersebut, bukanlah suatu rekayasa ataupun berdasarkan petunjuk dari seorang sutradara. Tapi, teramat susah bukan berarti mustahil. Buktinya saja adegan yang saya ceritakan barusan. Istilahnya, 'seperti di film-film' kan? Tidakkah menyenangkan kalau kita bisa 'menyutradarai' sendiri hidup kita? Kita semua bisa menjadi bintang utama dalam 'drama' itu. Dibutuhkan perjuangan yang berat dan panjang. Seperti bintang film yang harus mengulang adegan yang sama berkali-kali, seringkali kita juga harus melalui proses yang membosankan selama bahkan bertahun-tahun. Hanya supaya bisa menciptakan 'adegan' yang kita inginkan. Lihat saja 'adegan-adegan' yang ingin dibuat oleh banyak orang. 'Adegan' mengendarai mobil mewah, 'adegan' berjalan-jalan di luar negeri bersama pasangan, 'adegan' menghadiri upacara wisuda putra-putri yang membanggakan, dan 'adegan-adegan' menyenangkan lainnya.</div><br /><div align="justify"></div><br /><div align="justify">Semua itu butuh modal. Seperti halnya sebuah film, kalau dibuat dengan <em>low budget</em>, maka mungkin saja jadi. Tapi hasilnya juga tidak begitu memuaskan. Memang, hidup kita ini tergantung pada Dewi Fortuna. Seringkali upaya yang kita lakukan tak membuahkan hasil yang kita harapkan. Namun, selama kita terus 'pasang tampang' di depan sang dewi (tentunya penampilan juga harus keren), niscaya sang dewi akan melirik dan tersenyum pada kita. </div><br /><div align="justify"></div><br /><div align="justify"></div><br /><div align="justify">Jadi, daripada kita hanya bergantung pada nasib, mari kita 'sutradarai' sendiri hidup kita. Ciptakan 'adegan-adegan' yang akan kita kenang selamanya.</div><br /><div align="justify"></div><br /><div align="justify">Oh ya, bagaimana dengan akhir dari adegan tadi? </div><br /><div align="justify"></div><br /><div align="justify">Sesaat sebelum mereka berpisah, sambil berjalan meninggalkan tempat pertemuan, sang pria menatap mata sang wanita dalam-dalam. "Sering-sering didengerin ya lagunya," kata sang pria pelan. Sang wanita tersenyum dan meletakan tangan kanan di dahi (ceritanya bilang 'Siap Pak!'). "Dan, setiap kamu mendengar lagu itu, ingatlah selalu akan diriku," lanjut sang pria mengakhiri 'adegan'.</div><br /><div align="justify"></div><br /><div align="justify"></div><br /><div align="justify">The End</div>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-27986505442599787522009-08-13T04:28:00.000-07:002009-08-18T04:47:42.559-07:00Persahabatan + Sex = Asmara<div align="justify">Jam menunjukan pukul 19.30. Saya dan sahabat saya sedang berada di gedung XXI. Bukan untuk mengantri tiket. Kebetulan King Hades lagi kumat hobinya. "Melihat <em>life style </em>kaum<em> The Have"</em>. </div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"> </div><div align="justify"> </div><div align="justify"><br /><br />"Ck..ck..ck.." decak King Hades sambil menggelengkan kepala. "Memang hebat ya, kaum <em>The Have. </em>Index Dow Jones ancur-ancuran, ekonomi menyusut, suku bunga dan harga minyak bergerak drastis, sepertinya sama sekali tidak mempengaruhi mereka. Masih bisa-bisanya pacaran dan nonton bioskop di masa-masa seperti ini"</div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"> </div><div align="justify"> </div><div align="justify"><br /><br />Dalam hati saya ingin berkata "Lha? Anda sendiri gimana? Di tengah krisis global begini, juga masih sempat-sempatnya ke XXI cuma untuk menyaksikan kaum <em>The Have</em> ngantri tiket?". Tapi niat saya urungkan. Saya bisa mengerti perasaan sahabat saya ini. Harga sahamnya anjlok, dividennya dipotong. Terang saja dia ketar-ketir. Berbeda dengan pegawai yang tidak mempedulikan kondisi ekonomi, pasar saham, bahkan kondisi keuangan perusahaan tempat dia bekerja (kecuali kalo tergolong pegawai tinggi), King Hades sangat memperhatikan variabel-variabel di atas. Katanya itu menentukan hidup dan matinya. Padahal, kalo dilihat-lihat, justru dialah yang lebih baik kondisinya. Bayangkan saja, jalan-jalan di mal saja dapat uang. </div><div align="justify"></div><div align="justify"><em></em></div><div align="justify"><em></em></div><div align="justify"><em></em> </div><div align="justify"><em></em> </div><div align="justify"><em><br /><br />Anyway,</em> setelah dia puas, kamipun melangkah keluar. "Persahabatan + Sex = Asmara", keluar 'mantra' maut dari mulut King Hades. Dari ekonomi tiba-tiba saja ke matematika? Percintaan? Apa hubungannya ya?</div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"><br /><br />"Anak muda memang menarik pak. Semangat dan gairahnya besar. Tapi logikanya sempit. Otaknya dikalahkan oleh hatinya. Anda lihat pasangan-pasangan yang mengantri tiket tadi? Banyak dari mereka anak muda yang masih pacaran. Dan saya rasa banyak juga yang menjalin hubungan asmara tanpa terlebih dulu menjalin persahabatan", ungkap King Hades.</div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"> </div><div align="justify"> </div><div align="justify"><br /><br />Ya. Memang ada benarnya sih. Ada pria yang baru pertama kali melihat seorang wanita, sudah berniat menjadikannya pacaranya. Demikian pula sebaliknya. Akibatnya, tidak ada saling pengertian antara kedua orang ini. Karena dari awal sudah mengambil sikap menutup, alias jaim. Kalau ini yang terjadi, maka setelah <em>chemistry </em>antara mereka hilang, yang tinggal adalah rasa bosan dan tidak jarang mereka akan putus disertai caci maki dan perasaan tidak enak. </div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"> </div><div align="justify"> </div><div align="justify"><br /><br />"Seandainya mereka memulainya dengan hubungan persahabatan, tentunya hal seperti itu tidak perlu terjadi. Seperti Anda dan saya. Kita bersahabat. Anda bahkan bisa menebak dimana saya akan duduk sesaat setelah kita memasuki sebuah cafe. Anda begitu mengerti saya. Tapi karena tidak ada unsur sex dalam hubungan kita, hubungan kita tak bisa disebut sebagai hubungan asmara", ujar King Hades sambil tersenyum. Saya hanya tersenyum kecut mendengar kata 'sex'. Dengan King Hades? Amit-amit deh...</div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"> </div><div align="justify"> </div><div align="justify"><br /><br />Sahabat saya tidak mempedulikan senyum kecut saya. "Apabila hubungan dua insan dimulai dari persahabatan, dan kemudian, setelah timbul <em>chemistry,</em> dilanjutkan ke hubungan asmara, maka setelah <em>chemistry</em>nya hilang sekalipun, persahabatan akan tetap ada. Dan karena sudah saling mengerti satu sama lain, maka jarang sekali yang putus hanya gara-gara merasa 'beli kucing dalam karung'", lanjut King Hades.</div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"> </div><div align="justify"> </div><div align="justify"><br /><br />Saya terdiam. Di otak saya tergambar beberapa kasus yang sesuai dengan apa yang dikatakan pria di sebelah saya ini. Hubungan asmara yang berakhir dengan tidak baik-baik. Dengan sumpah serapah dan sakit hati. Biasanya hubungan seperti ini merupakan hubungan 'karbitan'. Hubungan yang diburu-buru. Akibatnya setelah saling mengenal lebih dekat, bukannya makin sayang, justru makin tau keburukan pasangan yang tadinya tak dilihat. Dan ini mengakibatkan rusaknya hubungan mereka. Merasa tertipu, dikhianati, dan perasaan-perasaan tak mengenakan lainnya.</div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"> </div><div align="justify"> </div><div align="justify"><br /><br />"Tapi mau bagaimana lagi ya Pak? Kebanyakan orang kalau sudah menyangkut masalah ini, emosinya yang bermain. Logika jadi seperti dibuang jauh-jauh. Padahal orang yang sama mungkin adalah seorang eksekutif yang berprestasi. Sayangnya kepandaian dan dinginnya kepala tidak dipakai begitu sudah menyangkut yang satu ini. Sah-sah saja kalau memang menjalin hubungan sekedar untuk memuaskan hasrat. Tapi ya sadarilah bahwa yang dijalin itu bukan hubungan asmara, karena tidak ada persahabatan dalam hubungan itu", King Hades melanjutkan dengan wajah muram, seolah menyayangkan mengapa tak lebih banyak orang yang mengerti konsep ini.</div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"></div><div align="justify"> </div><div align="justify"> </div><div align="justify"><br /><br />Memang begitulah. Anak muda yang penuh semangat dan ambisi biasanya tidak sabar untuk mendapatkan segala sesuatunya. Termasuk mendapatkan pasangan. Hanya karena 'target' terlihat menarik, langsung diuber. Berbeda dengan saya dan King Hades yang sudah cukup berumur ini. King Hades memang termasuk orang yang berpandangan bebas. Tidak aneh kalau dalam seminggu dia bisa kencan dengan beberapa orang wanita yang berbeda (tidak bersamaan tentunya). Tapi dia selalu ingat bahwa hubungan yang dijalinnya dengan wanita-wanita itu tak bisa dikategorikan sebagai hubungan asmara. Karenanya, pada saat sudah tidak ada lagi <em>chemistry</em> antara mereka, King Hades dan wanita itu bisa pisah baik-baik. Tak ada pertengkaran karena pihak ketiga ataupun caci maki karena merasa telah dikhianati. Toh, bukan tak mungkin suatu saat akan timbul lagi rasa tertarik itu. Kalau tidak timbul lagi? Yah... pria di dunia ini kan bukan King Hades seorang. Masih ada saya bukan?</div><div align="justify"></div><div align="justify"></div>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-10948086417382106272009-08-10T06:41:00.000-07:002009-09-04T07:19:19.576-07:00Lihat Kebunku<div style="text-align: justify;"><br /></div><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1FWXYhc5LWCHab19ce1yCS0LdaJ-vA4Ga4iUetEOi7kW8bYWkrflc8UNSlAIEp_edRlnQzXF_J5lvv-oKKcGBBDYot7jdQedX5w13wZApP7UJeKf65Or8LkfRkg49_kZT504ePmOFJWw/s1600-h/kebun.jpg"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1FWXYhc5LWCHab19ce1yCS0LdaJ-vA4Ga4iUetEOi7kW8bYWkrflc8UNSlAIEp_edRlnQzXF_J5lvv-oKKcGBBDYot7jdQedX5w13wZApP7UJeKf65Or8LkfRkg49_kZT504ePmOFJWw/s320/kebun.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5377616307017441698" style="display: block; margin-top: 0px; margin-right: auto; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 192px; " /></a><div style="text-align: justify;">Tidak. Anda tidak nyasar ke blog mengenai perkebunan ataupun blog mengenai cara menjadi guru taman kanak-kanak. "Lihat Kebunku" adalah judul yang terinspirasi oleh sahabat saya, King Hades.</div><div style="text-align: justify;"><br /></div><div style="text-align: justify;">Waktu menunjukkan sekitar pukul 6.30 malam. Mobil yang kami kendarai terjebak macet. Rencananya kami akan menuju sebuah pusat hiburan di wilayah Jakarta Utara. Tiba-tiba saja sahabat saya bersenandung "Lihat kebunku, penuh dengan bunga". Saya terkejut. Saya pikir stress karena macet membuat King Hades kehilangan akal sehat. Tapi kata-kata beliau selanjutnya menyadarkan saya bahwa sebuah ide menarik akan segera saya dengar.<br /></div><div style="text-align: justify;"><br />"Anda tau Pak? Ada berbagai macam bakat di dunia. Ada bakat musik, melukis, olah raga, dan lain sebagainya. Setiap orang memiliki bakat yang berbeda-beda. Ada yang memiliki bakat musik, tapi tidak bakat olahraga, dan sebaliknya. Tapi Pak, ada satu bakat yang luar biasa. Bakat ini dimiliki oleh setiap manusia. Anda tau bakat apa ini?", tanya King Hades. "Bakat....malas?", saya mencoba menjawab. "Itu bisa juga," sahut King Hades sambil membelokan mobilnya. "Tapi yang saya maksud di sini adalah bakat mengkritik ataupun mencari-cari kejelekan orang."<br /><br />Akhirnya mobil kami berhasil lolos dari kemacetan. Sekarang pikiran saya yang macet. Kalimat-kalimat King Hades membuat saya berpikir. Memang benar. Setiap orang memiliki bakat untuk mengkritik. Mencari kejelekan orang lain? Sudah barang tentu mudah sekali. Siapa yang tidak bisa?<br /><br />"Dan yang membuat bakat ini menjadi lebih hebat lagi, dia dapat berkembang dengan sendirinya tanpa campur tangan sang pemiliknya Pak", tegas King Hades. "Baik bakat musik, olahraga, ataupun bakat lainnya, apabila Anda ingin mengembangkannya, Anda harus berusaha. Ikut les, berlatih, yang tentunya membutuhkan waktu, uang dan tenaga. Tapi, Anda belum pernah mendengarkan, "Les Mengkritik" atau "Fakultas mencari kejelekan orang lain"?" tanya King Hades sambil tersenyum. Pertanyaan rhetoris itu sangat mengena di hati saya. Aneh memang. Tanpa pernah belajar, manusia bisa menjadi sangat-sangat hebat dalam mencari kejelekan orang lain. Tanpa dengan sadar mengembangkan bakat ini, manusia bisa menjadi pengkritik yang jenius.<br /><br />"Seperti rumput liar," ujar King Hades. Aha! Jadi ini yang membuat dia bersenandung lihat kebunku. Seperti rumput liar, bakat mengkritik ini bisa berkembang dengan sendirinya. Anda tentu tidak dengan sengaja menanam dan merawat rumput liar di kebun Anda. Namun demikian, apabila Anda biarkan saja, kebun Anda otomatis akan penuh dengan rumput liar. Sebaliknya, apabila Anda ingin kebun Anda dipenuhi bunga yang indah, kerja keras adalah keharusan.<br /><br />Demikian pula dengan kemampuan yang Anda miliki. Ingin bisa bermain musik? Harus les dan berlatih. Ingin menjadi atlit yang hebat? Sama saja. Kerja keras diperlukan.<br />"Terbayang ga Pak, jalan-jalan di sebuah kebun yang hanya dipenuhi rumput liar? Kemanapun Anda memandang, hanya pemandangan tak sedap dilihat yang akan Anda temui," King Hades melanjutkan ceritanya seraya masuk ke parkiran. "Berbicara dengan orang yang hanya bisa mengkritik juga sama. Mau 1 menit, 1 jam, atau seharian, hanya kritikan dan kejelekan saja yang Anda dengar. Sangat membosankan bukan? Menariknya Pak, orang-orang seperti ini biasanya adalah orang-orang yang malas. Sangat logis bukan Pak? Karena mereka malas, otomatis bakat mereka yang berkembang hanya bakat yang satu ini. Bakat yang berkembang dengan sendirinya tanpa campur tangan dari mereka. Seperti orang yang malas merawat kebunnya. Hanya rumput liarlah yang akan tumbuh," tutur King Hades.<br /><br /></div><div style="text-align: justify;">Ya. Ibaratnya sebuah kebun, kehidupan kitapun demikian. Apabila Anda berjalan-jalan di sebuah kebun yang dipenuhi bunga indah, bukan tidak mungkin Anda akan menemukan rumput liar. Tapi tentu hanya sedikit. Hanya dengan memalingkan pandangan, rumput liar tersebut tidak terlihat lagi. Demikian pula bila Anda berbicara dengan seseorang yang memiliki wawasan luas dan banyak kemampuan. Sebagian besar isi pembicaraan Anda akan merupakan <span style="font-style: italic;">conversation</span> yang menarik dan memotivasi. Menambah pengetahuan dan bahkan kosa kata Anda. Memang, seperti tadi sudah diutarakan King Hades, bakat mengkritik dimiliki oleh setiap orang. Jadi tentunya bicara dengan siapapun, Anda akan melihat 'rumput liar' pada diri orang tersebut. Tapi bila orangnya memang rajin merawat 'kebunnya', niscaya 'rumput liar' yang anda lihat tidak akan mengganggu kualitas pembicaraan Anda dengannya.<br /><br />"Jadi lagu Anda yang mana Pak? Lihat kebunku, penuh dengan bunga? Ataukah Lihat kebunku, penuh rumput liar?" tanya King Hades seraya melangkah keluar dari mobil. "Saya harap tentunya penuh dengan 'bunga' ya pak," jawab saya setelah menyusul beliau keluar dari mobil.<br /><br />Jadi, ada apa di kebun Anda?<br /></div><div style="text-align: justify;"><br /></div>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-47405962542880685842009-08-08T03:36:00.000-07:002009-09-04T08:02:30.902-07:00King Hades Menikah?<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://i623.photobucket.com/albums/tt314/wisdomofkinghades/king-hades-menikah.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 417px; height: 251px;" src="http://i623.photobucket.com/albums/tt314/wisdomofkinghades/king-hades-menikah.jpg" border="0" alt="" /></a><br /><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="color:#0000EE;"><span class="Apple-style-span" style="text-decoration: underline;"><br /></span></span></div><div style="text-align: justify;">"Beep... Beep... Beep... (sensor ceritanya)", sumpah serapah keluar dari mulut King Hades waktu saya mengajukan pertanyaan "Kapan anda berniat menikah?". Jelas sekali bahwa pernikahan bukanlah prioritas yang penting bagi sahabat saya ini.</div><br /><div align="justify"></div><br /><div align="justify">Usia King Hades ketika itu masih bisa dibilang muda. Namun demikian, pengalamannya di bidang investasi sudah cukup mumpuni. Mulai dari pasar saham, <em>forex trading</em>, <em>options</em>, sampai properti, semua pernah digelutinya. Mungkin itu yang membuatnya menjadi orang yang sangat berhati-hati. "Persiapan adalah 80% dari keberhasilan" demikian motto beliau.</div><br /><div align="justify"></div><br /><div align="justify">"Pernikahan itu seperti membeli rumah. Orang yang punya rumah tidak lebih baik dari yang tidak. Yang penting siap atau tidak. Percuma kan, kalo kita beli rumah namun tidak siap? Bisa-bisa rumah yang kita cicil dengan susah payah itu disita bank. Kalau sudah begitu, semua pihak rugi kan? Bank rugi karena uangnya belum tentu kembali. Sang pembeli rumahpun rugi karena harus kehilangan rumahnya", tutur King Hades, menggambarkan pandangannya mengenai pernikahan.</div><br /><div align="justify"></div><br /><div align="justify">Memang. Banyak sekali orang yang menikah karena alasan yang tidak logis: umur, dorongan orang tua, tradisi, dan sebagainya. Ibarat seseorang yang berhutang sana sini demi membiayai kebutuhan konsumtifnya, orang yang menikah tanpa persiapan matang juga akan hidup dalam kesengsaraan. </div><br /><div align="justify"></div><br /><div align="justify">"Saya sih tidak peduli dengan pasangan suami istrinya", lanjut King Hades. "Mereka kan 2 orang dewasa yang sudah bisa bertanggung jawab atas ulah mereka sendiri. Tapi kalau sampai punya anak, kasihan kan anaknya?". Wajah sosok yang sudah saya kenal selama hampir setengah umur saya ini terlihat muram ketika mengucapkan kalimat terakhir ini. </div><br /><div align="justify"></div><br /><div align="justify">Saat itu kami tengah berjalan-jalan di sebuah pusat perbelanjaan. Istilah King Hades: "Mengamati <em>lifestyle </em>kaum <em>The Have</em>". Ketika melihat pasangan muda yang menggandeng seorang anak kecil, saya tidak tahan untuk tidak menanyakan pertanyaan 'terlarang' itu. Tak disangka pertanyaan sederhana yang lazim ditanyakan kepada orang-orang sepantaran saya dan King Hades itu akan bermuara pada satu lagi konsep menarik yang dimiliki oleh sahabat saya ini.</div><br /><div align="justify"></div><br /><div align="justify">"Mempunyai anak sama saja dengan menculik seseorang. Saya tidak pernah minta untuk dilahirkan, alias dibawa ke dalam dunia yang kejam ini. Apa Anda pernah pak? Minta pada orang tua Anda untuk dilahirkan? Apa orang tua Anda pernah bertanya apakah Anda mau dilahirkan atau tidak?", tanya King Hades dengan ekspresi geli. Pertanyaan-pertanyaan rhetoris yang diajukannya membuat saya merenung. Sangat masuk akal. Apabila kita menculik seseorang, berarti kita membawanya tanpa seijin yang bersangkutan. Demikian pula dengan mempunyai seorang anak. Tiba-tiba saja, tanpa sepengetahuan ataupun ijinnya, dia sudah kita bawa. Mending kalau kita bawa ke tempat yang menyenangkan. Tapi ini dunia gitu lho! Dunia yang tak bersahabat, kejam, dan penuh ratap tangis. </div><br /><div align="justify"></div><br /><div align="justify">Orang tua yang mampu tentu akan memberikan 'persenjataan' yang diperlukan oleh anak-anak mereka untuk <em>survive</em> dan bahkan menjadi orang berprestasi. Tapi bagaimana dengan yang tidak mampu? Apa yang akan terjadi dengan anak-anak mereka? Saya pernah melihat seorang bayi yang sangat lucu. Pada saat melihatnya, seolah semua masalah saya hilang. Saya sungguh terhibur. Kata-kata King Hades membuat saya bergidik ngeri membayangkan apa jadinya dengan bayi lucu itu apabila ortunya tidak mampu memberikan kehidupan yang layak untuknya. Membayangkan hal ini, saya jadi mengerti mengapa sahabat saya ini bersumpah serapah ketika saya menanyakan pertanyaan 'terlarang' itu. </div><div align="justify"></div><br /><div align="justify">Pernikahan, tidak, lebih tepatnya saya katakan memiliki keturunan, layaknya disikapi seperti membeli rumah ataupun investasi-investasi lainnya. Atau kalau perlu lebih kita cermati lagi. Karena seperti kata sahabat saya, "Kalau saya tidak sanggup mencicil mobil, saya masih bisa menjualnya. Tapi kalau saya tak sanggup membiayai anak saya, masa saya akan menjualnya?" Memang ada ortu-ortu yang menjual anak-anak mereka (biasanya anak perempuan) untuk dijadikan pekerja seks. Tapi yang jelas saya sama sekali tidak berniat menjadi salah satu dari ortu-ortu seperti itu. </div><br /><div align="justify"></div><br /><div align="justify">"Kalau saya membeli saham, sejelek-jeleknya saya hanya akan kehilangan uang kalau perusahaan yang saya miliki buruk kinerjanya. Sudah. Itu saja. Dan itupun tidak mempengaruhi orang lain. Paling <em>mood </em>saya saja yang memburuk. Separah-parahnya, saya terpaksa menagih hutang-hutang Anda", ujar King Hades setengah bercanda. Saya menelan ludah. Kalau saya harus melunasi hutang-hutang saya ke dia, jual <em>kolor</em>pun tidak akan lunas. Benar-benar investor sejati. Bahkan sahabatnya sendiri saja dijadikan investasi. <em>But that's another story</em>. </div><br /><div align="justify"></div><br /><div align="justify">"Jadi bagaimana Pak? Apa Anda berniat membujang seumur hidup?" tanya saya setelah berhasil menenangkan diri. Sahabat saya hanya menjawab "Bagi saya, pernikahan itu bukanlah perkara <strong>tiada rotan akarpun jadi</strong>. Kalau tidak ada 'rotan', lebih baik tidak sama sekali".</div><br /><div align="justify"></div><br /><div align="justify">Saya pribadi ingin melihat King Hades berkeluarga. Saya ingin melihat keluarga seperti apa yang akan dibentuk oleh sosok yang selalu memukau saya dengan cara berpikirnya. Saya juga ingin melihat sosok wanita seperti apa yang bisa menjadi permaisurinya. Dan kehadiran <em>prince </em>maupun <em>princess </em>Hades pasti akan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Tapi saya menghargai prinsip hidup beliau. Toh, beliau juga tidak bilang tidak mau berkeluarga kan? Hanya persiapannya saja yang belum dirasa cukup. Yah.. moga-moga saja beliau cepat bertemu dengan <em>'Persephone'nya</em>.</div><div align="justify"><br /></div>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7358974323514841815.post-379137687405405982009-08-07T08:35:00.001-07:002009-08-30T06:46:45.898-07:00Selamat Jalan, King Hades<div style="text-align: justify;">Hari itu hari terakhir saya bertemu King Hades. Setelah saya harus mengucapkan selamat jalan pada tokoh-tokoh terkenal seperti Mbah Surip dan W S Rendra, saya juga harus mengucapkan selamat jalan pada tokoh yang satu ini.</div><div align="justify"><br /><br /><br />Pembicaraan dengan King Hades selalu menarik. Kadang humoris, kadang menyentuh, dan kadang berapi-api. Dia banyak membuka pemikiran saya. Atau lebih tepatnya membuat saya melihat hal-hal yang akrab dari sudut pandang yang berbeda.</div><div align="justify"><br /></div><div align="justify"><blockquote><span class="Apple-style-span" style="font-size:x-large;">"Dan adalah suatu kebanggaan bisa memanggilnya... sahabat"</span></blockquote><br /><br />Impian King Hades adalah agar lebih banyak orang yang lebih terbuka pemikirannya. Itu yang menginspirasi saya untuk membuat blog ini. Baik pada saat dia berkeluh kesah, bersenang-senang, maupun sekedar mencurahkan pemikirannya, saya selalu berada di sisinya. Seperti Cerberus yang selalu berada di sisi King Hades dalam legenda Yunani. Dan itu yang ingin saya bagikan melalui blog ini.<br /><br />Saya berharap akan lebih banyak orang yang tertawa, terharu, termotivasi, atau sekedar manggut-manggut karena mendengar provokasi ataupun kisah-kisah menarik dari King Hades.<br /><br /><br /><br />Selamat jalan, King Hades, sahabatku. Sosok Anda tidak lagi bersama saya. Tapi inspirasi-inspirasi Anda akan selalu saya ingat.<br /><br /><br /><br />Mengenal King Hades adalah salah satu hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidup saya. Dan adalah suatu kebanggaan bisa memanggilnya... sahabat.</div><div align="justify"><br /></div><div align="justify"><br /></div><div align="justify"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjjzibUjT47ESwcq41akg8dNQYqWBWZ6jIwfns7CDCuSJzSi-ujBIwDyRT-5G98OZmFSjFWn6S06JmCuao9R1wr3dOoCH98AttzMVjrLPGw16pQ_IOIubSmQmm3UaGDs-EPqXbCzMOzF0/s1600-h/selamat-jalan-king-hades.jpg"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjjzibUjT47ESwcq41akg8dNQYqWBWZ6jIwfns7CDCuSJzSi-ujBIwDyRT-5G98OZmFSjFWn6S06JmCuao9R1wr3dOoCH98AttzMVjrLPGw16pQ_IOIubSmQmm3UaGDs-EPqXbCzMOzF0/s320/selamat-jalan-king-hades.jpg" border="0" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5375752651160207954" style="display: block; margin-top: 0px; margin-right: auto; margin-bottom: 10px; margin-left: auto; text-align: center; cursor: pointer; width: 320px; height: 193px; " /></a></div><div align="justify"><br /></div><div align="justify"><br /></div>Cerberushttp://www.blogger.com/profile/04368108945961110626noreply@blogger.com0