Jumat, 14 Agustus 2009

Drama Kehidupan

Terlihat seorang pria duduk di sebuah lounge. Sesekali dia melihat ke jam tangannya. Tidak jarang dia menoleh ke kiri dan ke kanan. Jelas bahwa dia sedang menanti seseorang.


Masuklah seorang wanita dengan wajah sedikit cemas. Setelah melihat-lihat sebentar, dia menuju ke arah pria tersebut. Ketika sang wanita menampakkan diri di hadapannya, mata yang pria yang tadinya sayu langsung berbinar. "Sorry ya. Nunggu lama ya?" ucap sang wanita. Tanpa kata-kata sang pria langsung menggenggam tangan sang wanita. Sang wanitapun langsung membenanmkan wajahnya ke dada sang pria.


"Aku punya sesuatu buat kamu," ujar sang pria seraya mengambil ponselnya. Setelah mencari beberapa saat, kemudian dia menujukkan sebuah video clip. Beberapa detik setelah video clip dimulai, mata sang wanita berkaca-kaca. Ternyata itu adalah lagu kesukaannya yang dimainkan oleh sang pria sebagai hadiah ulang tahunnya. Perlahan sang wanita bernyanyi mengikuti alunan musik. Sang pria tersenyum melihat raut bahagia di wajah sang wanita.


Tidak. Saya tidak sedang menceritakan salah satu adegan di drama atapun sinetron yang pernah saya tonton. Kalaupun ada kesamaan dengan adegan yang Anda pernah lihat, itu hanyalah kebetulan. Karena yang saya ceritakan di atas adalah 'adegan' dalam kehidupan seorang pria yang saya kenal baik.


Saya pernah bertanya pada King Hades mengapa dia tidak menyukai drama. Dia hanya menjawab "Hidup saya sendiri adalah drama, Pak. Hidup kita semua adalah drama. Mungkin yang kurang hanyalah background music dan sound effect. Mungkin itu yang membuat kita tidak menyadari bahwa drama yang kita sebut dengan drama kehidupan ini tidak kalah menarik dengan drama-drama yang kita lihat di TV."


Ingat lagu "Panggung Sandiwara"? Memang hidup kita adalah panggung sandiwara. Dalam hidup, kita menjalankan beberapa peran. Sebagai sahabat, kekasih, anak, orang tua, pegawai, atasan, dan lain sebagainya. Kita adalah 'aktor-aktor' yang menggunakan berbagai macam 'kostum' dan keahlian kita bersandiwara untuk sukses dalam drama ini. Menciptakan adegan yang kita inginkan dalam hidup memang jauh lebih susah daripada membuat adegan serupa di sinetron. Dalam hidup, tidak ada kata 'CUT!'. Sang priapun untuk menyiapkan adegan di atas sudah merekam lagu tersebut jauh-jauh hari sebelumnya. Padahal belum tentu dia akan bisa menemui sang wanita lagi. Spekulasi. Mungkin saja, Dewi Fortuna mau tersenyum dan mempertemukan mereka kembali. 'Tokoh' wanitanyapun juga harus berjuang agar adegan tersebut bisa tercipta. Memang raut wajah dan air matanya mungkin bukan hasil latihan acting. Akan tetapi paling tidak dia harus berusaha agar bisa menemui sang pria tepat waktu. Dan sekali lagi, tidak ada kata 'CUT!'.

"...mari kita 'sutradarai' sendiri hidup kita"

Terlebih lagi, perasaan yang mereka miliki, yang mendukung terciptanya adegan tersebut, bukanlah suatu rekayasa ataupun berdasarkan petunjuk dari seorang sutradara. Tapi, teramat susah bukan berarti mustahil. Buktinya saja adegan yang saya ceritakan barusan. Istilahnya, 'seperti di film-film' kan? Tidakkah menyenangkan kalau kita bisa 'menyutradarai' sendiri hidup kita? Kita semua bisa menjadi bintang utama dalam 'drama' itu. Dibutuhkan perjuangan yang berat dan panjang. Seperti bintang film yang harus mengulang adegan yang sama berkali-kali, seringkali kita juga harus melalui proses yang membosankan selama bahkan bertahun-tahun. Hanya supaya bisa menciptakan 'adegan' yang kita inginkan. Lihat saja 'adegan-adegan' yang ingin dibuat oleh banyak orang. 'Adegan' mengendarai mobil mewah, 'adegan' berjalan-jalan di luar negeri bersama pasangan, 'adegan' menghadiri upacara wisuda putra-putri yang membanggakan, dan 'adegan-adegan' menyenangkan lainnya.


Semua itu butuh modal. Seperti halnya sebuah film, kalau dibuat dengan low budget, maka mungkin saja jadi. Tapi hasilnya juga tidak begitu memuaskan. Memang, hidup kita ini tergantung pada Dewi Fortuna. Seringkali upaya yang kita lakukan tak membuahkan hasil yang kita harapkan. Namun, selama kita terus 'pasang tampang' di depan sang dewi (tentunya penampilan juga harus keren), niscaya sang dewi akan melirik dan tersenyum pada kita.



Jadi, daripada kita hanya bergantung pada nasib, mari kita 'sutradarai' sendiri hidup kita. Ciptakan 'adegan-adegan' yang akan kita kenang selamanya.


Oh ya, bagaimana dengan akhir dari adegan tadi?


Sesaat sebelum mereka berpisah, sambil berjalan meninggalkan tempat pertemuan, sang pria menatap mata sang wanita dalam-dalam. "Sering-sering didengerin ya lagunya," kata sang pria pelan. Sang wanita tersenyum dan meletakan tangan kanan di dahi (ceritanya bilang 'Siap Pak!'). "Dan, setiap kamu mendengar lagu itu, ingatlah selalu akan diriku," lanjut sang pria mengakhiri 'adegan'.



The End

0 komentar:

Posting Komentar