Kamis, 20 Agustus 2009

Kalau King Hades Jadi Penguasa Alam Semesta

Malam sudah cukup larut. Saya baru saja tiba di rumah setelah jalan-jalan bersama sahabat saya. Begitu saya membuka pintu kamar, alangkah terkejutnya saya melihat seorang pria sedang tiduran di ranjang saya, membaca buku saya. Yang membuat saya lebih terkejut lagi, ternyata pria itu sangatlah mirip dengan saya. Bagaikan pinang dibelah dua.

"Siapa lu?!" teriak saya. Dia terkejut. Lalu dengan bingung diambilnya sebuah gadget dari kantongnya. "Alamak! Salah dimensi!" jeritnya. "Maaf ya. Gue salah tempat nih. Cabut dulu ya," katanya meminta maaf sambil menekan beberapa tombol di gadgetnya. "Tunggu! Lu sebenernya siapa? Kok mirip bener sama gue?" tanya saya penasaran. Kembaran saya mengurungkan niatnya untuk pergi. "Lu masa ga tau? Pernah denger multiverse ga?" tanyanya dengan ekspresi heran. Multiverse? Apa pula itu? Saya belum pernah mendengarnya. Melihat saya bengong, dia melanjutkan kata-katanya "Gini lho. Alam semesta itu bukan hanya ada satu. Ada banyak. Masing-masing dalam dimensi yang berbeda. Gue adalah dirilu di dimensi yang lain. Paham?" Saya masih bengong. Seandainya King Hades ada di sini, mungkin dia bisa membantu saya memahami penjelasan itu."Terus, lu ngapain di dimensi ini?" tanya saya. "Gue nyasar! Ya udah deh ya. Gue pergi dulu ya," jawabnya tak sabar. "Eh, tunggu dong. Ceritain dong, gimana alam semesta di dimensi lu," pinta saya. Dia nampak ragu sebentar. Setelah melihat jam di hpnya, dia menganggukan kepalanya.

"Sebenernya ga beda sama dimensi lu. Ada matahari, tata surya, galaksi, dan sebagainya. Cuma, paling yang beda penguasa alamnya saja," jelasnya. "Penguasanya? Kenapa penguasa di tempatlu?" saya makin penasaran. "Dia itu aneh. Ga jelas maunya. Aneh deh pokoknya," jawab kembaran saya disertai nada frustrasi. "Aneh gimana?" saya bertanya makin jauh. "Gini nih contohnya," kembaran saya mulai bercerita.

"Waktu itu kan gue ajak pacar gue ke rumah. Ya ke sini nih," katanya sambil menepuk ranjang saya. Wah! Ternyata di dimensi lain, saya punya pacar ya? Menarik juga. "Suasana udah mendukung. Eh, pas gue mulai action, tiba-tiba dia bilang ga mau. Gue tanya dong kenapa," lanjutnya. Saya manggut-manggut. "Dia bilang 'Aku sebenernya juga mau say. Tapi mau gimana lagi. Kita kan belum menikah. Belum punya SIM. Nanti kalo King Hades liat gimana?' Bayangin! Masa gitu doang alasannya?" kata kembaran saya lagi. Hah? King Hades? Apa yang dilakukan sahabat saya di dimensi sana? "King Hades lu bilang?" tanya saya penuh keheranan. "Iya. King Hades. Dia penguasa alam semesta di dimensi gue," tutur kembaran saya. "Emang kenapa?"

"Itu lho, Surat Ijin Meniduri. SIM. Emang di sini ga ada ya?"

Muncul di benak saya sosok sahabat saya dengan mahkota, jubah, dan tongkat kekuasaan. Menyeringai. "Heh? Kenape lu?" tegur si kembaran sambil menggerakan tangannya di depan mata saya. "Hah? Gak. Gak kenapa-kenapa," jawab saya buru-buru. Jujur saja, pemandangan yang ada di benak saya tadi membuat saya merasa sedikit... gimana gitu... "Terus gimana? Lanjutin dong ceritanya," pinta saya. "Ya udah. Gue bilang 'besok kita menikah'. Pas udah nikah, kan dapet tuh, SIMnya, terus..." "Tunggu, tunggu. SIM? Apaan tuh?" potong saya. "Masa lu ga tau SIM sih? Itu lho, Surat Ijin Meniduri. SIM. Emang di sini ga ada ya?" tanyanya heran. "Ada sih. Tapi Surat Ijin Mengemudi," tukas saya. "Oh. Aneh juga ya? Anyway, pas udah dapet SIM, sengaja tuh, gue taruh deket ranjang. Jadi kalo ada inspeksi, gue bisa langsung tunjukin. Aman kan?" katanya sambil tersenyum bangga.

"Bener aja! Kami lagi asyik, tau-tau kedengeran suara si cerberus. Kalo ada dia, berarti pasti ada King Hadesnya kan?" lanjutnya penuh semangat. "Lho? Kok si King Hades bisa seenaknya masuk kamarlu? Emang ga dikunci?" saya bertanya keheranan. "Lu bego atau gila sih? Ya namanya penguasa alam pasti bisa ngapain aja lah! Gue tadinya ngeri. Istri gue juga sampe gemetar. Soalnya kalo ga punya SIM, bisa-bisa dibuat mangsanya cerberus. Tapi begitu gue inget punya SIM, langsung deh! Gue tunjukin ke depan mukanya King Hades. Gue bilang aja 'Udah sah lho ya! Ga boleh dilarang lagi!'" ceritanya penuh semangat. "Terus gimana?" saya juga jadi bersemangat mendengar penuturannya. "Melotot aja dia. Ga percaya. Udah gitu ya dia ngeloyor pergi," jawabnya mengakhiri kisah menarik itu. "Ok deh ya. Istri gue udah balik nih pasti. Cabut dulu ya," katanya sambil menekan beberapa tombol di gadgetnya. Tak lama kemudian dia menghilang. Tinggalah saya sendiri.

Setelah berganti pakaian dan gosok gigi, saya membaringkan diri di ranjang. "Surat Ijin Meniduri" gumam saya. Repot juga ya. Mau memadu kasih saja perlu hal semacam itu. Ada-ada saja. Bersyukurlah di dimensi ini SIM hanya diperlukan untuk mengemudi.

Saat saya memejamkan mata untuk tidur, tiba-tiba saja saya teringat satu hal yang penting. Aduh! Lupa! Seharusnya saya tadi tanyakan ya, ciri-ciri King Hades sang penguasa. Jangan-jangan...

1 komentar:

  1. Ahahaha!

    A truly interesting piece with some twist.

    It just has the right ingredients-humor, creativity, light (in a good way) and realistic.

    Keep it up!! ^^

    Can't wait for more.. (just like Pepsi-ask for more). Hehehe..

    *Alethea*

    BalasHapus